Bhinneka Tunggal Ika

Fenomena Fatherless: Dampaknya dan Tantangan Sosial di Indonesia

2 Mins read

Menelusuri Fenomena Fatherless: Dampaknya dan Tantangan Sosial di Indonesia

Fenomena “fatherless” atau ketiadaan figur ayah dalam kehidupan anak merupakan isu yang semakin banyak mendapat perhatian di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Fatherless bukan hanya mencakup anak-anak yang kehilangan ayah karena kematian, tetapi juga mereka yang ayahnya absen secara emosional atau fisik akibat perceraian, ketidakhadiran karena pekerjaan, atau ketidakpedulian.

Dampak Psikologis dan Sosial

Ketiadaan figur ayah memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan anak. Secara psikologis, anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah sering kali menghadapi tantangan dalam membangun identitas diri dan kepercayaan diri. Mereka mungkin merasa kurang dicintai atau dihargai, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka dalam jangka panjang. Anak-anak ini lebih rentan terhadap depresi, kecemasan, dan masalah perilaku seperti agresi atau penyalahgunaan zat.

Secara sosial, anak-anak fatherless sering mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan otoritas. Mereka mungkin merasa kurang memiliki panutan dalam hal etika kerja, tanggung jawab, dan kedisiplinan. Ini dapat berdampak pada prestasi akademis dan prospek karier mereka di masa depan. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa ayah cenderung memiliki tingkat putus sekolah yang lebih tinggi dan kesulitan dalam menemukan dan mempertahankan pekerjaan yang stabil.

Tantangan dan Penyebab

Penyebab dari fenomena fatherless di Indonesia cukup kompleks. Tingkat perceraian yang meningkat, migrasi pekerja yang meninggalkan keluarga untuk bekerja di luar kota atau luar negeri, dan ketidakmampuan ayah untuk berperan aktif dalam pengasuhan anak adalah beberapa faktor utama. Selain itu, stereotip gender tradisional yang menempatkan beban pengasuhan sepenuhnya pada ibu juga berperan dalam meningkatkan fenomena ini.

Peran Masyarakat dan Pemerintah

Mengatasi masalah fatherless memerlukan pendekatan yang holistik. Masyarakat harus mulai menyadari pentingnya peran ayah dalam pengasuhan dan perkembangan anak. Program pendidikan dan kampanye kesadaran yang menekankan peran ayah harus diperluas. Ini termasuk penyediaan konseling keluarga, program pendidikan pengasuhan yang melibatkan ayah, dan dukungan untuk ayah tunggal.

Pemerintah juga memiliki peran penting dalam menciptakan kebijakan yang mendukung keberadaan dan partisipasi ayah dalam keluarga. Misalnya, cuti ayah yang lebih panjang dan fleksibel dapat membantu ayah lebih terlibat dalam pengasuhan anak. Selain itu, perlindungan bagi pekerja migran dan keluarganya harus ditingkatkan untuk memastikan anak-anak yang ditinggalkan tetap mendapatkan perhatian dan dukungan yang cukup.

Kesimpulan

Fenomena fatherless adalah masalah sosial yang kompleks dan memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Meskipun peran ibu dalam keluarga sangat penting, peran ayah tidak bisa diabaikan begitu saja. Ketiadaan figur ayah dapat memberikan dampak negatif yang signifikan pada perkembangan anak dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Oleh karena itu, perlu ada upaya kolektif untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran ayah dan menciptakan lingkungan yang mendukung kehadiran aktif ayah dalam keluarga. Dengan demikian, kita bisa membangun generasi yang lebih sehat, kuat, dan seimbang secara emosional dan sosial.

Syifa Rahmatillah

Mahasiswa psikologi
1672 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Bhinneka Tunggal Ika

Sinergi di Ujung Timur: Membangun Maluku yang Damai dan Aman

2 Mins read
Kepolisian Daerah (Polda) Maluku terus memperkuat sinergi dengan berbagai pihak, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), dalam rangka menjaga stabilitas…
Bhinneka Tunggal Ika

Dari Catalonia Hingga ke Papua

3 Mins read
“Kewarganegaraan bukan sekadar status hukum, tetapi praktik sosial yang terus dinegosiasikan.” – Dalam pusaran globalisasi, batas-batas negara semakin kabur, tetapi nasionalisme justru semakin…
Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Drama; Nasionalisme dalam Satu Tayangan

3 Mins read
Ben Anderson, pengkaji Indonesia yang paling masyhur mungkin, pernah menandaskan, bangsa ada berkat kapitalisme cetak. Media massa—koran, buku—memungkinkan insan-insan yang tak saling…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *