NKRI

Islam memuliakan Profesi seorang Guru

2 Mins read

Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala namun satu ilmu yang disampaikan oleh guru, mampu menciptakan berangam profesi yang bisa difungsikan oleh dunia hari ini.

Lewat lisan dan pengajaran seorang gurulah sehinggah mampu melahirkan beragam profesi seperti Dokter, Profesor, Pilot, Perawat, Astronot dan berangan profesi lainnya tercipta atas berkat dedikasi seorang guru. Dedikasi seorang guru tak hanya terpatri lewat tanggal 25 November saja, namun dedikasinya tak lekang oleh waktu.

Namun naasnya kehidupan guru saat ini sangat jauh dari kata sejahtera sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rasidi mengatakan, gaji guru honorer di kisaran Rp 200-300 ribu.

ā€œMereka digaji Rp 200 ribu-Rp 300 ribu gimana mau bicara kompeten. Lalu mereka yang mengabdi puluhan tahun ini untuk bisa dikatakan kompeten harus lulus dengan passing grade sekian, sungguh tidak masuk akal,ā€ katanya

Disatu sisi tenaga pendidik diharuskan untuk kompoten dalam pemberian materi kepada siswa, namun disisi lain upah yang diberikan negara tak sebangdin denga apa yang mereka persembahkan dalam mencerdaskan anak bangsa.

Adanya program pemerintah yakni PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) tentu membawa angin segar bagi para guru hononer, khusunya mereka yang lebih dulu lama mengabdi sebagai pahlawan tanda jasa. Tapi toh nyatanya program pemerintah yakni PPPK justru menuai pro kontra ditengah-tengah masyarakat.

ā€œKami memahami jika program seleksi PPPK untuk sejuta guru honorer merupakan program terobosan dari Mendikbud Ristek Nadiem Makarim agar para guru honorer yang bertahun-tahun terpinggirkan bisa mendapatkan perhatian negara. Namun Tindakan afirmatif ini ternyata tidak tercerminkan dalam proses pelaksanaan seleksi,ā€ ujar Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda.

Huda mengungkapkan proses seleksi PPPK ternyata tidak ramah bagi para guru honorer senior. Sebagian besar dari mereka tidak mampu mencapai passing grade yang disyaratkan dalam ujian kompetensi teknis (komtek).

ā€œAda testimoni di media sosial betapa kecewanya dan sedihnya seorang guru senior yang merasa gagal mencapai passing grade dalam komtek. Padahal dia dari sisi usia, masa kerjanya tinggal 3-4 tahun saja,ā€ katanya.

Kesedihan yang dialami para guru hononer dalam pelaksanaan ujian kompetensi PPPK tak lepas dari tingginya pengharapan mereka, khususnya yang sudah lama mengabdi untuk bisa diangkat sebagai abdi negera dengan penghasilan tetap perbulannya. Namun banyaknya beban soal yang diberikan dan tingginya passing grade yang ditetapkan, membuat mereka kecewa dan keberatan.

Islam memuliakan seorang Guru

Guru merupakan ujung tombak bagi sebuah peradaban. Kualitas guru sangat menentukan bagaimana generasi ini menyerap ilmu. Dari peran strategis inilah Islam memberi perhatian yang sangat besar pada bidang pendidikan. Islam memberikan tempat mulia dan istimewa bagi seorang guru.

Imam Jalaluddin as-Suyuthi menuliskan dalam Lubab al-Hadits, bahwa pahala memuliakan guru tak lain adalah surga. Disebutkan bahwa Nabi saw. bersabda, ā€œBarang siapa memuliakan orang berilmu (guru), maka sungguh ia telah memuliakan aku. Barang siapa memuliakan aku, maka sungguh ia telah memuliakan Allah. Barang siapa memuliakan Allah, maka tempatnya di surga.ā€

Islam tidak mengenal dikotomi guru PNS atau honorer. Dalam sistem Khilafah, semua guru adalah pegawai negara. Khilafah memahami bahwa pendidikan adalah hak dasar bagi setiap warga negara, baik siswa maupun guru dijamin haknya. Hak mendapat kesejahteraan berupa gaji yang layak bagi semua guru. Hak mendapat layanan dan fasilitas pendidikan bagi seluruh siswa.

Seperti Imam ad-Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari Al-Wadliyah bin Atha yang menyatakan bahwa di Kota Madinah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar bin Khaththab memberikan gaji pada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas).

Secara integratif, Islam jauh lebih unggul dan matang dalam mempersiapkan generasi terbaik. Bukan hanya siswanya yang terjamin haknya, guru pun bisa sejahtera dan mulia.

Mengutip pernyataan cendekiawan muslim, Prof. Dr.-Ing, Fahmi Amhar, ā€œJika ada standar pendidikan yang di dalamnya tidak untuk membentuk misi sebagai generasi terbaik, maka standar pendidikan tersebut sudah gagal sejak awal.ā€

Generasi terbaik tidak akan lahir dari peradaban kapitalisme dan sekularisme yang rusak dan merusak. Generasi terbaik hanya lahir dari peradaban mulia dengan sistem pendidikan Islam yang sudah terbukti kegemilangannya.

Sri Suciati, S.Kom
Aktivis Muslimah

Selengkapnya baca di sini I

2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
NKRI

Krisis Kelas Menengah: Reformasi Pendidikan dan Deindustrialisasi

2 Mins read
Reformasi Pendidikan untuk Mengatasi Deindustrialisasi dan Pengangguran Anak Muda Indonesia kini berada di ambang krisis yang mengkhawatirkan, terlihat dari penurunan kelas menengah…
NKRI

Anak Muda Berpotensi Besar Terpapar Radikalisme

2 Mins read
Di zaman modern ini, kita dapat menggunakan teknologi semau danĀ seuskaĀ kita. Lewat teknologi ini kita dapat menemukan berbagai macam informasi, pendidikan, maupun hiburan….
NKRI

Masa Depan Agama Bergantung pada Kemampuan Menjawab Tantangan

1 Mins read
Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Abdul Muā€™ti Ā mengungkapkan bahwa dalam 20 tahun terakhir, Asia menyaksikan perubahan dalam kehidupan beragama dan…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *