I Mangadacinna Daeng Sitaba Sultan Mahmud yang di kenal dengan nama Karaeng Pattingalloang merupakan Putra Mahkota Kerajaan Tallo yang lahir pada tahun 1600.
Ia merupakan anak dari dari permaisuri I Wara’ Karaeng Lempangang dan Raja Tallo ke-VI Karaeng Maotaya juga dikenal sebagai Sultan Abdullah Awalul Islam yang merupakan raja Islam pertama Tallo.
Karaeng Pattingalloang menjadi Raja Tallo ke-VIII pada tahun 1641 sampai dengan 15 September 1654. Ia memimpin Kerajaan Tallo selama kurang lebih 13 tahun lamanya.
Pemerhati Budaya Muda Sulsel, Abdi Mahesa mengatakan, Karaeng Pattingalloang merupakan Raja Tallo sekaligus mangkubumi Gowa mendampingi Sulthan Malikussaid pada masa pemerintahan dimana kerajaan Gowa pada masa itu mencapai puncak keemasannya.
“Pada masa pemerintahannya, Karaeng Pattingalloang adalah Perdana Menteri dan penasihat utama Sultan Malikussaid (1639-1653), dimana Gowa pada masa itu sebagai kerajaan besar dengan sumber daya maritim. Gowa pada masa itu merupakan kerajaan yang sangat strategis yang menjadi tempat persinggahan rempah-rempah dari Maluku ketika ingin membawa ke Malaka,” jelasnya.
Karaeng Pattingalloang tersohor karena ketertarikannya pada ilmu pengetahuan barat pada masa itu. Ia dijuluki sebagai relasion off man dan memiliki pendirian sendiri.
“Beliau sangat masyhur namanya dalam tulisan orang barat. Orang barat banyak mengakui Raja Tallo ini karena kecintaannya terhadap sains dan ilmu pengetahuan. Ia dijuluki sebagai relasion off man,” bebernya.
Untuk memenuhi ketertarikannya yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan, Karaeng Pattingalloang membangun perpustakaan pribadi, dengan koleksi berbagai buku, atlas Eropa dan bola dunia. Ia juga tercatat pernah memesan dan teleskop ciptaan Galileo Galilei yang mana teleskop tersebut datang tujuh tahun setelah pemesanan.
Karaeng Pattingaloang juga mahir dalam beberapa bahasa seperti Latin, Portugis, dan Spanyol.
“Beliau juga suka sekali memelihara binatang-binatang dari Afrika seperti Jerapa, Kuda Nil dan Unta,” pungkasnya.
Untuk mengenang Tokoh tersebut, nama Karaeng Pattingalloang dijadikan sebagai nama sebuah museum di perbatasan Gowa dan kota Makassar. Museum ini menyimpan banyak peninggalan yang berkaitan dengan Kerajaan Gowa-Tallo.