Jaga Pilar

Jejak Intelektual Kiai Faqih Cemoro di Kaliwungu

2 Mins read

Makam berkeramik putih dengan dedaunan hijau di atasnya itu, memancarkan aura yang kharismatik. Menandakan itu bukan makam sembarangan. Ada saja orang yang menziarahinya. Bahkan, pada waktu-waktu tertentu, ada yang datang berjamaah dengan menggunakan bus. Tak hanya dari Banyuwangi. Namun, juga dari daerah lain.

Ya, itulah makam KH. Abdullah Faqih bin Umar di Dusun Cemoro, Desa Balak, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Makam itu terletak di sisi kanan masjid Cemoro yang berada di dalam komplek lembaga pendidikan Yayasan Al-Khaf.

Selama ini, dalam cerita tutur yang berkembang di tengah masyarakat, Kiai Faqih tidak hanya dikenal sebagai seorang tokoh yang sakti mandraguna (saat melawan kompeni), tapi juga memiliki penguasaan ilmu agama yang luas.

Ia pernah berguru ke sejumlah kiai di Jawa, Madura hingga ke Mekkah. Reputasi intelektualnya tersebut, terekam dari murid-muridnya yang juga menjadi kiai besar. Sebut saja KH. Harun Abdullah yang mendirikan Pesantren Darunnajah Tukangkayu, Banyuwangi dan KH. Dimyati Syafi’i yang merintis Pesantren Nahdlatul Thullab di Kepundungan, Srono.

Lebih dari nama-nama muridnya itu, jejak Intelektual Kiai Faqih tak banyak terjejak. Pernah, saya dari Komunitas Pegon, menelusuri kitab-kitab peninggalannya. Sungguh luar biasa koleksinya. Pertanda akan luasnya bahan bacaan Kiai Faqih. Sayangnya, hal tersebut belum kami lakukan secara optimal sehingga tak banyak informasi personal yang bisa disusun untuk mengungkap reputasi intelektual personal Kiai Faqih.

Akan tetapi, jejak intelektual Kiai Faqih yang masih remang-remang di kampungnya sendiri ini, ternyata memiliki sinar tersendiri di daerah nun jauh di Kaliwungu, Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Ada sejumlah santrinya di sana yang masih melestarikan jejak-jejak intelektual kiai yang berdarah Banten-Banyuwangi itu.

Saat kemarin (25/11/2021) saya menghadiri pertemuan penggiat filologi pesantren di Bangkalan, bertemu dengan Gus M. Syafiq Ainurridlo. Ia adalah seorang penggiat karya tulis kiai-kiai di Kaliwungu dan sekitarnya. Dari perjumpaan itulah, jejak Kiai Faqih sedikit terkuak.

Mula-mula adalah sanad Tarekat Syatariyah yang dimiliki oleh KH. Abu Chaer bin Abdul Manan Kaliwungu (w. 1977). Dalam otobiografinya, Kiai Chaer mengungkapkan tentang sanad Tarekat Syatariyah-nya. Salah satu sanadnya, terutama dalam mengamalkan Hizib Nawawi, mengambil dari jalur Kiai Humaidullah bin Irfan Kaliwungu. Kiai Humaid yang masih saudara Kiai Abu Chaer itu, menerimanya dari gurunya (murabbir ruhi), KH. Abdullah Faqih. Dalam teks kitabnya tertulis KH. Abdullah Faqih bin Haji Umar alias Mangunrono (Cemoro), Kecamatan Singonjuruh [sebelum dilakukan pemekaran dan ikut Songgon] (Banyuwangi).

Kiai Faqih sendiri mendapatkan sanadnya tersebut dari Kiai Jamil Cirebon. Kiai Jamil yang tak lain adalah ayahanda dari Kiai Abbas, Buntet, Cirebon yang tersohor tersebut, mendapatkan sanadnya dari sang bapak; Kiai Raden Sholeh Bendokerep, Cirebon.

Tak sebatas sanad tarekat saja yang terjejak dari Kiai Faqih di Kaliwungu. Ternyata, adapula kitab karya beliau di sana. Kitab tersebut berjudul Nadzam Aqidah fi Ilmi Tauhid. Karya ini berupa syair berbahasa Arab berisi tentang sifat 50, dasar akidah Asy’ariyah. Kitab ini diterbitkan dan masih digunakan dalam pengajaran di Pesantren Raudlatul Falah, Pongkoran, Kaliwungu, Kendal. Bahkan, kitab ini disyarahi oleh Kiai Abu Chaer dengan judul Durorun Nadhidah Syarah Nadzam Khomsina Aqidah.

Waba’du, penemuan ini, seolah menjadi pertanda, bahwa proses penelusuran kiprah dari Kiai Faqih dan juga kiai-kiai Banyuwangi lainnya tak cukup hanya di tempatnya saja. Jika ingin lebih mendalam, tentu saja harus melakukan proses penelusuran yang lebih luas. Meniti jalur-jalur guru-murid yang telah terbangun semasa hidupnya. Sungguh, suatu pekerjaan yang berat, tapi bukan tak mungkin. Bismillah.

Baca tulisan menarik lainnya tentang ulama Nusantara di sini.

Ayung Notonegoro

Penggerak di Komunitas Pegon untuk mendokumentasi, meneliti, dan mempublikasi khazanah pesantren di Banyuwangi.

2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Jaga Pilar

Hilangnya Demokrasi Itu Berarti Hilangnya Kemanusiaan, Benarkah?

4 Mins read
Demo dilakukan oleh sebagian besar Mahasiswa diberbagai wilayah Indonesia didepan gedung DPR. Mereka melakukan Demo atas ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan DPR yang…
Jaga Pilar

Dunia Akademis yang Sakit: Bertahan, Melawan, atau Menyerah?

4 Mins read
“There is a crack, a crack in everything, that’s how the light gets in.” Kutipan dari Leonard Cohen ini menjadi refleksi yang tepat…
Jaga Pilar

Pajak dan Generasi Muda: Mengubah Mindset, Membangun Negeri

3 Mins read
Seperti yang diketahui, pajak merupakan salah stau sumber pendapatan utama bagi Negara Indonesia yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan layanan publik. Sudah…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *