Kisah perjuangn Wanita yang mengangkat senjata terhadap penjajah belanda juga terjadi di Bali. Salah satunya dilakukan olehĀ Ida I Dewa Agung, Istri Kanya salah satu pengobar perang Kusamba yang terjadi pada medio Mei 1849.
Mengutip buku Sejarah Klungkung Dari Smarapura ke Puputan disebutkan bahwa Dewa Agung Istri Kanya merupakan putra dari Ida I Dewa Agung Putra yang dikenal juga dengan nama Ida I Dewa Agung Putra Kusamba (karena berkeraton di Kusamba). Ibunya berasal dari Karangasem, I Gusti Ayu Karang (I Gusti Ayu Pelung). Dewa Agung Istri Kanya memiliki seorang adik laki-laki, Dewa Agung Putra yang juga dikenal dengan nama Ida I Dewa Agung Putra Balemas.
Sepak terjang Ida dan keberanian Dewa Agung Istri Kanya, saat terjadi Perang Kusamba. Karena Keberanian Idapihak militer Belanda menjulukinya sebagai āwanita besiā.
Julukan tersebut bukan tanpa sebab di berikan oleh pihak militer belanda Sebab lewat perang Kusamba wanita kelahiran Klungkung ini berhasil menewaskan Mayor Jenderal A.V. Michiels, seorang perwira Militer belanda yang berhasil memadamkankan dua perang besar yakni Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro sertaPerang Padri yang digagas Tuanku Imam Bondjol di Minangkabau.
Perang Kusamba terjadi setelah benteng Goa Lawah dan Kusamba jatuh dan dikuasai militer Belanda saat melakukan invasi ke Bali Selatan untuk menguasai pulau Bali. Bersama Anak Agung Ketut Agung dan Anak Agung Made Sangging, Ida I Dewa Agung Istri Kanya memimpin pasukan dan rakyat Klungkung dalam menghadapi serangan penjajah.
Pada tanggal 25 Mei 1849, Ida I Dewa Agung Istri Kanya memimpin pasukan Prajurit Pamating, laskar berani mati Kerajaan Klungkung, melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Belanda yang lengah.
Ida I Dewa Agung Istri Kanya yang memimpin komando di garis depan memerintahkan Prajurit Pamating menyerbu untuk merebut kembali Kusamba. Serangan mendadak yang dipimpin oleh Ida I Dewa Agung Istri Kanya membuat pertahanan Belanda di Kusamba kocar-kacir. Belanda juga terpaksa menelan kekalahan sebab perwira militer mereka yang sarat prestasi, Mayor Jenderal AV Michiels tewas akibat serangan tersebut.
Kematian Mayor Jenderal AV Michiels dalam pertempuran tersebut membuat moril pasukan Belanda seketika runtuh, sehingga mereka menarik diri dari Klungkung.
Tantara Belanda kemudian merebut Kemabali Kusamba lewat operasi militer yang dipimpin oleh van Swieten pada 10 Juni 1849. Van Swieten kemudian berniat menaklukan Kerajaan Klungkung tempat Ida I Dewa Agung Istri Kanya bermukim.
Namun niat itu diurungkannya setelah mendapat saran dari Mads Lange, karena Klungkung dipenuhih 16 ribu laskar pejuang Tabanan dan Badung.
Entah gentar atau berhitung untung-rugi, van Swieten mendengar bujukan Lange. Ia mengurungkan niatnya untuk menyerbu Klungkung saat itu. Ia memilih bercokol di Kusamba sembari menunggu Kerajaan Klungkung lengah. Keputusan ini menunda kekalahan Kerajaan Klungkung. Pasca Perang Kusamba 1849 dan setelah Raja Klungkung Dewa Agung Putra, saudara laki-lakinya wafat pada 1850, maka tampuk pemerintahan dipegang oleh Ida I Dewa Agung Istri Kanya selama kurang lebih 10 tahun.
Selain memegang tampuk pemerintahan, Ida I Dewa Agung Istri Kanya mengisi waktu sebagai sastrawan dengan menggubah dan membuat kidung-kidung. Karya-karyanya yang terkenal antara lain: Pralambang Bhasa Wewatekan dan Kidung Padem Warak yang mengisahkan peristiwa-peristiwa penting, seperti gugurnya ayahanda Beliau hingga upacara besar mengantar roh leluhur ke alam suci.
Selain itu Ida I Dewa Agung Istri Kanya melahirkan beberapa tembang wirama antara lain: Wirat Jagatnatha, Sragdhara, Sarddhula, Bhasanta, Asualalita, Merddhu Komala, Pratitala dan Sronca, Wairat, Cikarini, Reng Lalita, Tebusol. Srikandi Ida I Dewa Agung Istri Kanya meninggal pada tahun 1871 karena usia senja. Keharuman namanya bakal terus di ingat sejarah dalam menjaga kedaulatan Kerajaan Klungkung. Belanda baru berhasil menundukkan Kerajaan Klungkung lebih dari setengah abad lamanya sejak berkobarnya perang Kusamba yakni pada tahun 1908.
Selengkapnya baca di sini