Telaah

Benarkah Media Sosial Membentuk Opini Kita?

3 Mins read

Dunia maya kini menjadi medan pertempuran narasi. Isu sosial, politik, bahkan kesehatan, kerap menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial. Tak jarang, diskusi tersebut merembet ke ranah perdebatan sengit yang memecah belah. Ini memunculkan pertanyaan: seberapa besar peran media sosial dalam membentuk opini publik?

Algoritma: Membentuk Realitas Sendiri

Tak dapat disangkal, media sosial memiliki jangkauan yang luas. Informasi dapat dengan mudah disebarkan dan diakses oleh jutaan pengguna dalam hitungan menit.  Namun, cara informasi tersebut disajikan tak selalu objektif. Algoritma yang mengatur platform media sosial berperan besar dalam menentukan konten yang muncul di lini masa penggunanya.

Algoritma ini dirancang untuk memberikan pengalaman pengguna yang menyenangkan. Ia akan menampilkan konten yang sering kita lihat, sukai, atau bagikan sebelumnya. Sayangnya, hal ini dapat menciptakan “filter bubble,” yakni lingkaran gema di mana pengguna hanya terpapar informasi yang sesuai dengan pandangan mereka. Akibatnya, bias dan polarisasi opini semakin menguat.

Disinformasi: Senjata Mematikan di Dunia Maya

Selain filter bubble, media sosial juga rentan menjadi sarang disinformasi. Berita bohong, deepfake (video manipulasi digital), hingga hate speech (ujaran kebencian) dapat dengan mudah disebarkan. Paparan terus-menerus terhadap informasi yang salah dapat mempengaruhi cara berpikir dan pengambilan keputusan individu.

Contoh nyata yang bisa kita lihat adalah kasus penyebaran hoaks terkait penanganan COVID-19. Informasi sesat tersebut menimbulkan kebingungan dan ketidakpercayaan terhadap otoritas kesehatan. Hal ini pada akhirnya dapat menghambat upaya penanganan pandemi.

Tanggung Jawab Bersama: Lawan Disinformasi

Menyadari besarnya pengaruh media sosial, diperlukan langkah proaktif dari berbagai pihak.

  1. Pengguna:  Penting bagi pengguna untuk meningkatkan literasi digital dan ketrampilan berpikir kritis. Jangan mudah percaya informasi yang beredar di media sosial. Lakukan verifikasi dengan mencari sumber terpercaya sebelum menyebarkannya.
  2. Platform:  Platform media sosial memiliki tanggung jawab untuk memerangi disinformasi. Mereka perlu mengembangkan fitur-fitur yang membantu pengguna mengakses informasi yang beragam dan berkualitas. Selain itu, platform juga perlu lebih transparan terkait algoritma mereka.
  3. Pemerintah: Pemerintah dapat mengambil langkah regulasi untuk mengatur penggunaan media sosial. Regulasi tersebut harus dirancang agar tidak membatasi kebebasan berekspresi, namun di sisi lain juga melindungi pengguna dari dampak negatif disinformasi.

Media sosial memang menjadi sarana yang ampuh dalam membentuk opini publik. Namun, paparan informasi yang terus-menerus, ditambah dengan dominasi algoritma dan disinformasi, dapat menjadi tantangan tersendiri. Untuk itu, dibutuhkan partisipasi aktif dari pengguna, platform, dan pemerintah untuk menciptakan ruang digital yang sehat dan informatif. Mari jadi pengguna media sosial yang cerdas dan kritis, serta hentikan penyebaran hoaks! Bersama, kita bisa wujudkan dunia maya yang lebih baik.

Media sosial kini menjadi ruang yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan akses instan ke informasi, media sosial memungkinkan pengguna untuk mendapatkan berita, berinteraksi, dan menyuarakan pendapat. Namun, dampaknya terhadap pembentukan opini menjadi topik yang terus diperbincangkan. Benarkah media sosial benar-benar membentuk opini kita?

Salah satu alasan utama media sosial membentuk opini kita adalah keberadaan filter bubble dan algoritma. Platform seperti Facebook, Instagram, atau Twitter dirancang untuk menyajikan konten yang relevan berdasarkan preferensi pengguna. Ini menciptakan ruang informasi yang tertutup, di mana kita cenderung hanya terpapar pada pandangan atau opini yang selaras dengan keyakinan kita. Akibatnya, opini kita tidak hanya dipengaruhi tetapi juga diperkuat oleh konten yang terus-menerus mendukung pandangan kita.

Media sosial memungkinkan informasi menyebar lebih cepat dibandingkan media tradisional. Informasi yang viral, baik itu benar atau salah, dapat membentuk opini publik dalam hitungan jam. Ini terutama terjadi pada isu-isu sensitif atau kontroversial yang menarik emosi, seperti politik atau berita bencana. Ketika orang-orang berbagi opini di media sosial, pengaruhnya sering kali bergema dalam lingkaran sosial mereka, membentuk pola pikir kolektif.

Figur publik, selebritas, dan influencer memiliki peran signifikan dalam membentuk opini di media sosial. Dengan jutaan pengikut, pendapat atau pilihan mereka dalam berbagai isu sering kali menjadi pedoman bagi audiens mereka. Selain itu, komunitas di media sosial dapat menjadi tempat diskusi atau bahkan tekanan sosial, yang mendorong individu untuk menyelaraskan pendapatnya dengan mayoritas.

Tidak dapat dipungkiri, media sosial juga menjadi ladang subur bagi disinformasi dan hoaks. Informasi yang menyesatkan dapat mempengaruhi persepsi publik, terutama jika diterima tanpa verifikasi. Opini yang terbentuk dari informasi yang salah dapat berdampak negatif, seperti polarisasi masyarakat atau tindakan berdasarkan asumsi yang keliru.

Meski media sosial memiliki pengaruh besar, bukan berarti kita tidak memiliki kendali atas opini kita. Penting untuk bersikap kritis terhadap informasi yang kita terima. Memverifikasi fakta, mengeksplorasi sudut pandang yang berbeda, dan keluar dari zona nyaman informasi dapat membantu mengurangi dampak filter bubble.

Media sosial memang memiliki kekuatan untuk membentuk opini kita, baik secara langsung melalui algoritma dan konten, maupun secara tidak langsung melalui interaksi sosial. Namun, seberapa besar pengaruh itu terjadi tergantung pada kesadaran dan sikap kritis kita sebagai pengguna. Dalam era di mana informasi mengalir begitu cepat, kemampuan untuk memilah informasi dan berpikir secara mandiri menjadi kunci untuk menjaga kebebasan opini kita.

 

Emilia Ee Ling Ho

Currently studying Bachelor of Veterinary Medicine in Universitas Airlangga
1493 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Telaah

Judol dan Pinjol: Ancaman Serius bagi Masa Depan Indonesia

3 Mins read
Indonesia menghadapi ancaman serius dari dua fenomena yang kian mengakar: judi online (judol) dan pinjaman online (pinjol). Data dari Badan Siber dan…
Telaah

Menelisik Peran NII sebagai Induk Terorisme di Indonesia

4 Mins read
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap 16 orang tersangka teroris yang terafiliasi dengan Negara Islam Indonesia (NII) di Sumatera Barat. Penangkapan…
Telaah

Menghadapi Stigma, Gangguan Bipolar dalam Masyarakat Indonesia

4 Mins read
“Bipolar disorder is like having two different lives in one body” – ini mungkin terdengar mengejutkan, tetapi gangguan bipolar memang memiliki dampak…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.