KH Noer Ali adalah seorang sosok ulama besar Bekasi yang sangat disegani oleh para masyarakat Bekasi dari zaman penjajahan hingga sekarang. Beliau menjadi panutan bagi masyarakat Bekasi. Beliau juga memiliki banyak julukan karena beliau ikut serta dalam perang melawan penjajahan.
KH Noer Ali juga merupakan sosok putra asli Bekasi yang tidak hanya disegani para masyarakat biasa, tetapi juga oleh para pejabat pemerintah kota dan pemerintah kabupaten Bekasi. Beliau sangat disegani dan dihormati. Karena ini beliau mendapat julukan Singa Karawang-Bekasi. Beliau juga memiliki wawasan keislaman yang tidak diragukan lagi. Beliau belajar keislaman kepada ulama-ulama besar yang ada di Indonesia dan juga ulama dari Tanah Suci Makkah.
KH Noer Ali lahir pada 15 Juli 1914 di Desa Ujung Malang Bekasi. Beliau merupakan putra dari seorang ayah yang bernama Anwar bin Layu dan ibunya yang bernama Hj Maemunah. Keduanya adalah seorang petani. Beliau sejak kecil memiliki semangat dalam memperlajari ilmu-ilmu agama. Pada saat berusia 8 tahun beliau mulai mengaji di daerah Kampung Bulak Bekasi yang beranama Guru Maksum. Beliau juga mempelajari ilmu Bahasa Arab, tauhid dan fiqih. Beliau juga dengan belajar guru Mughni di Ujung Malang yang sekarang nama tersebut menjadi Ujung Harapan.
KH Noer Ali ketika memasuki fase usia remaja pergi ke tempat guru lainnya yang beranama Guru Marzuqi yang nantinya melahirkan alim ulama Betawi terkemuka. Banyak warga sekitar yang mempercayai bahwasannya beliau pernah pergi ke beberapa tempat, diantaranya Kampung Cipinang Muara, Klender (Jakarta Timur).
Saat usia dewasa beliau terus memperdalam ilmu agama Islamnya yang sehingga menjadi santri paling cerdas dan diakui juga oleh para sang guru-gurunya. Pada saat masa pendidikannya dengan memperdalam wawasan agama Islam, di saat itulah beliau melihat dengan mata kepalanya sendiri masyarakat di sekitarnya yang dijajah oleh apparat kolonial. Oleh karena itu beliau menjadi semangat untuk mencintai Tanah Air dari dalam diri dan juga mengalir kedalam jiwanya.
Di tahun 1934, beliau mulai menginjak usia 20 tahun. Pada saat itu beliau mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agama Islam. Di sana beliau mendapat pengajaran langsung oleh tokoh besar yaitu Syekh Umar Hamdan, Syekh Ahmad Fatoni, hingga Syekh Muhammad Amin Al-Quthbi. Tidak hanya itu beliau juga memperlajari ilmu-ilmu politik Islam yang di antaranya Organisasi Persatuan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) dan juga menjadi ketua Persatuan Pelajar Betawi.
KH Noer Ali setelah melaksanakan ibadah haji dan mempelajari ilmu agama Islam dan ilmu politik, beliau kembali ke tanah air. Beliau tiba di Batavia (Jakarta) pada tahun 1940. Pada saat itu beliau langsung mendirikan Pesantren yang bernama At-Taqwa di kampung halamannya yaitu Ujung Malang Bekasi. Dibangunnya pesantren itu menandakan baktinya kepada guru-guru yang sudah mengajarinya banyak ilmu.
Pada zaman kedudukan Jepang dan Belanda, semangat dari KH Noer Ali menjadi membara seperti api, karena itu KH Noer Ali memberitahu bahwasannya anak muda Indonesia harus memperoleh ilmu militer modern dai pada penjajan. Untuk mempersiapkan kemerdekaan menyongsong kemerdekaan untuk RI, dalam hal itu banyak santri santrinya ikut dalam prajurit-prajurit yang dibentuk oleh pada penjajah.
Bertepatan pada tahun 1945, beliau membentuk Laskar Rakyat dengan 200 pemuda untuk menumbuhkan mental dan tekad mereka dalam melawan penjajah. Pemuda itu berdatangan dari kalangan santri dan pemuda Babelan di Ujung Malang, Tarumajaya, Cilincing, dan Muara Gembong. Di sana meraka dilatih oleh kemiliteran TKR Bekasi dan Jatinegara. Mereka juga melaksanakan puuasa selama 7 hari di Mesjid Ujung Malang yang bernama Mesjid At-Taqwa.
Setelah berbagai perjuangan yang telah beliau hadapi, Republik Indonesia mendapat kemerdekaanya pada 17 agustus 1945. Oleh karena itu beliau juga disebut “Si Belut Putih” dan juga “Sang Singa Karawang-Bekasi”. Pada saat mempejuangkan tegaknya NKRI. Beliau juga mempunyai sahabat perjuangannya pada saat peperangan yaitu, Panglima Besar Jendral Sudirman dan Bung Tomo
Kenapa beliau disebut Sang Singa Karawang-Bekasi, karena pada tahun 1947 beliau memukul mundur pasukan penjajahan belanda dengan tentaranya yang sudah beliau latih. Selain itu, pada saat itu beliau mengomandoi markas pusat Hizbullah-Sabilillah Jakarta. Dikisahkan bawah pasukan belanda sangat kesulitan dalam menangkap KH Noer Ali. Pada saat itu beliau mendapat julukan sebagai “Si Belut Putih Karawang-Bekasi”
Demikian biografi singkat KH Noer Ali, sang phlawan nasional dari Bekasi, yang dengan perjuangannya yang heroik beliau menjadi panutan oleh masyarakat warga Bekasi.