Telaah

Begini Ekspresi Para Ulama Saat Rindu Tanah Airnya

2 Mins read

Mencintai dan rindu tanah air itu fitrah setiap manusia. Ketika seseorang tidak mencintai tanah airnya, ada masalah dalam jiwanya. Apalagi sampai bilang gak ada dalilnya, itu lebih parah lagi.

Kerinduan akan tanah air, terkhusus bagi seorang perantau adalah kewajaran. Imam as-Syafi’i selama 17 tahun ketika mencari ilmu, beliau belum sempat pulang menghirup semilir udara kampung halamannya. Kerinduannya sungguh membuncah. Hal itu jelas dalam salah satu puisinya,

وإني لمشتاقٌ إلى أرض غزةِ

وإن خانني بعد التفرق كتماني

سقى الله أرضا لو ظفرت بتربها

كحلتُ به من شدة الشوق أجفاني

Sungguh aku benar-benar merindukan tanah Gaza setelah berpisah dengannya, meskipun aku menutupinya.

Semoga Allah memakmurkan kampung halamanku, Gaza. Sekiranya aku mendapati tanah itu, aku akan akan memakai celak mata (agar tidak terkena sakit mata), karena kerinduan yang maha rindu (yang berpotensi membuat air mata terus mengalir) kepada tanah kampungku, Gaza.

Demikian pula yang dialami Allamah Mahmud al-Zamakasyari, pendekar mufassir yang rindu akan tanah airnya. Dalam Diwan Zamakasyari, beliau mengatakan:

مطوَّقتَي نعمانَ أصبيتما قلبي

إلى أرض ميلادي وصوتكما يصبي

وبين بلادي والحجاز مسافةٌ

بعيدٌ عن الوجناء والبازلِ الصعبِ 

Oh, dua merpati Nu’man (nama sebuah tempat), jiwaku menguluk kepada kalian berdua. Menyampaikan salam kepada tanah kelahiranku dan suara kalian adalah asmara

Di antara tanah airku dan Hijaz (tempat beliau bermukim) ada jarak membentang nun jauh. Perjalanan jauh dari luka yang amat berat.

Pada kesempatan yang lain al-Zamakhsyari juga mengatakan,

أنا الجار جار الله مكة مرکزي

ومضرب أوتادي و معقد أطنابي

وما كان إلا زورةً نهضتي إلى

بلاد بها أوطان رهطي وأحبابي

Aku adalah Jarullah (orang yang dekat dengan Mekah) Mekah adalah tempatku berteduh, rumahku, dan tali yang mencengkramnya.

Tempat itu adalah kekuatan terhadap kebangkitanku menuju sebuah tanah air yang di sana ada penduduk, kabilah-kabilah, keluarga dan para pecinta.

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani al-Azhary juga tak luput menyatakan kerinduan kepada tanah kelahiran dan keluarganya ketika di tanah rantau. Dalam diwan Ibnu Hajar disenandungkan,

سلام على من لا يرد جوابی

سلام مشوقٍ بالفراق مصابِ

سلام کأنفاس النسيم بسحرةٍ

سرت في رياضٍ منهمُ ورحابِ

سلام على أهلی وداری وجيرتي

وأنسي وقلبي و الكرى وشبابي

ومنزل أحباب وظل صحابتي

ومنزه أترابي وجل طِلابِ

Salamku kepada orang-orang yang tidak menjawab salam itu. Salam kerinduan dari seseorang yang tertimpa perpisahan.

Salam itu seperti nafas-nafas angin sepoi pada waktu sahur. Sebagian berjalan berjalan di taman-taman dan di pangkuan

Salamku kepada keluargaku, rumahku, dan tetangga-tetanggaku. Dan juga kepada kesenangan, jiwa, kantuk dan masa mudaku.

Salam pula kepada rumah para pecinta dan rindang teduh sahabatku. Juga kepada tanah tanah kebun dan harapanku yang banyak.

Demikian, para ulama mengekspresikan kecintaannya kepada tanah airnya, kampung halamannya. Apakah beliau-beliau tidak punya dalil untuk hal itu? Oh, sungguh keterlaluan mengatakan mereka tidak memiliki dalil. Ada seabrek dan segudang dalil bagi mereka. Tidak menemukan dalil belum berarti tidak ada! Kita saja yang barangkali belum baca banyak. Jangan sedikit-dikit gak ada dalil.

Ala Kulli Hal, kecintaan kepada tanah air telah dicontoh oleh ulama-ulama kita terdahulu. Mari kita mencintai tanah air kita, Indonesia! 

أيا ريح مصر بلًغ الشوق عندنا

إلى ريح إندونيسيا بقعة القلب

وإني لمشتاق إليها فأخبـــــــــــــري

كما اشتاق إبليسٌ إلى الغي والخِبِّ

لعمري معاذ الله أن أصطفي الذي

أحـــــــب ولكن فيه حُبٌّ بلا حبِّ

(Syihab Syaibani)

O semilir angin Mesir, sampaikan kerinduan kami kepada semilir angin Indonesia, kepingan jiwaku.

O sungguh aku merindukan Indonesia, maka kabarkan kerinduan ini. Sebagaimana Iblis yang merindukan kesesatan dan pengkhianatan.

Sungguh, aku berlindung kepada Allah akan pilihan kepada seseorang yang kucintai, namun pada dirinya terdapat cinta yang bukan cinta. (AN)

Kairo, 25 Juli 2020.

Syihab al-Syaibani

Mahasiswa al-Azhar. Saat ini aktif talaqqi dan membaca dan menulis kisah-kisah para ulama.
Selengkapnya baca di sini I
2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Telaah

Soeratin Menangis Melihat PSSI Kita, Mengapa?

3 Mins read
Dalam kondisi dehidrasi panas pekat Kota Jakarta, melalui Rapat Pleno DPP IMM saya diangkat menjadi Sekretaris Bidang Seni, Budaya dan Olahraga DPP…
Telaah

Pendanaan: Kunci Sukses Kelompok Teroris

3 Mins read
Di General Santos, Filipina, sekitar 500 kilometer menyeberangi lautan dari Manado, Sulawesi Utara pada November 2015, Suryadi Mas’ud mengecek senjata. Satu per…
Telaah

Petaka Media Sosial dan Praktik Keimanan di Ruang Maya; Belajar dari Berbagai Kasus

2 Mins read
Petaka media sosial sudah semakin nyata. Banyak masyarakat yang tidak sadar dampak negatif bermedia sosial yang menyebabkannya terpuruk. Bagaimana Islam menyikapinya? Petaka…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *