Bhinneka Tunggal Ika

Kaum Muda Mengisi Kemerdekaan, Bagaimana Caranya?

3 Mins read

Kini, usia 79 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, kaum muda di negeri ini penting melakukan refleksi. Merenungkan dan memahami arti penting kemerdekaan. Refleksi tersebut juga menjadi landasan pacu untuk merumuskan tapak jalan gerakan kaum muda Indonesia di masa yang akan datang.

Memori perjuangan

Ya, 100 tahun yang lalu. Peristiwa fenomenal dan monumental dalam babak sejarah bangsa Indonesia. Kala itu, orang-orang muda dari berbagai ragam suku di Nusantara berkumpul dan berembuk sekaligus mendeklarasikan cita-cita bersama untuk hidup sebagai suatu bangsa. Dengan jiwa besar, orang-orang muda itu berani menanggalkan egosentrisme dan etnosentrisme guna mewujudkan cita-cita kolektif, yakni menjadi bangsa yang merdeka (Nusantara, 2021).

Sebagai wujudnya itu, lahirlah ikrar Sumpah Pemuda sebagai konsensus bersama. Dalam masa perjuangan mencapai kemerdekaan. Menurut Afrianto (2020), derap langkah gerakan pemuda terlihat sangat dinamis, heterogen namun memiliki corong yang sama. Kendati tumbuh organisasi berbasis daerah, keragaman tersebut serempak menjadi satu dalam cita-cita besar, cita-cita untuk merdeka.

Ikrar dan perjanjian Sumpah Pemuda itu menjadi batu tapal perjuangan pemuda di kemudian hari. Sumpah Pemuda berhasil membentuk identitas nasional, menyatukan kaum muda dari berbagai suku, agama dan daerah. Dalam suasana penuh tekanan oleh kolonial Belanda, mereka dengan nyali besar menyatakan kehendak bersatu sekaligus mendeklarasikan ambisi untuk menjadi bangsa yang merdeka.

Sejak ikrar Sumpah Pemuda menggema di nusantara, geliat gerakan pemuda kian tak terbendung, beragam peristiwa fenomenal selanjutnya tumbuh sebagai perwujudan semangat untuk merdeka serupa peristiwa Rengasdengklok (1945), gerakan mahasiswa (1966) yang perperan penting menjatuhkan rezim orde lama hingga gerakan reformasi (1998) yang menjatuhkan Soeharto dari kursi kekuasaan. Gerakan muda terus berkembang, baik yang berskala lokal, nasional maupun internasional.

Tak dapat disangkal, gerakan muda adalah fragment yang tak dapat dipisahkan dalam dinamika perjalanan bangsa. Mereka adalah aktor sejarah yang memainkan peran strategis untuk melakukan perubahan sosial, politik dan budaya. Tak heran bila sastrawan Pramoedya Anantara Toer (1925-2006) menyebut, “sejarah dunia adalah sejarah orang muda. Jika angkatan muda mati rasa, matilah sejarah bangsa”.

Tantangan sekarang

Dalam dinamika mutakhir, tantangan sosial masyarakat Indonesia kini kian kompleks. Bangsa ini tengah berada dalam dunia global yang penuh gejolak sebagai akibat dari konflik sosial, politik, ekonomi dan budaya. Sejarah seolah menuntun generasi muda untuk kembali hadir, dengan cita yang sama kendati dengan bentuk dan metode perjuangan yang berbeda. Tantangan generasi muda saat ini secara sederhana dapat dicandera dalam beberapa hal:

Pertama, generasi muda saat ini tengah berhadapan dengan tantangan krisis identitas nasional sebagai akibat dari globalisasi. Peluruhan nilai dan identitas bangsa itu berjalan seiring dengan penetrasi media sosial yang membawa arus informasi, budaya dan nilai-nilai baru dalam kebudayaan generasi muda. Pancasila yang seharusnya menjadi pegangan nilai kolektif kini dibayang-bayangi oleh arus ideologi ekstrem kanan dan esktrem kiri. Generasi muda kehilangan referensi ideologisnya, lalu terpapar oleh arus ideologi lain yang bertebaran di ruang publik.

Kedua, kaum muda Indonesia saat ini tengah bersua dengan tantangan ekonomi yang serba kompleks. Tantangan tersebut tergambar dalam tingkat pengangguran yang semakin tinggi sebagai dampak dari otomatisasi di sektor industri.

Kegundahan akan tantangan ekonomi nasional generasi muda Indonesia tergambar dari riset yang dipublikasi Konsultan Manajemen Multinasional McKinsey (2019) yang melaporkan setidaknya terdapat 23 juta pekerjaan di Indonesia akan diambil alih robot dalam beberapa tahun mendatang. Bila tantangan ekonomi tersebut tak dapat diselesaikan, generasi muda bangsa ini rawan terjebak dalam lingkar kemiskinan yang selaras dengan penurunan kualitas hidup.

Ketiga, generasi muda saat ini berhadapan dengan tangangan perubahan iklim. Tantangan yang berdampak langsung bagi masa depan generasi muda. Gabriella Fernando (2020) menyebut generasi muda adalah kelompok terdampak dari perubahan iklim yang terjadi di kawasan Asia Tenggara. Di kemudian hari, jika tidak diantisipasi, krisis iklim akan berdampak langsung pada degradasi lingkungan, bencana hidrometeorologi, krisis ari bersih hingga krisis pangan.

Ketiga isu kritis tersebut hanyalah setitik masalah dari rumpun masalah lain yang membayangi generasi muda saat ini. Tantangan dan krisis yang tersebut bila tak segera di atasi boleh jadi akan menjadi tunas bagi hadirnya masalah-masalah lain.

Mengisi kemerdekaan

Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia jangan sampai berhenti dalam acara formal dan simbolik yang lepas dari perenungan, refleksi, dan pemaknaan. Bagi kaum muda, momen hari peringatan kemerdekaan ini nicaya harus dijadikan medium untuk menata arah langkah masa depan, mengisi kemerdekaan dengan perjuangan dan tindakan-tindakan produktif yang bermakna bagi perbaikan dan kemajuan bangsa Indonesia.

Akhirnya, dalam usia republik yang ke-79 tahun ini, generasi muda harus tampil membawa asa dan kepercayaan diri untuk terus mengisi kemerdekaan dengan visi lintas batas. Kepercayaan diri ini yang akan menuntun langkah generasi muda untuk bergairah mengisi kemerdekaan. Di tengah tantangan dunia yang semakin kompleks, kepercayaan diri jangan sampai meluruh dan meluluh sebab serupa ungkapan Soekarno:

“Bangsa yang tidak percaya pada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka”.

 

Dzulfikar Ahmad Tawalla

Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah
1196 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Bhinneka Tunggal Ika

Dakwah Tak Hanya Konvensi Agama, Tapi Aspek Kerukunan Antarumat

2 Mins read
Beberapa kalangan masih beranggapan bahwa konklusi dari dakwah keagamaan adalah konversi keimanan. Padahal, dalam konteks hidup bernegara sebagai bangsa Indonesia yang menganut…
Bhinneka Tunggal Ika

Gus Dur dan Gus Sholah: Adik Kakak Silang Pendapat Soal Agama-Negara

3 Mins read
Gus Dur dan Gus Sholah tidak selalu menunjukkan hubungan baik sebagai kakak-adik perihal pemikiran. Kedua tokoh ulama ini memiliki pandangan berbeda tentang…
Bhinneka Tunggal Ika

Menelisik Pembelajaran BIPA Lintas Budaya Berbasis Website

2 Mins read
Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam rangka internasionalisasi bahasa Indonesia. Hal tersebut dianggap sebagai soft diplomacy untuk memperkenalkan…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *