KH. Idham Chalid adalah nama yang layak dicatat dengan tinta emas dalam sejarah bangsa Indonesia. Beliau bukan hanya seorang ulama terkemuka, tetapi juga seorang politikus yang memberikan kontribusi besar bagi berdirinya dan berkembangnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kepiawaiannya dalam menyatukan peran keagamaan dan kenegaraan menjadikan sosoknya sebagai figur yang dihormati di berbagai lapisan masyarakat.
KH. Idham Chalid lahir pada 27 Agustus 1921 di Satui, Kalimantan Selatan. Beliau tumbuh dalam lingkungan yang religius, yang membentuk karakter keislamannya sejak dini. Pendidikan awalnya diperoleh di Madrasah Ibtidaiyah dan dilanjutkan di Pesantren Gontor, salah satu lembaga pendidikan Islam modern yang terkenal di Indonesia. Di sanalah, KH. Idham Chalid memupuk wawasan keilmuan Islam yang luas, sekaligus mengasah kepemimpinannya.
Selain pendidikan agama, KH. Idham Chalid juga dikenal sebagai sosok yang menghargai ilmu pengetahuan umum. Beliau melanjutkan studinya ke Universitas Al-Azhar, Mesir, yang memberikan bekal intelektual dan pengalaman internasional dalam memahami dinamika global, termasuk dalam konteks politik dan keumatan.
Sebagai seorang ulama, KH. Idham Chalid memiliki pemahaman mendalam terhadap ajaran Islam. Beliau selalu menekankan pentingnya Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin). Pandangannya yang moderat dan inklusif membuatnya mampu merangkul berbagai golongan di tengah keberagaman Indonesia. Melalui berbagai ceramah dan tulisan, KH. Idham Chalid menyampaikan pesan-pesan yang menyejukkan, membangun, dan menginspirasi.
KH. Idham Chalid juga aktif dalam organisasi keagamaan. Beliau menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selama lebih dari dua dekade (1956-1984). Di bawah kepemimpinannya, NU memainkan peran penting dalam membangun kesadaran beragama yang sejalan dengan semangat kebangsaan. KH. Idham Chalid memastikan bahwa NU tidak hanya menjadi organisasi keagamaan, tetapi juga gerakan sosial yang berdampak nyata bagi umat Islam di Indonesia.
Selain sebagai ulama, KH. Idham Chalid juga dikenal sebagai politikus ulung. Beliau aktif di Partai Nahdlatul Ulama, yang pada masa itu merupakan salah satu kekuatan politik terbesar di Indonesia. Karier politiknya mencakup berbagai posisi strategis, seperti Wakil Perdana Menteri Indonesia (1956-1959), Ketua DPR-GR (1966-1971), dan Ketua MPR (1971-1977).
Sebagai Wakil Perdana Menteri, KH. Idham Chalid berperan penting dalam menjaga stabilitas politik di masa yang penuh gejolak. Beliau mampu menjembatani kepentingan berbagai kelompok, baik dari kalangan nasionalis, Islamis, maupun komunis. Keseimbangannya dalam bersikap membuatnya dihormati oleh kawan dan lawan politik.
Sebagai Ketua DPR dan MPR, KH. Idham Chalid memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 tetap menjadi dasar dalam setiap pengambilan kebijakan negara. Beliau juga menjadi tokoh penting dalam proses konsolidasi demokrasi di Indonesia setelah era Demokrasi Terpimpin. Kepemimpinannya yang bijaksana mencerminkan komitmennya terhadap keutuhan dan kedaulatan NKRI.
KH. Idham Chalid adalah salah satu tokoh yang memahami bahwa agama dan negara tidak perlu dipertentangkan. Baginya, Islam dan Pancasila adalah dua hal yang saling melengkapi. Ia aktif menyuarakan pentingnya persatuan nasional, terutama di tengah perbedaan ideologi dan kepercayaan yang ada di Indonesia.
Kontribusi terbesar KH. Idham Chalid adalah kemampuannya mengharmoniskan hubungan antara Islam dan negara. Ia selalu menekankan bahwa nilai-nilai Islam yang universal dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip kebhinekaan. Sikap moderat dan inklusif inilah yang menjadikan KH. Idham Chalid sebagai panutan dalam mengelola keberagaman di Indonesia.
Bagi generasi muda Indonesia, KH. Idham Chalid adalah inspirasi yang tak lekang oleh waktu. Beliau mengajarkan bahwa menjadi pemimpin bukan hanya soal meraih kekuasaan, tetapi juga soal melayani dan membawa manfaat bagi masyarakat. Keteladanan KH. Idham Chalid dalam memadukan peran sebagai ulama dan politikus menunjukkan bahwa agama dan politik dapat berjalan beriringan untuk kebaikan bersama.
Generasi muda dapat belajar dari integritas, keberanian, dan kebijaksanaan KH. Idham Chalid dalam menghadapi tantangan. Dalam era globalisasi yang penuh tantangan ini, semangat KH. Idham Chalid dalam memperjuangkan keadilan, persatuan, dan kesejahteraan harus terus dihidupkan.
KH. Idham Chalid adalah bukti nyata bahwa seorang ulama juga bisa menjadi politikus yang dihormati. Beliau adalah contoh bagaimana nilai-nilai keislaman dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran dan kontribusinya tidak hanya memberikan manfaat bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai bangsa, kita perlu menghargai warisan perjuangan KH. Idham Chalid dengan terus menjaga persatuan dan keutuhan NKRI. Sosoknya akan selalu dikenang sebagai ulama sekaligus politikus yang tidak hanya disegani, tetapi juga dicintai oleh rakyat Indonesia.