Pancasila memang bukan wahyu ilahi. Tapi ia fikrul islami. Kalimat itu pernah disampaikan oleh sesepuh kiai NU dan dipopulerkan oleh KH Achmad Siddiq, Jember. Waktu saat itu Pancasila diabang kehancuran. Karena di antara para ulama dan penggagas negara berseteru atas keberterimaannya terhadap Pancasila.
Ketidakberterimaan terhadap Pancasila menyebabkan tokoh agama terbelah. Ada yang setuju dan ada yang tidak. Namun yang pasti, Pancasila adalah satu asas atau wadah perasan pikiran yang menyatukan semua. Pancasila adalah piagam Madinahnya Indonesia.
Nilai-nilai dan semangat Islam ada di dalamnya. Sila Ketuhanan yang Maha Esa, bukan hanya salah satunya. Namun lima nilai yang ada di Pancasila juga termasuk nilai keagamaan. Inilah yang sebenarnya tidak masuk dalam alam pikir orang-orang yang anti terhadap Pancasila.
Semua, baik dari latar belakang, sila, dan penggagasnya dianggap tidak sejalan dengan nafas Islam. Karena dasar pikirnya, adalah mayoritas penduduk (muslim). Maksudnya pilihan dasar negara harus berdasar mayoritas penduduknya, yakni Islam.
Propaganda Anti Pancasila
Sampai saat ini opini itu terus dipopulerkan. Mereka terus menerus melancarkan propaganda anti Pancasila. Bahkan mereka berani membeturkan Pancasila dengan agama (Islam/Muslim). Menurutnya Pancasila bertententangan dengan Islam. Dan Pancasila bukan Islam.
Dulu, yang menolak adalah kelompok NII dan agamawan berwatak ekstrem. Namun, karena mereka tidak loyo dan terus membuka pikiran dan lembar buku untuk mengkaji Pancasila. Akhirnya mereka tahu kedahsyatan Pancasila bila diterapkan di negara multicultural: Indonesia. Alhasil, inilah yang kita saat ini orang Indonesia rasakan: kedamaian.
Bayangkanlah jika negara Indonesia berpaham negara Islam. Kita mungkin seperti Suriah, Syiriah, dan negara konflik lainnya. Bukan berarti negara berasas Islam tidak baik. Tapi asas Islam yang yang ditancapkan di negara multikultural, sering mendapat masalah. Tiap hari pertumpahan darah dan banjir mayat kita lihat. Bahkan deburan bom dan tembakan meneror setiap harinya.
Tapi bagi orang yang anti Pancasila, hal-hal demikian tidak terlintas dalam pikiran. Yang ada adalah keegoisan beragama. Jihad membela agama menjadi wacana garda terdepan. Namun esensi dari agama itu sendiri (kedamaian) ditinggalkan. Itulah yang kadang tertinggal di pikiran kita.
Maka, lahirlah manusia dan kelompok seperti yang digagas oleh Ismail Yusanto dan Rizieq Shihab. Mereka menolak Pancasila tanpa membaca, mengkaji, dan menjiwai Pancasila secara jernih. Mungkin sebenarnya mereka bisa, namun ketutupan dari proyek dan idealis palsu. Berkelit di atas kesadarannya sendiri: bahwa Pancasila itu bernilai sakti dan baik untuk manusia Indonesia.
Menjadi bukti dan fakta bahwa Pancasila memang sakti. Ia bisa menyatukan yang terbelah dan dan terpecah-pecah. Baik dari keterpecahan suku, bahasa, ras, agama, dan lainnya. Semua disatukan dalam satu tarikan nafas: Pancasila.
Bisnis Pancasila
Itulah hebatnya Pancasila. Jika Nabi Muhammad menyatukan masyarakat di Madinah, seperti Yahudi, Nasrani, dan Islam dengan Piagam Madinah. Maka di Indonesia disatukan oleh Pancasila. Maka itulah Pancasila disebut Tapi ia fikrul islami.
Pancasila tidak ditemukan di Al-Quran, Hadis, dan kita-kita besar Islam. Namun, Pancasila sudah sangat Islami. Karena Pancasila hasil perasan ilmiah Al-Quran, hadis, dan pemikiran Islam. Maka sangat pincang jika Pancasila diangap tidak bernafas agama Islam.
Sungguh sangat sedih jika hari ini masih ada orang mempertentangkan Pancasila dan Islam. Sebagaimana sangat kasihan jika Pancasila dijadikan sebagai bisnis politik murahan. Pancasila tak mungkin bisa teguh dan sakti jika hanya dibisniskan.
Selengkapnya baca di sini I