Editorial

Arab Spring, Politik, dan Islam Transnasional

3 Mins read

Arab Spring merupakan istilah yang digunakan oleh wartawan barat untuk menggambarkan perkembangan singkat revolusi gerakan demokrasi di Timur Tengah pada tahun 2005. Terjadinya kondisi dimana negara-negara arab memulai transisi dari sistem monarki menuju sistem demokrasi.

Tujuan dari revolusi merupakan bagian dari usaha untuk menghadirkan demokrasi dalam sistem pemerintahan negara-negara yang telah lama berada dalam sistem autokrasi, namun seiring perkembangan politik yang dinamis demokrasi dan islam kerap dianggap tidak kompatibel satu sama lain apalagi dengan negara-negara yang sistem islamnya mengakar. Kejadian ini diawali di Tunisia dengan perlawanan terhadap rezim otoriter yang dipimpin oleh Ben Ali menjadi titik perlawanan dimulai.

Kemudian aksi perlawanan ditunjukan juga di Mesir pada pemilihan presiden tahun 2012, yang dimenangkan oleh Mursi dari kelompok Ikhwanul Muslimin, yang merupakan organisasi gerakan islam transnasional berangkat dari pemikir politik islam Hassan al-Banna. Merupakan fenomena gerakan perlawanan politik yang terjadi pada saat itu.

Gerakan revolusi yang kompleks juga terjadi di kawasan timur tengah lainnya seperti Libya, Suriah, dan Yaman. Gerakan Arab Spring diharapkan dapat mengubah kondisi yang terjadi akibat adanya pengekangan kebebasan rakyat oleh kekuasaan yang dinilai otoriter, kesenjangan sosial yang tajam juga menyertai di antara elit politik penguasa yang bergaya hidup mewah sementara rakyat dalam kondisi sangat miskin. Fenomena ini tidak hanya mengungkap kesenjangan sosial yang terjadi di kawasan Timur Tengah, namun juga bagaimana pemikiran politik islam dan juga gerakan islam transnasional menjadi faktor revolusi regional.

Perkembangan politik dan gerakan islam transnasional merupakan dua komponen yang menjadi kunci dalam berhasilnya upaya menuju kebangkitan islam. Upaya tersebut berusaha mengatasi dominasi konsep-konsep sistem negara yang dibuat oleh kaum intelek barat.

Persoalan gerakan-gerakan islam dan juga pemikiran politiknya merupakan subjek penting yang diperdebatkan hingga saat ini. Berbagai eksperimen dan juga penetrasi “Islam” ke dalam politik maupun gerakannya mungkin mendapat stigma yang berbalik terhadap “Ukhuwah Islamiyah”.

Gerakan agama selalu mempersoalkan kebenaran doktrin atau ajaran yang dianut dan pula senantiasa menyentuh kalbu penghayatan kultural. Pergolakan doktrin atau ajaran tidak saja terpancar dalam sifat hubungan para pendukung ajaran, tetapi saling terkait juga dengan corak struktural masyarakat. Gerakan pembaruan atau juga dikatakan gerakan revolusioner sering dikaitkan dengan kejadian krisis sosial, yaitu ketika keharmonian terganggu.

Di timur tengah, islam mendapat posisi istimewa sebagai bagian dari individu, kelompok, agama dan politik serta kehidupan holistik. Dalam kondisi negara islam yang ideal, hukum Tuhan harus didasari dalam otoritas politik bukan dalam bentuk teokrasi atau autokrasi yang memberikan kedaulatan pada elit politik.

Untuk skala yang minim negara tentunya harus dapat memberikan perlindungan kepada muslim dalam melaksanakan praktik ibadah, bentuk tersebutlah yang dilihat sebagai model negara ideal. Situasi ini sering menjadikan islam yang diklaim tidak selaras dengan demokrasi dan gerakan yang terjadi di arab tidak akan terselesaikan karena persoalan yang mendasar.

Selama masa pemilihan presiden di mesir, ikhwanul muslimin mengatakan bahwa Wanita memiliki hak untuk menempati segala posisi kecuali dalam urusan kepresidenan. Sikap ini diambil sebagai penghargaan hak perempuan, namun tidak bertentangan dengan hukum islam. Keagamaan ini baik liberal maupun tidak, nyatanya kompatibel dengan demokrasi, karena demokrasi dituntut hadir dalam sistem pemerintahan dalam mengaitkan kepercayaan personal dari tradisi, identitas yang kolektif juga otoritas eksternal.

Terlepas dari upaya kelompok masyarakat juga bebagai hal dalam unsur politik dan agama yang kompleks, transformasi tersebut memiliki ruang terbuka oleh ancaman gangguan hingga kini, seperti yang kita lihat di timur tengah saat ini. Melimpahnya sumber daya alam yang salah satunya menjadi pivot berjalannya ekonomi dunia yaitu minyak bumi tidak bisa dipungkiri, memerangi sistem yang korup dan nepotisme merupakan tantangan yang besar kedepannya.

Diperlukan bertahun-tahun untuk menanggulangi hal kompleks tersebut, sekalipun telah dipenetrasi maupun diupayakan transformasi islam dalam agenda tersebut belumlah selesai. Menegosiasikan peranan normatif agama dalam politik merupakan proses yang tidak mudah juga sensitif, walaupun dapat dikatakan islam sudah bertransformasi secara lebih fleksibel terhadap demokrasi. Itupun beralasan juga karena agama merupakan subjek yang sifatnya emosional dan berhubungan langsung dengan isu personal maupun kelompok.

Namun tidak bijaksana untuk mengatakan bahwa prospek pemikiran politik islam juga gerakan yang menaunginya tidaklah cerah. Arab Spring menunjukan bahwa tidak hanya bagi banyak kaum muslimin kontemporer namun seluruh masyarakat demokrasi, islam dengan pemikir politiknya juga gerakan transnasional yang ada didalamnya mampu menjadi pengaruh dalam terbentuknya revolusi demokrasi.

Arab Spring juga menjadi fenomena yang secara mendesak, membawa demokrasi ke dunia arab melalui pemikiran politik maupun gerakan islam transnasional, namun harus digaris bawahi tidak semuanya melalui unsur-unsur islam. Adapun pandangan pesimis terus muncul, mengingat hingga saat ini pergolakan masih terjadi.

Namun perlu disadari entitas politik maupun agama sangat rumit dan kompleks bahkan butuh upaya ekstra untuk terus berdampingan secara praktik yang ada saat ini, juga perlu dicatat bahwa tanpa gerakan dan pemikiran islam untuk mengawali revolusi, demokrasi dalam level ini mungkin tidak akan pernah dicapai. Masa depan demokrasi dan juga peran agama dalam politik untuk menciptakan perubahan memang tidak akan pernah menjadi suatu barang pasti.

 

Firhan Bagas

Firhan Bagas Pramanda, merupakan mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiah Malang.
1562 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Editorial

Film di Era Digital: Antara Cermin Realitas dan Ilusi Dunia Maya

2 Mins read
Industri film selalu menjadi salah satu media paling kuat dalam merefleksikan kehidupan masyarakat. Sejak era film bisu hingga sinema modern yang sarat…
Editorial

Diplomasi Strategis Atas Migran Indonesia di Laut Malaysia

3 Mins read
Kabar duka kembali menyelimuti dunia pekerja migran Indonesia (PMI). Pada Jumat, 24 Januari 2025, di Perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia, sebuah insiden…
Editorial

Remaja Tangguh di Era Digital: Kunci Masa Depan Gemilang

2 Mins read
Masa remaja adalah fase penting dalam kehidupan manusia, ketika seseorang mulai bertransisi dari anak-anak menuju dewasa. Fase ini penuh dengan dinamika emosional…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.