Editorial

Begitu Samarnya Jebakan Syirik yang Lebih Bahaya dari Fitnah Dajjal

2 Mins read

Kita tidak sedang ingin berbicara syirik yang besar yang memang dosanya tidak terampuni. Di balik ketakutan terhadap syirik, ada syirik yang begitu samar yang sering kita tidak sadari. Mungkin beberapa kali kita tidak menyadari melakukannya.

Mari kita mengenali jebakan syirik yang begitu samar ini sehingga kita mudah mengantisipasinya. Nabi pernah mengajari para sahabat tentang syirik yang begitu samar, tetapi sangat berbahaya ini. Bahkan Nabi mengibaratkan bahayanya melebihi fitnah Dajjal.

“Maukah kalian aku beritahukan tentang sesuatu yang lebih aku takutkan (akan menimpa) kalian daripada Al-Masīh Ad-Dajjal?” Para sahabat menjawab, “Tentu saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Syirik Khafi (yang samar/tersembunyi). Seseorang berdiri lalu shalat kemudian memperbagus shalatnya karena melihat pandangan orang yang memperhatikannya.” (Hadist Hasan, Riwayat Ibnu Majah).

Keinginan untuk selalu dipuji orang lain adalah bentuk syirik. Menandakan dirinya tergantung dan membutuhkan pujian orang lain. Bahkan ia berani menukar ibadahnya yang sejatinya untuk Allah, tetapi diperuntukkan untuk mendapatkan pujian manusia.

Syirik bentuk ini memang kecil dan samar, tetapi kerap kita tidak menyadarinya. Bahkan ada cerita seorang mati syahid yang harus masuk neraka karena syirik yang samar ini. Cerita ini dari Abu Hurairah tentang tiga orang yang dikenal dengan ibadah yang berbeda-beda. Ketiganya menghadap Tuhan pada saat penghiungan amal ibadah di hari kiamat.

Pertama orang yang mati syahid yang telah menganggap dirinya berjuang dan berperang demi Allah hingga mati Syahid. Namun Allah menjawab : ‘Kamu telah berdusta. Sebenarnya kamu berperang bukan untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang gagah berani.’

Orang kedua dikenal sebagai pengajar al-Quran yang juga diperintahkan untuk dimasukkan ke neraka, walaupun ia mencari ilmu al-Quran dan mengajarkan kepada masyarakat. Allah pun berkata ‘Kamu telah berdusta. Sebenarnya kamu mencari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain agar kamu disebut orang alim. Kamu pun membaca Al-Qur’an agar kamu disebut sebagai orang yang pandai membacanya.’

Terakhir, orang yang banyak harta dan rajin bersedekah. Nasib dia sama walaupun sudah menafkahkan harta bendanya di jalan Allah. Allah berkata, ‘Kamu telah berdusta. Sebenarnya kamu menafkahkan harta bendamu itu agar kamu disebut sebagai orang yang dermawan”

Dari semuanya kita belajar, ibadah saja tidak cukup tanpa dibarengi niat yang baik. Ibadah yang menggunung justru menjadi bencana ketika kita meniatkannya bukan selain kepada Allah. Ibadah yang hanya ingin mencitrakan diri orang baik, orang alim, orang syahid, dan paling dekat dengan Tuhan. Sejatinya, di dalam hatinya ia menukar ridha Tuhan dengan pencitraan dan penilaian orang lain. Ia bukan menghamba kepada Tuhan, tetapi menghamba atas harapan pujian orang lain.

1274 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Editorial

Transformasi Pemerintahan: Digitalisasi dan Demokrasi

3 Mins read
Kemajuan partisipasi politik di Indonesia pada saat ini cukup dinamis. Partisipasi politik merupakan kegiatan rakyat yang bertindak untuk mempengaruhi keputusan yang dibuat…
Editorial

Pentingnya MSDM dalam Perencanaan Pembangunan Desa

3 Mins read
Pengertian desa menurut undang-undang adalah: Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Pasal 1, Desa atau yang sering disebut kampung, adalah kesatuan…
Editorial

Menguji Efektivitas Kabinet ‘Montok’ Prabowo-Gibran, Bagaimana?

4 Mins read
Presiden Prabowo Subianto telah mengumumkan kabinet Merah Putih berjumlah 109 anggota. Terdiri dari menteri, wakil menteri, kepala badan, dan kepala lembaga setingkat…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.