Namanya tercatat dalam buku-buku sejarah sebagai pimpinan pertempuran dahsyat melawan pasukan Inggris di sepanjang Sukabumi-Cianjur. Tahun ini namanya tersemat sebagai identitas jalan di Sukabumi.
Maret tahun ini, orang-orang Sukabumi memiliki jalan baru. Namanya Jalan Letnan Kolonel Eddie Soekardi. Jalan yang melintasi kawasan Lingkar Selatan menuju Cibolang tersebut rencananya akan diresmikan pada akhir Maret 2022 oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Jawa Barat Bambang Tirtoyuliono, secara legal formal, Jalan Letnan Kolonel Eddie Soekardi sudah memenuhi syarat.
“Secara legal formal, sudah keluar keputusannya dari Gubernur Ridwan Kamil,” ujar Bambang seperti dikutip oleh situs www.sukabumiupdate.com pada 5 Maret 2022.
Nama Eddie Soekardi memang layak ditabalkan sebagai nama jalan di Sukabumi. Sebagai Komandan Resimen III TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang membawahi Bogor, Sukabumi dan Cianjur pada 1945-1946, dia merupakan komandan TKR yang memimpin Perang Konvoi. Itu nama perang yang dikobarkan pejuang Indonesia saat melawan tentara Inggris (yang berpengalaman di palagan Burma, Malaya, Singapura) di Sukabumi dan Cianjur pada Desember 1945-Maret 1946.
“Dengan taktik hit and run dan pengerahan sniper sepanjang jalur peperangan, kami bikin mereka kalangkabut. Bahkan dalam suatu pertempuran salah seorang pimpinan bataliyon mereka berhasil kami tewaskan,” kata Eddie ketika diwawancarai pada 2013.
Pasukan elit Inggris Tak Berdaya
Apa yang dikatakan oleh Eddie memang bukan isapan jempol semata. DalamĀ The Fighting Cock: The Story of The 23rd Indian Division, Letnan Kolonel Doulton, bercerita tentang seramnya “neraka Sukabumi- Cianjur bagi militer Inggris” itu. Bukan hanya di Bojongkokosan, di Cianjur pasukan Inggris juga dibuat tak berdaya oleh anak buah Eddie Soekardi yang bekerjasama juga dengan pasukan laskar.
Bersama Lasykar Hizbullah dan Sabilillah, Pesindo dan Lasykar Barisan Banteng Republik Indonesia pimpinan Soeroso, Resimen III pimpinan Eddie melakukan penyerangan secara gencar terhadap Yon 3/3 Gurkha Rifles yang diperkuat oleh tank Sherman, panser wagon, brencarrier dan truk-truk berisi pasukan.
Kendati hanya menggunakan molotov cocktail (bom sederhana yang terbuat dari botol yang diisi bensin dan disertai sumbu) dan beberapa pucuk senjata saja, mereka berhasil melakukan serangan terstruktur dari sudut-sudut pertokoan dan lorong-lorong rumah yang berderet sepanjang pusat kota Cianjur.
“Bagi para serdadu Gurkha Rifles, situasi itu cukup membingungkan. Mereka hanya bisa bertahan dan membalas serangan tersebut sekenanya dari balik kendaran-kendaraan tempur mereka⦔ kata sesepuh Divisi Siliwangi itu.
Ketidakberdayaan salah satu satuan elit militer Inggris dalam Perang Dunia II sempat dicatat oleh Doulton sebagai pergerakan taktis gerilyawan Indonesia yang sempat membuat para serdadu Gurkha panik dan terpukul.
“Ini menjadi suatu bukti, orang-orang Indonesia mengalami kemajuan dan semakin militan⦔ tulis Doulton.
Ditangkap Belanda
Eddie sendiri pernah mencatat jalannya perang itu dari perspektif tentara Indonesia. Dalam buku yang diberi judulĀ Pertempuran Konvoi Sukabumi-Cianjur 1946, lelaki kelahiran Sukabumi pada 18 Februari 1916 ini menulis bahwa faktor paling signifikan yang menyebabkan unggulnya TKR dan lasykar adalah semangat tinggi dan bantuan rakyat.
“Tanpa bantuan rakyat, saya yakin TKR dan lasykar tak bisa berbuat apa-apa melawan kekuatan militer Inggris yang perlengkapan serba modern itu,” tulisnya.
Usai menaklukan Inggris di Sukabumi, karir militer Eddie Soekardi seolah akan melesat jauh. Setelah diangkat sebagai Kepala Staf Brigade Guntur di Tasikmalaya, ia lantas didapuk menjadi Komandan Brigade 14 Divisi Siliwangi dan sukses memadamkan perlawanan Front Demokrasi Rakyat Partai Komunis Indonesia (FDR PKI) di wilayah Kedu, Jawa Tengah. Sayang, saat kembali ke Jawa Barat pasca long march Divisi Siliwangi pada 1948, ia ‘ditangkap’ oleh militer Belanda di Ciamis dan baru dibebaskan menjelang tahun 1950.
Pada 1951, Eddie sempat dikirim sebagai Kepala Staf Komando Teritorial III Kalimantan. Dia mengakhiri karirnya sebagai tentara pada 1957 dengan pangkat letnan kolonel. Seterusnya ia banyak berkiprah di dunia bisnis terutama dalam usaha pengembangan bunga anggrek.
Pada 5 September 2014, Eddie Soekardi menghembuskan napas terakhir di Bandung pada usia 98 tahun. Jasadnya dikebumikan diĀ pemakaman keluarga, Karang Anyar Bandung,Ā dengan upacara kebesaran secara militer.