Kebakaran besar yang melanda Los Angeles, California, Amerika Serikat, menciptakan keprihatinan mendalam. Fenomena firenado (tornado api) yang muncul di tengah kebakaran ini memperlihatkan betapa dahsyat dampak bencana tersebut.
Kebakaran yang meluas hingga Pacific Palisades, Eaton, San Gabriel, Lembah San Fernando, Kenneth, dan Ventura County telah menghancurkan sekitar 9.000 bangunan dan melahap lebih dari 24.000 hektar wilayah. Hingga kini, 24 orang telah meninggal dunia akibat kejadian ini.
Di tengah bencana nasional negeri Paman Sam itu muncul narasi kebakaran sebagai pembalasan Tuhan terhadap Amerika yang mendukung Israel. Kebakaran di LA adalah balasan atas apa yang terjadi di Gaza.
Walaupun kita sangat tegas menolak, mengecam dan mengutuk kekerasan dan teror Israel terhadap Gaza, namun cara berpikir seperti pembalasan Tuhan terhadap orang yang juga tidak berdosa di LA juga bukan pola pikir yang tepat. Apakah Tuhan juga mempunyai cara balas dendam seperti itu?
Bencana seperti di LA ini sering kali menimbulkan pertanyaan mendalam tentang bagaimana seharusnya manusia memahami bencana alam, terutama dalam perspektif agama. Dalam Islam, bencana alam dilihat melalui berbagai dimensi, termasuk kasih sayang Allah, ujian, peringatan, dan tanggung jawab moral.
Bencana dalam Perspektif Klasik Islam
Dalam Al-Qur’an, bencana sering dikaitkan dengan hukuman atas dosa-dosa kolektif yang dilakukan oleh umat terdahulu. Contohnya adalah kisah kaum Nabi Nuh yang ditenggelamkan oleh banjir besar (QS 7:64), kaum ‘Ad yang dihancurkan oleh angin topan (QS 41:15-16), dan kaum Tsamud yang dimusnahkan oleh gempa bumi (QS 7:78). Hukuman ini datang sebagai akibat langsung dari pembangkangan mereka terhadap perintah Allah.
Namun, pandangan ini mengalami pergeseran signifikan dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW. Nabi membawa ajaran bahwa bencana tidak lagi semata-mata dilihat sebagai hukuman kolektif, melainkan sebagai bagian dari mekanisme alam yang dapat menjadi ujian atau peringatan bagi manusia.
Bencana sebagai Ujian dan Peringatan
Islam menempatkan bencana dalam kerangka ujian dan kasih sayang Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Barang siapa yang berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain.” (QS Al-Isra: 15)
Ayat ini menunjukkan bahwa hukuman kolektif sebagaimana yang terjadi pada umat terdahulu tidak lagi relevan. Bencana lebih dipahami sebagai ujian bagi manusia untuk bersabar dan berusaha mencari solusi.
Selain itu, Al-Qur’an juga menekankan bahwa bencana adalah peringatan atas perilaku manusia, terutama terkait kerusakan lingkungan. Firman Allah:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS Asy-Syura: 30)
Ayat ini mengingatkan bahwa tindakan manusia, seperti eksploitasi alam yang berlebihan, sering kali menjadi penyebab kerusakan lingkungan yang memicu bencana. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka Dia akan menimpakan musibah kepadanya.”(HR Bukhari)
Hadis ini menegaskan bahwa bencana harus dilihat sebagai sarana untuk introspeksi diri dan memperbaiki kualitas keimanan. Rasulullah juga mengajarkan untuk selalu memohon perlindungan Allah dari bencana, seperti dalam doa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang telah aku lakukan.” (HR Muslim)
Jangan Abaikan Solidaritas Kemanusiaan di Tengah Bencana
Bencana, selain sebagai ujian dan peringatan, juga menjadi arena untuk menunjukkan solidaritas dan kasih sayang kepada sesama manusia. Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa umat manusia, tanpa memandang agama atau latar belakang, harus saling membantu di tengah penderitaan akibat bencana. Solidaritas kemanusiaan adalah manifestasi nyata dari nilai kasih sayang dalam Islam.
Bencana kebakaran di Los Angeles menyadarkan kita tentang pentingnya menjaga lingkungan dan saling membantu dalam menghadapi musibah. Dalam Islam, musibah seperti ini mengandung pesan moral yang mendalam. Manusia bertanggung jawab atas kelestarian bumi. Eksploitasi yang berlebihan dapat memicu bencana, seperti kebakaran hutan akibat aktivitas manusia yang lalai.
Di tengah bencana, solidaritas kemanusiaan harus melampaui batas agama, budaya, dan kebangsaan. Islam mengajarkan pentingnya membantu sesama tanpa diskriminasi. Bencana menjadi momen untuk merenungkan hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan alam.