Itu bukan pernyataan Osama bin Laden, teroris Al-Qaeda, yang tewas satu dekade lalu. Bukan juga pernyataan Abu Bakar al-Baghdadi, pejuang khilafah ISIS yang mati 2019 lalu. Bahkan itu juga bukan pernyataan pendiri Hizbut Tahrir (HT), Al-Nabhani, atau pemimpin HT hari ini, Atha’ Abu Rasytah. Tidak perlu terkejut, itu adalah pernyataan Najmah Saiidah, aktivis khilafah, di website MuslimahNews. Pernyataan tersebut jelas, tak pelak, bagian dari propaganda bejatnya.
Portal web MuslimahNews adalah milik para militan HTI. Namun, orientasi narasinya seolah dilakukan sekumpulan muslimah, untuk menyembunyikan identitas asli dedengkot-dedengkot HTI itu sendiri. Website tersebut juga sudah beberapa kali diblokir, tetap lahir kembali dengan domain yang berbeda. Yang menarik adalah, dibanding media HTI lainnya, MuslimahNews adalah media yang paling kencang melakukan indoktrinasi, propaganda, sekaligus melawan narasi kontra-khilafah.
Singkatnya, website MuslimahNews menjadi media baku hantam HTI dengan musuhnya. Jika negara membuat narasi kontra-radikalisme dan kontra-terorisme, mereka justru membuat argumentasi tandingan dengan menyeret narasi kebangsaan tersebut sebagai islamofobia, rusaknya generasi bangsa, kapitalisme-liberalisme-sekularisme yang menggerogoti negara, lalu menyerukan pendirian sistem pemerintahan yang mereka anggap Islam: khilafah. Sangat bejat dan provokatif.
Misalnya, R20 yang PBNU gelar beberapa waktu lalu, mereka anggap sebagai pengekoran terhadap proyek War on Extremism kafir Barat. Bahkan, KTT G20 yang berlangsung hari ini dan besok di Bali, sudah mereka lakukan kontra-narasi dengan menyebutnya tarik-menarik kepentingan ekonomi dan geopolitik, melahirkan permasalahan yang lebih besar, menguntungkan negara kapitalis Barat, merugikan rakyat, bahkan tidak ada manfaatnya untuk negara.
Di website MuslimahNews, G20 digoreng sedemikian rupa hingga sekiranya masyarakat tidak percaya dengan pemerintah dan tidak bangga dengan negaranya sendiri. Propaganda bejat aktivis khilafah melalui website tersebut, ironisnya, berlangsung terus-menerus, dan tidak ada tindakan tegas dari negara. Berlindung di balik nama ‘Muslimah’, mereka merongrong NKRI dari kepercayaan bangsanya sendiri demi tegaknya hasrat mereka: sistem khilafah, yang sebenarnya sangat palsu dan licik.
NKRI yang Salah Terus
NKRI harus dirombak total. Itulah yang menjadi mindset para aktivis khilafah yang dituangkan dalam website tersebut. Narasinya mengonter narasi NU, mengonter narasi BNPT, mengonter narasi para ulama dan siapa pun yang dianggapnya musuh. Jualannya adalah degradasi moral pemuda, kapitalisme, liberalisme, sekularisme, dan islamofobia. Pokoknya segala yang berkaitan dengan NKRI, selama tidak menerepkan sistem Islam, bagi mereka salah: tidak peduli prestasi apa pun yang diraihnya.
Mereka bertolak dari data, agar dikira akurat, dan berangkat dari pengakuan bahwa mereka juga tidak membenarkan radikalisme. Kesan yang ingin didapat ialah, mereka ingin pembaca merasa bahwa website tersebut berjalan di rel yang tepat ihwal keislaman dan kenegaraan. Namun apa yang terjadi di akhir? Pada bagian kesimpulan di setiap artikelnya, mereka selalu menyelipkan seruan bahwa umat harus merapatkan barisan untuk merombak sistem NKRI yang keluar dari khitah Islam.
Bukankah mereka mengakui bahwa NKRI sudah cukup islami? Tentu saja, tetapi website MuslimahNews tidak merasa cukup di situ. Mereka menarasikan bahwa penerapan Islam di negara ini belum kaffah, belum menyeluruh, belum sempurna. Dan selama itu belum terwujud, mereka akan terus mengonggong tentang penegakan sistem khilafah. Meskipun konsep khilafah HTI itu sendiri tidak jelas dan utopis, pokoknya bagi mereka yang penting tidak menyetujui NKRI. NKRI tetap salah.
Forum G20, sebagai bukti konkret, yang sedemikian konkret. Alih-alih mengapresiasi karena NKRI menjadi presidensi KTT perdana, website MuslimahNews justru menggiring opini bahwa negara ini jadi antek Barat dan tak lebih dari kacung kepentingan kapitalisme. Betapa bejatnya para aktivis khilafah dengan segala propagandanya. Mereka adalah pengacau NKRI di mata masyarakatnya sendiri. Kebencian, ketidakpercayaan, ketidakrukunan, dan perpecahan, mereka lahirkan.
Pemerintah boleh jadi sudah berhasil membungkam Felix Siauw, Ismail Yusanto, dan para dedengkot khilafah lainnya. Tetapi MuslimahNews berbeda, yakni menjadi taktik kamuflase yang hampir sempurna. Wacananya seolah berasal dari perempuan-perempuan muda yang teguh pada Islam, pada di belakang mereka ada bohir-bohir yang namanya tak tertera. Oleh karena website tersebut jadi benalu yang merusak NKRI, maka MuslimahNews wajib diblokir.
MuslimahNews Harus Diblokir
Kamauan berbeda dengan kemampuan. Seseorang boleh saja mampu, tetapi ia tidak mau. Dan bagi NKRI, melalui stakeholders terkait, memblokir akses seluruh pergerakan HTI bukan perkara sulit. Negara sangat mampu membekukan mereka. Kemenkominfo jika mau bisa saja memutus akses website MuslimahNews secara permanen. Masalahnya adalah, maukah mereka melakukannya? Apakah NKRI harus dibiarkan mengeropos oleh propaganda bejat aktivis khilafah?
Presidensi G20 merupakan prestasi bahwa NKRI diperhitungkan sebagai negara dengan indeks ekonomi yang baik. Lainnya, seperti kontra-radikalisme atau ambil contoh R20 yang digelar sebelumnya, juga merupakan forum penting tentang perdamaian dunia. Masyarakat Indonesia seluruhnya mesti menyadari itu, dan mulai melangkah ke arah progresivitas untuk negara-bangsa itu sendiri. Masyarakat harus paham, perdamaian dan persatuan di NKRI adalah sesuatu yang urgen. Niscaya.
Sementara itu, website MuslimahNews terus menebarkan tipu muslihat bahwa ini salah, itu salah, dan tidak ada yang benar kecuali sistem yang mereka anggap Islam: khilafah, meliputi kesejahteraan ekonomi, sosial, dan politik. Padahal, mereka hanya menebarkan propaganda belaka demi tujuan ideologis-politis, yakni berjayanya HTI dan tegaknya monarki di NKRI. Website tersebut tak hanya menjadi tempat menebarkan gagasan transnasionalisme, melainkan juga kebencian antarsesama.
Website MuslimahNews hari ini sedang mengamati gelaran G20 dan menyiapkan kontra-narasinya. Besok, lusa, dan seterusnya, di website tersebut akan bertebaran bahwa forum G20 sangat tidak penting dan hanya mengekor Barat. Sebegitu bejatnya mereka menebarkan propaganda, dan para tokohnya tersembunyi di balik tembok website dan Instagram mereka. Ismail Yusanto, sang juru bicara HTI, tidak muncul. Website MuslimahNews telah jadi benteng pertahanan khilafahisme di NKRI, sekaligus jadi tembok penyerang segala hal tentang NKRI. Maka, website tersebut wajib, wajib, dan wajib diblokir.
Wallahu A’lam bi ash-Shawab…