Jaga Pilar

Kemarahan Soedirmo Boender Lihat Perlakuan Tentara Jepang pada Perempuan Indonesia

2 Mins read

Pertempuran demi pertempuran dialaminya. Seolah neraka tak berujung. Hatinya sempat hancur melihat para perempuan sebangsanya menjadi korban pemuas nafsu tentara Jepang.

Di bawah komando operasi gabungan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, pertempuran demi pertempuran dijalani oleh Soedirmo Boender sepanjang kawasan Pasifik. Kepada jurnalis Hanna Rambe, lelaki asal Yogyakarta itu mengaku bahwa jalan hidupnya sebagai seorang serdadu seolah neraka yang tak mengenal ujung.

Usai menjalani latihan militer yang keras di California, Juni 1943, Soedirmo untuk kali pertama menghadapi pertempuran-pertempuran sungguhan di Rabaul, sebuah kota yang terletak dalam Pulau New Britain, timur Papua Nugini. Dia terpilih ke dalam UDT (Underwater Demolition Team).

“Tugas kami adalah menghancurkan sebuah radar milik militer Jepang,” kenangnya kepada Hanna.

Misi berjalan sukses. Setelah terlibat dalam pertempuran berdarah, menara radar tersebut berhasil dihancurkan lewat taktik pengepungan. Namun keberhasilan itu harus diganjar dengan kematian sebagian besar anggota misi. Dari 176 prajurit yang diselusupkan ke Rabaul, hanya 22 orang yang selamat termasuk Soedirmo.

Soedirmo lantas mengikuti gerakan armada Angkatan Laut. Beberapa hari kemudian, mereka didaratkan di Biak, Papua. Tapi tak ada perlawanan seperti di Rabaul. Secara mudah, tentara Amerika Serikat menguasai Biak tanpa jatuh korban.

Selanjutnya pasukan menuju Hollandia (sekarang Jayapura). Entah demi menjalankan sebuah taktik atau memang semangat tempur mereka yang sudah mulai hancur, lagi-lagi militer Jepang tidak ngotot mempertahankan Hollandia.

“Dalam waktu dua hari dua malam, lapangan terbang di sana sudah berhasil kami rebut,” tutur Soedirmo.

Hancur Hati Lihat Nasib Bangsaku

Dalam suatu razia pengamanan, Soedirmo dan anak buahnya menemukan puluhan jugun ianfu di sebuah gedung besar. Keadaan mereka sangat memilukan: kurus kering bak tengkorak hidup dengan borok-borok berbau anyir di seluruh tubuhnya. Sebagian besar dari mereka bahkan sudah tak sanggup lagi berdiri.

Dalam bahasa Belanda, mereka mengaku sebagai para perempuan berpendidikan (salah seorang bahkan menyatakan sebagai putri seorang regent di Jawa Timur) yang dijanjikan pemerintah militer Jepang untuk melanjutkan sekolah ke Tokyo. Dalam kenyataannya mereka malah dikucilkan ke ujung timur Hindia Belanda dan dijadikan budak nafsu para perwira Jepang.

Semua perempuan yang ditemukan itu sudah dipastikan mengalami stres berat. Sebagian malah sudah selaiknya manusia tak berjiwa lagi. Saat diinterogasi, beberapa dia antara mereka justru memohon untuk ditembak, agar penderitaan mereka lekas berakhir.
Kepada Hanna, Soedirmo mengaku sangat terpukul menyaksikan situasi di Hollandia itu. Tetiba dia teringat ibunya dan kerabat-kerabat perempuannya yang sudah lama tak dijumpainya.

“Kawanku-kawanku banyak yang tidak tahu bagaimana sebenarnya hatiku hancur luluh saat mengetahui para perempuan malang itu adalah bangsaku,” tulisnya dalam biografinya, Terhempas Prahara ke Pasifik.

Namun tak ada waktu bersedih. Sebagai perangkat perang, Soedirmo harus melanjutkan hidupnya demi mengakhiri kebiadaban yang kerap kali dilihatnya sepanjang palagan Pasifik.
Gerakan berikutnya, Soedirmo masuk ke Morotai, Maluku Utara. Usai dari sana, dia ditugaskan kembali untuk menjadi tim pionir memasuki Saipan, salah satu basis pasukan Jepang terkuat di kawasan Pasifik.

2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Jaga Pilar

Kemenkum Maluku dan Densus 88 Perkuat Sinergi Pencegahan Terorisme

1 Mins read
Kementerian Hukum (Kemenkum) Maluku bersama Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polda Maluku menjalin kerja sama dalam bidang pencegahan terorisme di daerah…
Jaga Pilar

Muhammadiyah Harus Kembangkan Pilar Keempat

1 Mins read
Di hadapan segenap keluarga besar Universitas Muhammadiyah Jember, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Muhadjir Effendi menegaskan pentingnya Muhammadiyah mengembangkan pilar keempat,…
Jaga Pilar

Bela Palestina Bukan Bela Khilafah dan Ekstremisme, Hati-hati!

4 Mins read
Wakil Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (MUI) Najih Arromadloni mengingatkan masyarakat Indonesia untuk mewaspadai propaganda jihad khilafah berkedok…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *