Pilarkebangsaan.com. Melemahnya budaya lokal di Indonesia diakibatkan rentannya pemuda Indonesia dengan budaya Barat. Westernisasi dewasa ini membudaya di Indonesia tidak lain berasal dari generasi muda Indonesia itu sendiri. Sudah 76 tahun Indonesia merdeka sejak tahun 1945 tetapi bangsa ini belum terlepas dari bayang-bayang kekuasaan kolonial.
Penjajahan yang begitu lama mengakibatkan Indonesia belum kokoh secara kemandirian. Mandiri yang dimaksudkan antara lain dalam menghadapi polemik perubahan sosial dan budaya Negara maju, Indonesia masih membutuhkan Negara Amerika dan Eropa. Secara sadar perubahan mengakibatkan Negara berkembang seperti Indonesia kewalahan, seluruh elemen masyarakat kelas atas, menegah dan bawah berupaya menyesuaikan diri dengan zaman yang semakin pesat berkembang.
Perkembangan dalam kehidupan sosial dan budaya di Indonesia seyogiyanya berasal dari semakin majunya Negara barat amerika dan eropa, hal ini yang mengakibatkan keterpurukan Negara yang baru berkembang seperti Indonesia. Indonesia sejauh ini hanya mencoba mengcloning budaya barat tanpa menyadari dampak yang terjadi akibat ketidakmapanan sistem masyarakat di Indonesia.
Dalam sejarah keindonesiaan memang sejak masa Orde Baru dalam kepemimpinan Soeharto, sasaran kepemimpinannya untuk membangun kembali sistem ekonomi negara. Sebab pada zaman Soekarno perekonomian Negara Indonesia tidak progresif. Keangkuhan presiden soekarno yang tidak serta merta tunduk dengan bangsa barat mengakibatkan lemahnya jejaring/akses kerjasama antar Negara.
Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa budaya (pola hidup, teknologi, dll) negara maju seperti Amerika dan Eropa menjadi kaidah Negara berkembang seperti Indonesia. Ketergantungan terhadap pola hidup dan teknologi menunjukkan bahwa Indonesia masih dalam bayang dunia Barat.
Dalam pola hidup cara berinteraksi, penggunaan bahasa Inggris serta kepunahan bahasa lokal di tiap-tiap daerah di wilayah Indonesia, cara berpakaian branded, sering membandingkan dunia Barat lebih baik dari Indonesia, pola tatanan sosial dan budaya (norma) yang hilang diganti dengan nilai kebebasan ala dunia Barat.
Budaya ala Barat semakin menguat di era teknologi, era di mana kehidupan sosial dan relasi sosial masyarakat sipil teralihkan dalam dunia virtual. Dunia virtual menjadi dunia paradox yang mengakibatkan persoalan-persoalan sosial, pro dan kontra dalam masyarakat terkait perubahan ruang publik ini. Keterbatasan akses masyarakat Indonesia di era pandemik Covid-19 misalnya seluruh elemen masyarakat kocar-kacir ketika proses pembelajaran dialihkan secara daring.
Beberapa kasus dalam dunia pendidikan, dilansir oleh kompas.com, salah satu warga kecamatan Larangan Tangerang seorang Ibu yang menganiaya anaknya yang sulit belajar online. Kedua kasus bunuh diri siswi SMA di Gowa Sulawesi Selatan diakibatkan beban tugas dan fasilitas internet yang tidak memadai. Masih dalam dunia virtual, era globalisasi yang ditandai dengan hadirnya platform interaksi yang sering digunakan untuk hal yang tidak benar, pelecehan seksual, penipuan uang (pinjam online), kasus jual diri, penistaan Agama dll.
Fenomena ini sering terjadi dalam pola hidup masyarakat urban. Urbanisasi merupakan proses pengembangan atau mengkotanya suatu desa. Kedua proses perpindahan penduduk dari desa ke kota (migrasi). Bagi Wirth masyarakat urban dapat dilihat dari luas wilayah, jumlah padat penduduk dan heterogenitas. Cukup jelas bahwa urbanisasi sangat dekat dengan perubahan budaya satu kota/wilayah, sehingga tidak dapat disangkal bahwa wilayah urban menciptakan ruang-ruang eksistensi individualitas.
Sikap individualitas yang membudaya mengakibatkan budaya lokal di Indonesia semakin melemah. Menurut Chaney masyarakat yang hidup dikota sering bersaing satu dengan yang lain sebab ragamnya masyarakat.
Kecenderungan lain melemahnya budaya lokal antara lain: 1. Menguatnya budaya barat dalam masyarakat urban, 2. Masyarakat desa yang datang ke kota dan membawa teknologi dan fashion yang di bawa dari kota, 3. Masyarakat kota yang datang dengan style culture dari kota ke desa. Kebiasaan ini sangat mengganggu stabilitas masyarakat di desa lambat laun menghilang digantikan dengan pola perilaku hidup mengikuti orang dari kota.
Adapun cara yang harus dilakukan oleh kita untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari budaya Barat. Antara lain pendidikan budaya lokal harus menjadi perhatian oleh seluruh elemen masyarakat, kebijakan pertama misalnya penerapan bahasa lokal, seluruh instansi mulai dari lembaga pendidikan dan pemerintah. Sekolah dasar, menengah dan atas hingga perguruan tinggi guna untuk menjaga tradisi turun temurun satu daerah.
Fashion menggunakan pakaian adat sangat berfungsi untuk menjaga budaya masing-masing daerah (kain tenun, batik dan cele). Hal demikian dilakukan untuk menjaga kelestarian budaya Indonesia bagi masa depan generasi muda saat ini.
Cara ini dapat menjadi langkah efektif untuk menjaga keutuhan budaya lokal di Indonesia, demikian pula bukan berarti masyarakat lokal tidak bertumbuh dalam suatu perubahan. Akan tetapi hal ini menggambarkan lokalitas moral suatu bangsa seperti tersirat dalam sumpah pemuda “menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia”.
Kandungan keragaman etnisitas budaya dalam sumpah pemuda menggerakkan pemuda untuk mencintai dan menghormati bahasa Indonesia. Dapat dilihat bahwa nilai dan pesan moral yang terkandung dalam budaya lokal Indonesia agar generasi muda semakin mencintai budaya sendiri.
Dewasa ini masyarakat Indonesia perlu merekonstruksi lokal wisdom yang menjadi bagian dari identitas lokal bangsa. Bangsa indonesia terlahir dari kandungan ibu pertiwi yang berasas pada Pancasila. Pancasila adalah simbol hak seluruh bangsa Indonesia, kepelbagaian bukan menjadi batu sandungan, melainkan berkah dari Tuhan yang maha esa agar hidup dapat saling belajar atas perbedaan. (MMSM)
Revaldo Pravasta Julian MB Salakory