Islam di Asia Tenggara pada dasarnya adalah Islam yang ramah. Namun hal itu dirusak dengan aksi-aksi terorisme yang dituduhkan kepada Islam. Akibatnya, citra positif Islam rusak dengan stima negatif tersebut.
Hal itu dikatakan Ketua Majelis Ulama Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis pada Konferensi Internasional Dai Asia Tenggara di Jakarta, Kamis (25/7/2024). Hadir dalam Konferensi yang mengangkat tema “Strengthening Islamic Moderation and Coordinating the Preaching Movement in Southeast Asia’ beberapa pemuka agama dari berbagai negara, diantaranya perwakilan dari Malaysia, Myanmar, Timor Leste, Thailand, Laos, Brunei Darussalam, Laos, dan juga Vietnam.
Menurutnya, Islam di Asia Tenggara dengan populasi kedua tertinggi di Asia ini mempunyai kekuatan sosial yang patut diperhitungkan di kawasan ini.
“Ada dua hal yang perlu dilakukan untuk membangun wajah Islam yang ramah dan damai di Asia Tenggara. Pertama, kampanye dakwah wasathiyatul Islam (Islam moderat) di tengah Masyarakat dunia, khususnya di Asia Tenggara,” ujar Kiai Cholil.
Hal itu dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam komunitas plural secara lebih toleran, terutama di kalangan generasi muda. Bukankah sasaran generasi muda sekarang ini sudah diambil oleh kelompok radikal atau libral dalam setiap dakwahnya.
Hal itu dibuktikan dengan para pelaku pengeboman dan agen sekularisasi selalu dilakukan oleh generasi muda.
“Dakwah Wasathiyatul Islam (Islam moderat) tidak lagi diorientasikan kepada masyarakat secara umum, tetapi difokuskan kepada generasi muda di kampus-kampus atau di sekolah-sekolah yang menjadi sasaran utama kelompok ekstrem kanan dan ekstrem kiri,” kata dia dalam
Kedua, menciptakan kondisi masyarakat yang lebih baik secara keseluruhan. Hal itu dilakukan untuk memberikan bukti konkret betapa wacana moderat mampu menciptakan kondisi masyarakat yang ideal, bermoral dan berkualitas.
Dia menyebut, selama ini, mereka yang berhaluan radikal sering kali mengeluarkan kesimpulan bahwa tidak bermoralnya kehidupan masyarakat disebabkan bangsa tidak menjalankan syariat Islam, seperti masa klasik Islam.
“Karena itulah, kondisi masyarakat yang baik dapat menjadi bukti objektif betapa wasathiyatul Islam (Islam moderat) yang mayoritas dapat menciptakan kondisi yang baik bagi kehidupan masyarakat,” terangnya.
Kondisi itu, lanjut Kiai Cholil, tidak ada korupsi, terjaminnya keadilan sosial, dan keluar dari krisis. Untuk mewujudkan kondisi masyarakat seperti itu memang sangatlah berat, tetapi usaha keras untuk memperbaiki kondisi masyarakat dan bangsa dapat mengurangi kegalauan dan kerisauan beberapa kalangan.
“Inilah yang menjadi cita-cita kita bersama dalam membangun citra Islam sebagai agama yang ramah dan damai di bumi Asia Tenggara dengan wujud konkret kepedulian kita untuk mengampanyekan wacana moderat di tengah masyarakat,” kata dia,
“Merancang masa depan Islam Asia Tenggara tidaklah mudah, tetapi kita tetap harus berusaha mewujudkannya. Salah satu bentuknya dalah mengikat perjuangan kita dan dakwah Islamiyah dalam Forum Tokoh Dakwah di Asia Tenggara,” tutupnya.