Featured

As-Syifa; Perempuan Pegiat Literasi Pertama dalam Islam

2 Mins read

Islam datang  sebagi agama yang rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam, termasuk di dalamnya adalah kaum perempuan. Pada zaman sebelum Nabi Muhammad diutus, keberadaan kaum perempuan sungguh miris sekal. Mereka bagaikan barang yang tak berharga diperdagangkan, dijual bahkan diwariskan. Dan yang lebih  parah lagi bayi perempuan yang lahir pada masa itu dikubur hidup-hidup.

Kultur masyarakat Arab waktu itu masih mengedepankan tradisi menghafal dari pada menulis dan dominasi menghafal adalah kaum patriarki. Namun ketika Islam datang, kaum perempuan juga ikut andil dalam tradisi menghafal, tak terkecuali asy-Syifa yang mengenalkan tradisi menulis pada zaman Nabi.

As-Syifa nama nasabnya as-Syifa’ binti Abdillah ibnu Syams ibn Khalaf ibnu Sada ibnu Abdillah al-Quraisyyah dalam kitab tabaqat al-Kubra disebutkan ia termasuk perempuan yang pertama masuk Islam. Ia juga merupakan  istri Abu Khasmah.

As-Syifa termasuk perempuan multitalenta. Terbukti ketika belum masuk Islam, ia dapat menguasai berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu pengobatan, managemen pasar, dan tulis-menulis atau literasi.

Al-Hasil ketika masuk Islam, posisinya sangat urgen terhadap dakwah perkembangan Islam pada waktu itu. Kepiawayannya dalam bidang tulis-menulis menjadikan as-Syifa dikenal sebagai guru perempuan pertama dalam bidang literasi pada waktu itu. Sehingga dakwahnya juga memberikan efek positif khususnya kepada kaum perempuan.

Ketika Nabi hijrah ke Madinah, ia ikut andil dan mendampingi Nabi ke Madinah. Sesuai Namanya, As-Syifa, yang berarti obat. Sebagai perempuan multitalenta, ia juga pandai dalam ilmu pengobatan.

Sebagaimana diriwayatkan dari Sunan abu Dawud juz 10 halaman 291 yang artinya “Rasulallah datang kepadaku ketika aku  berada di rumah Hafsah dan berkata kepadaku, “wahai  Syifa  ajarkanlah kepada Hafsah (istri Nabi MuihammadI) mengobati penyakit sebagaiamana engkau mengajarinya perihal tulis-menulis.

Salah satu pengobatannya adalah ruqyah dan ahli pengobatan penyakit kulit. Adapun ruqyah yang as-Syifa gunakan sebagaimana dalam kitab Aunul Ma’bud, adalah Ruqyah yang menggunakan  namlah, yang merupakan nama penyakit yang ada pada tubuh manusia. Oleh karena itu, Nabi mendukung segala aktivitasnya, kemudian Nabi memberikan rumah khusus untuk as-Syifa dan anak-anaknya.

As-Syifa merupakan perempuan yang cerdas, dengan kelebihannya dalam bidang literasi maka tak jarang Umar bin Khattab meminta pendapatnya dalam berbagai urusan termasuk manajemen pasar Madinah.

Umar memberikan posisi yang sangat strategis, dia ditunjuk umar sebagai kepala pasar Madinah, karena Umar melihat kecakapan, kompetensi dan kapabilitasnya yang dianggap mampu mengurusi pasar tersebut, sehingga Umar bin Khattab tidak ragu memberikan kepercayaan.

Selain pandai ilmu pengobatan dan kemampuan menulis, ternyata as-Syifa juga seorang periwayat hadis. Hadis yang ia riwayatkan dominannya dalam kitab Sunan Abu Dawud. Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, dalm kitab al-Ishabah fi Tamizi Shahabah, as-Syifa merupakan tokoh ilmuan wanita.

Nama sebenarnya adalah Laila. Selain itu ia juga mempunyai nama samaran Ummu Sulaiman. Nama as-Syifa mempunyai kedudukan tersendiri di mata Nabi dalam membantu dakwah Islam terutama dalam bidang tulis-menulis dan membaca bagi kaum perempuan. As-Syifa menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 20 H, ketika masa pemerintahan Umar bin Khattab. Ia telah dirindukan oleh Surga.

Dari as-Syifa binti Abdulllah kita dapat mengambil hikmah bahwa perempuan juga turut andil dalam tersebarnya dakwah Islam terutama menulis dan membaca, terlebih  seluruhnya ia lakukan atas dasar keikhlasan. Sehingga, ia mempunyai kedudukan tersendiri di mata orang nomer satu sedunia yakni Nabi Muhammad.

Nafilah Sulfa

Mahasantri Ziyadatut Taqwa, Mahasiswi semester akhir Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Featured

I Gusti Ngurah Rai: Peran, Perjuangan, dan Penghargaan

1 Mins read
I Gusti Ngurah Rai lahir di Carangsari, Bali, pada 30 Januari 1917. Ia adalah putra dari I Gusti Ngurah Palung, seorang Camat…
Featured

Pemiskinan Perempuan; Membaca Ecofeminism Vandana-Maria

4 Mins read
Meningkatnya kemiskinan yang dialami perempuan merupakan imbas dari proses-proses ekonomi dan politik, dimana kaum perempuan ditempatkan dalam posisi terbelakang. Keterbelakangan perempuan bukan…
Featured

Shin Tae Yong: Sudah Pergi Tapi Akan Selalu di Hati Rakyat NKRI

3 Mins read
Pemecatan Shin Tae-Yong sebagai pelatih Skuad Garuda Indonesia, menggema di jagat virtual. Pro dan kontra di media sosial tidak terbendung lagi. Tentu…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *