Pada tahun 2024, Indonesia merayakan 79 tahun kemerdekaannya, sebuah tonggak sejarah yang menggarisbawahi perjalanan panjang bangsa ini dalam membangun jati diri dan identitasnya. Di tengah peringatan ini, muncul sebuah tema reflektif, āNusantara Baruā, yang mengajak kita merenungi kembali relasi yang erat antara Islam dan Nusantara, serta bagaimana nilai-nilai Islam dapat terus menjadi fondasi dalam membentuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
Nusantara Baru adalah tema yang menggugah kesadaran kolektif kita tentang pentingnya menjaga dan memperkuat keberagaman yang telah menjadi ciri khas Indonesia sejak zaman dahulu. Ini adalah upaya untuk menggali kembali akar budaya, nilai-nilai kearifan lokal, dan semangat gotong royong yang pernah menjadi landasan kuat masyarakat Nusantara. Dalam konteks Islam, tema ini sejalan dengan semangat untuk mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan kebudayaan lokal tanpa menghilangkan identitas nasional.
Islam di Nusantara: Keberhasilan Dakwah Kultural
Islam masuk ke Nusantara melalui pendekatan yang damai dan kultural. Para pedagang, ulama, dan mubaligh dari Timur Tengah dan India membawa ajaran Islam dengan pendekatan yang menghargai budaya lokal. Mereka menggunakan media seni, sastra, dan adat istiadat untuk memperkenalkan Islam tanpa memaksakan, tetapi dengan cara yang mengajak dan menginspirasi. Pendekatan ini terbukti efektif, Islam diterima dengan baik di berbagai daerah di Nusantara dan berkembang menjadi salah satu agama mayoritas.
Penyebaran Islam yang demikian inklusif menciptakan sebuah corak keislaman yang khas di Nusantara, yakni Islam yang merangkul keberagaman dan kebudayaan setempat. Inilah salah satu kekuatan Islam di Nusantara yang harus terus dijaga dan dikembangkan dalam bingkai Nusantara Baru.
Di era modern ini, dakwah Islam harus berkembang mengikuti perubahan zaman, namun tetap mempertahankan esensi yang telah diwariskan oleh para pendahulu. Semangat Nusantara Baru menawarkan pendekatan dakwah yang relevan dengan tantangan dan dinamika zaman sekarang. Dakwah harus mampu menyentuh aspek-aspek kehidupan masyarakat modern, seperti pendidikan, teknologi, lingkungan, dan ekonomi, dengan tetap menghormati dan mengintegrasikan budaya lokal.
Pendekatan dakwah ini harus bersifat inklusif, menggandeng seluruh elemen masyarakat tanpa memandang latar belakang suku, agama, atau budaya. Sebagaimana para pendahulu kita, dakwah Islam di Nusantara Baru harus menekankan pada persatuan, toleransi, dan semangat kebersamaan dalam membangun bangsa yang lebih baik. Selain itu, dakwah perlu lebih kreatif dan inovatif, memanfaatkan teknologi digital dan media sosial untuk menjangkau generasi muda yang lebih familiar dengan dunia digital.
Menuju Masa Depan dengan Islam dan Nusantara Baru
Memasuki usia 79 tahun kemerdekaan, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan global dan domestik. Dalam menghadapi tantangan ini, relasi antara Islam dan Nusantara harus terus diperkuat. Nusantara Baru bukan hanya sebuah konsep, tetapi sebuah semangat untuk membangun Indonesia yang berakar pada nilai-nilai keislaman yang inklusif, toleran, dan menghargai keberagaman.
Dengan spirit Nusantara Baru, kita berharap bahwa dakwah Islam di Indonesia akan terus relevan dan membawa rahmat bagi seluruh alam, sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil āalamin. Melalui pendekatan yang menghargai budaya lokal dan memanfaatkan kemajuan teknologi, kita dapat mewujudkan Indonesia yang lebih adil, makmur, dan berkeadaban di masa depan.