Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Prof. Dr. H. Mohammed Rycko Amelza Dahniel, menyatakan keprihatinan atas meningkatnya aktivitas terorisme di kalangan perempuan, anak, dan remaja akibat indoktrinasi yang semakin intensif.
Menurut keterangan dari BNPT, selama beberapa waktu terakhir, terjadi peningkatan dalam penyebaran paham radikal di beberapa daerah. Salah satu yang paling dikhawatirkan adalah indoktrinasi yang dilakukan di tingkat lokal, yang mencoba mempengaruhi masyarakat melalui pendekatan yang lebih personal.
“Kita harus meningkatkan resiliensi masyarakat terhadap radikalisasi dan indoktrinasi. Pengetahuan tentang bahaya terorisme dan kewaspadaan yang tinggi menjadi kunci dalam melawan ancaman tersebut,” ujar Kepala BNPT di Jakarta, Minggu (12/5/2024).
BNPT juga menyoroti pentingnya kerja sama internasional dalam memerangi terorisme. Dalam konteks ini, BNPT telah mengintensifkan kerja sama dengan negara-negara mitra, termasuk Selandia Baru, untuk bertukar informasi dan pengalaman dalam upaya pencegahan terorisme. Sementara itu, program deradikalisasi terus digiatkan sebagai bagian dari strategi BNPT dalam menangani radikalisasi dan terorisme.
“Program ini bertujuan untuk membimbing dan mendukung reintegrasi warga yang terlibat atau terdampak oleh paham radikal kembali ke masyarakat,” tandasnya.
Wakil Duta Besar Selandia Baru, Giselle Larcombe, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, mengapresiasi upaya Indonesia dalam mengembangkan program deradikalisasi.
“Memang penting pendekatan yang holistik dan berkelanjutan dalam mengatasi ancaman terorisme,” pungkasnya.
BNPT berharap dengan adanya upaya bersama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait, Indonesia dapat lebih efektif dalam memerangi terorisme serta mencegah penyebaran paham radikal di masyarakat.