Jaga Pilar

Islah Bahrawi: Waspada Kelompok Ekstremis Pura-pura Moderat!

2 Mins read

Konflik berkepanjangan di Suriah kembali menjadi sorotan, terutama peran Abu Muhammad Al-Jaulani, tokoh kontroversial yang dikenal sebagai pemimpin Hai’at Tahrir al-Sham (HTS). Islah Bahrawi dari Jaringan Muslim Moderat, menilai terjadi perubahan strategi dan citra  Al-Jaulani.

“Dulu Al-Jaulani dikenal sebagai ekstremis keras. Tapi sekarang ini diklaim telah menjadi moderat,” ujar Islam dalam podcast di channel YouTube MPTV dikutip, Jumat (10/1/2025).

Islah menerangkan, Al-Jaulani sebelumnya terafiliasi dengan Al-Qaeda dan ISIS sebelum akhirnya mendirikan HTS. Organisasi ini, meskipun ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh banyak negara, menerima dukungan dari negara-negara Barat dan Israel untuk melengserkan rezim Bashar Al-Assad. Langkah ini menuai kritik karena dianggap penuh kepentingan politik dan manipulasi.

“Dalam beberapa tahun terakhir, Al-Jaulani mengubah penampilannya—dari simbolisme jihadis seperti jubah dan sorban menjadi setelan jas yang mencerminkan moderasi. Namun, langkah ini dituding hanya sebagai strategi untuk menggalang dukungan internasional tanpa meninggalkan ambisi politiknya,” ungkap Islah.

Menurutnya, konflik di Suriah memperlihatkan hubungan rumit antara kelompok-kelompok bersenjata, negara-negara Barat, dan kekuatan regional seperti Israel. Dukungan kepada HTS menunjukkan bahwa kepentingan geopolitik sering kali mendominasi isu kemanusiaan dan stabilitas.

Karena itu, Islah mengingatkan Indonesia agar tetap waspada terhadap kelompok ekstremis yang menggunakan pola serupa—berpura-pura moderat untuk meraih simpati dan dukungan. Indonesia harus belajar dari konflik Suriah untuk memastikan perdamaian dan stabilitas tidak terganggu oleh kepentingan politik kelompok tertentu.

Selain itu, Islah menyerukan pentingnya menjaga persatuan dan nilai-nilai kemanusiaan. “Tidak ada alasan untuk menggunakan cara zalim atas nama kebatilan,” tegasnya.

Ia berharap Indonesia terus memperkuat kebersamaan dan toleransi antarumat beragama, menjadikan keadilan sebagai landasan dalam menangani ancaman ekstremisme. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi contoh nyata negara yang damai dan inklusif di tengah tantangan global.

Di tengah gelombang moderasi beragama yang semakin digalakkan di Indonesia, ada kelompok tertentu yang secara strategis memanfaatkan narasi moderasi untuk menutupi agenda ekstremisme mereka. Mereka bergerak dengan wajah ramah, retorika yang terdengar sejuk, dan jargon toleransi. Namun, di balik topeng itu, tujuan mereka tetap sama: membangun hegemoni ideologi eksklusif yang bertentangan dengan semangat kebhinekaan Indonesia.

Mengapa Mereka Menyamar?

Strategi pura-pura moderat ini bukan tanpa alasan. Sejak pemerintah memperkuat program deradikalisasi dan mempersempit ruang gerak kelompok ekstremis, mereka mulai beradaptasi. Penyematan identitas moderat adalah cara baru untuk menyusup ke ruang publik tanpa menimbulkan kecurigaan. Hal ini juga bertujuan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat yang lelah dengan narasi kekerasan.

Namun, bahayanya adalah publik bisa terjebak dalam narasi manipulatif mereka. Kelompok ini sering menggunakan platform pendidikan, diskusi agama, hingga media sosial untuk menyebarkan ideologi mereka secara halus.

Ciri-ciri Kelompok Pura-pura Moderat

  1. Retorika Damai, Agenda Berbahaya: Mereka kerap bicara tentang persatuan, tetapi secara diam-diam menyisipkan ajaran yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
  2. Mengklaim sebagai Solusi Alternatif: Menggunakan jargon seperti “Islam kaffah” atau “kembali ke syariat,” tetapi dengan maksud menggiring opini menuju ideologi tertentu.
  3. Menyerang dari Dalam: Berusaha merebut organisasi masyarakat, institusi pendidikan, atau forum diskusi untuk memengaruhi arah kebijakan.

Langkah Antisipasi

  1. Peningkatan Literasi Keagamaan: Masyarakat harus dibekali pemahaman agama yang benar agar dapat mengenali narasi ekstremis yang dibungkus moderasi.
  2. Penguatan Ideologi Pancasila: Pemerintah dan masyarakat perlu memperkuat nilai kebangsaan melalui pendidikan formal maupun nonformal.
  3. Deteksi Dini di Komunitas Lokal: Aparat dan masyarakat harus bekerja sama untuk memantau aktivitas mencurigakan, terutama di wilayah desa atau komunitas tertutup.

Pesan Penting

Moderasi beragama bukan sekadar slogan; ini adalah pondasi penting untuk menjaga harmoni Indonesia. Namun, jika moderasi disalahgunakan oleh kelompok ekstremis sebagai alat penyamaran, maka upaya tersebut harus diwaspadai.

Ketegasan dalam menghadapi kelompok ekstremis pura-pura moderat ini adalah kunci. Jangan beri mereka ruang untuk menyusup dan menghancurkan semangat keberagaman yang telah dibangun bangsa ini.

1562 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Jaga Pilar

Modernisasi Pertanian: Bioekonomi, Digitalisasi, dan Pemberdayaan Indonesia

3 Mins read
Sektor pertanian Indonesia sedang berada di persimpangan sejarah. Di tengah ancaman krisis iklim, tekanan populasi yang terus meningkat, serta ketidakpastian ekonomi global,…
Jaga Pilar

Jaga Bangsa: Berlatih Publikasi Academic Book Review di Jurnal Global

3 Mins read
Tuntutan bagi dosen dan mahasiswa magister dan doktor agar mempublikasi hasil risetnya di media jurnal internasional bereputasi global menjadi salah satu capaian…
Jaga Pilar

Refleksi Dies Natalis HMI, Kaderisasi dan Kesadaran Kolektif

3 Mins read
Dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya pada tanggal 5 Februari, menjadi tonggak sejarah pergerakan mahasiswa Islam. Lafran Pane beserta belasan temannya di…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.