Sejarah Islam di Nusantara tak lepas dari kontribusi para ulama yang menjadi pelopor dalam dakwah, pendidikan, dan pembentukan karakter bangsa. Di antara sosok yang layak dikenang dan diusulkan sebagai pahlawan nasional adalah KH Sholeh Darat, seorang ulama besar dari Semarang yang pengaruhnya melampaui zamannya. Meskipun namanya belum setenar tokoh-tokoh lain seperti KH Hasyim Asy’ari atau KH Ahmad Dahlan, warisan KH Sholeh Darat menjadi fondasi penting bagi kebangkitan Islam di Indonesia.
KH Sholeh Darat, yang memiliki nama asli Muhammad Sholeh bin Umar as-Samarani, adalah seorang ulama, pendidik, dan pengarang kitab yang hidup pada abad ke-19. Sebagai murid dari Syaikh Nawawi al-Bantani, seorang ulama besar Nusantara di Mekkah, KH Sholeh Darat memiliki kedalaman ilmu yang luar biasa, terutama dalam tafsir Al-Qur’an, fikih, dan tasawuf.
Pondok Pesantren Darat yang didirikannya di Semarang menjadi pusat keilmuan Islam yang berpengaruh besar pada masa itu. Pesantren ini tidak hanya mencetak ulama-ulama besar, tetapi juga menjadi tempat mengaji bagi pendiri dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni KH Hasyim Asy’ari (Nahdlatul Ulama) dan KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah). Hubungan ini menunjukkan betapa besar peran KH Sholeh Darat dalam membentuk karakter dan pemikiran dua tokoh sentral dalam sejarah Islam Nusantara.
KH Sholeh Darat dikenal dengan metode pengajarannya yang membumi. Salah satu karyanya yang monumental adalah terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan nama Tafsir Faid al-Rahman. Karya ini menjadi salah satu upaya pertama untuk membuat Al-Qur’an lebih mudah dipahami oleh masyarakat Jawa yang saat itu masih terbatas aksesnya terhadap literatur keagamaan.
Namun, upayanya ini tidak luput dari tantangan. Pemerintah kolonial Belanda melarang penggunaan tafsir tersebut karena khawatir akan membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap ajaran Islam dan menumbuhkan semangat perjuangan melawan penjajahan. Meskipun demikian, tafsir ini tetap menyebar dan menjadi rujukan penting bagi umat Islam di Jawa.
KH Sholeh Darat juga berperan dalam memperkenalkan konsep Islam yang inklusif dan moderat, yang menjadi karakter khas Islam Nusantara. Dengan pendekatan tasawuf yang mendalam, beliau mengajarkan pentingnya harmoni antara ajaran agama dan budaya lokal, menjadikan Islam diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa.
Narasi kepahlawanan di Indonesia seringkali diidentikkan dengan perjuangan bersenjata melawan penjajah. Namun, pengertian kepahlawanan sejatinya lebih luas. KH Sholeh Darat adalah contoh nyata bahwa perjuangan melalui ilmu, pendidikan, dan dakwah juga merupakan bentuk kepahlawanan yang tidak kalah penting.
Beliau membangun pondasi intelektual yang menjadi pijakan perjuangan tokoh-tokoh besar setelahnya. Pendidikan yang beliau berikan kepada KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, misalnya, menunjukkan bagaimana pemikiran dan metode pengajarannya berkontribusi pada munculnya dua organisasi yang kemudian menjadi pilar kebangkitan umat Islam di Indonesia.
- Perannya dalam Pendidikan Islam
KH Sholeh Darat adalah pionir dalam memberikan akses keilmuan Islam kepada masyarakat Nusantara, khususnya melalui terjemahan Al-Qur’an dan kitab-kitab berbahasa Jawa. Upayanya menciptakan literasi keagamaan adalah bentuk perjuangan melawan kebodohan yang sejajar dengan perjuangan fisik melawan penjajahan. - Warisan Ilmu yang Abadi
Pondok Pesantren Darat dan karya-karyanya telah melahirkan generasi ulama besar yang berperan dalam membangun Indonesia. Warisan keilmuan ini menunjukkan bahwa perjuangannya memiliki dampak jangka panjang yang dirasakan hingga saat ini. - Konteks Perjuangan Non-Kekerasan
KH Sholeh Darat menunjukkan bahwa perjuangan melawan penjajahan tidak selalu harus dilakukan dengan senjata. Melalui pendidikan dan dakwah, beliau membangun kesadaran dan kemandirian umat Islam, yang pada gilirannya menjadi kekuatan penting dalam perjuangan nasional.
Usulan gelar pahlawan nasional untuk KH Sholeh Darat yang digagas oleh Anasom sejak 2015 patut didukung oleh berbagai pihak. Kajian yang lebih mendalam tentang kontribusi beliau dalam sejarah Indonesia perlu dilakukan untuk memperkuat argumen ini.
Pemberian gelar pahlawan nasional kepada KH Sholeh Darat akan menjadi pengakuan atas peran ulama dalam sejarah perjuangan bangsa. Hal ini juga akan mengingatkan kita bahwa bangsa Indonesia dibangun tidak hanya dengan senjata, tetapi juga dengan ilmu, iman, dan keikhlasan.
Generasi muda Indonesia perlu belajar dari sosok seperti KH Sholeh Darat. Dalam era modern yang penuh tantangan ini, kepahlawanan tidak lagi identik dengan perang atau revolusi fisik, tetapi bisa diwujudkan melalui kontribusi di bidang pendidikan, budaya, dan dakwah.
KH Sholeh Darat adalah simbol dari perjuangan tanpa pamrih untuk kemajuan umat. Beliau mengajarkan bahwa kepahlawanan sejati adalah tentang memberi, membangun, dan meninggalkan warisan yang bermanfaat bagi generasi mendatang.