Bhinneka Tunggal Ika

Literasi Fisik bagi Siswa di Masa New Normal

3 Mins read

Mulai ditetapkannya pelonggaran memakai masker yang diumumkan oleh Presiden melalui akun youtube Sekretariat Presiden (17/05/22) menjadi transisi dari pandemic ke endemi. meskipun aturan pelonggaran penggunaan masker tersebut tidaklah sepenuhnya bebas melepas masker, akan tetapi hal ini menjadi harapan baru mengingat beberapa kebijakan yang ditetapkan pemerintah sebelumnya mau tidak mau masyarakat harus membatasi aktivitasnya diluar rumah.

Pelonggaran penggunaan masker juga merupakan transisi ke era new normal. Istilah New normal pertama kali digunakan Roger McNamee dalam ulasan artikel dengan tajuk “The New normal”. Mengatakan bahwa New normal adalah masa di mana manusia akan mengikuti aturan baru dalam jangka waktu yang Panjang.  Di era new normal ini menjadi angin segar bagi siswa, guru maupun orang tua, dimana Pembelajaran tatap muka sudah mulai diberlakukan dan dilaksanakan dengan menerapkan protocol Kesehatan yang berlaku pada bulan Juli tahun ini.

Ada lima persyaratan yang harus dipenuhi oleh institusi maupun peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka, yaitu 1) pengajar dan peserta didik sudah melakukan vaksinasi, 2) menerapkan protocol kesehatan 5 M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi dan interaksi), 3) melaksanakan sistem rotasi yaitu: 50 persen disekolah dan 50 persen lagi dirumah (online), 4) mendapatkan izin dari satgas, 5) menerapkan SKB (Surat Keputusan Bersama) yang terdiri dari 3 point penting yaitu persetujuan Pemerintah Daerah, Sekolah dan Komite Sekolah yang merupakan perwakilan dari orang tua siswa.

Diterapkannya pembelajaran tatap muka dengan berbagai persyaratan ini menjadi tantangan baru bagi guru, salah satunya dalam penerapan PJOK bagi guru Penjas. Salah satu yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengimplementasikan Literasi Fisik.

Dalam dunia olahraga literasi fisik bukanlah hal yang baru, karena literasi fisik sudah diperkenalkan pada awal abad 21 tepatnya pada tahun 2004 lalu ketika UNESCO menyatakan latar belakang dan pendefinisian tentang literasi. Istilah literasi fisik secara global sudah menjadi topik yang menarik dibidang pendidikan jasmani dan kesehatan. Tokoh pertama kali yang memperkenalkan literasi fisik (physical literacy) adalah Margaret Whitehead. Pengertian literasi fisik menurut The International Physical Literacy Association, (May 2014) bahwa “literasi fisik adalah motivasi, kepercayaan diri, kompetensi fisik, pengetahuan, dan pemahaman untuk menghargai dan bertanggung jawab atas keterlibatan dalam aktifitas fisik seumur hidup”

Unsur-unsur dalam literasi fisik yang dapat diaplikasikan oleh siswa disekolah adalah sebagai berikut:

  1. Motivasi dan Kepercayaan diri (afektif) Motivasi merupakan dorongan yang terjadi dalam diri untuk melakukan aktivitas atau sebuah kegiatan, guru sebagai motivator juga dapat memberikan dorongan dan tugas gerak dalam berbagai cabang olahraga. Dengan seringnya melakukan aktivitas olahraga maka akan muncul sikap percaya diri.
  2. Kompetensi Fisik (Psikomotor)Kompetensi fisik berkaitan dengan kemampuan individu siswa dalam mengembangkn keterampilan olahraga, dan juga merupakan kapasitas siswa dalam menyelesaikan tugas gerak dalam berbagai intensitas dan durasi aktivitas fisik yang diberikan oleh guru Penjas. Ada beberapa aktivitas olahraga yang dapat dilakukan oleh siswa baik disekolah maupun dirumah sebagai berikut: a) olahraga yang bersifat aerobik yaitu aktivitas yang dilakukan dengan durasi relative lama 30 menit dengan intensitas rendah atau sedang seperti jalan, lari, berenang dll. Aktivitas ini dapat dilakukan 3 kali seminggu dengan durasi setiap harinya 60 menit untuk menjaga kebugaran siswa. b) latihan penguatan otot, untuk Latihan ini dapat dilakukan secara individu maupun berpasangan seperti push up, sit up, pull up, squat, c) olahraga permainan seperti main sepak bola, bola basket, bola voli, sepak takraw dan lainya.
  3. Pengetahuan dan Pemahaman (Kognitif) Pengetahuan dan pemahaman berkaitan dengan kemampuan siswa dalam kecakapan siswa dalam melaksanakan tugas gerakan yang diberikan guru serta memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan, dalam hal ini peran guru adalah memberikan tugas gerakan, mengawasi dan melakukan evaluasi terhadap aktivitas yang dilakukan siswa.
  4. Keterlibatan dalam Aktivitas Fisik untuk Hidup (Perilaku)

Keterlibatan dalam aktivitas fisik untuk hidup sebagai bentuk perilaku sadar dari individu tentang pentingnya aktivits fisik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Perilaku ini sering disebut dengan melek fisik. Ciri-ciri dari individu melek fisik ditandai dengan a) memiliki motivasi yang tinggi dalam meningkatkan kualitas hidup, b) bergerak dengan tenang, ekonomis, dan percaya diri dalam berbagai situasi fisik yang menantang, c) memiliki ketanggapan yang baik dalam membaca berbagai aspek lingkungan fisik, kemungkinan gerak dan merespon secara tepat, d) memiliki kemampuan yang efektif dalam kinerja gerak, memiliki pemahaman tentang prinsip-prinsip Kesehatan yang berkaitan dengan olahraga seperti : aktivitas, istirahat, tidur dan kecukupan nutrisi atau gizi.

Pentingnya literasi fisik bagi tumbuh kembang siswa dapat meningkatkan kebugaran jasmani dengan demikian dapat mencegah terjadinya stunting, obesitas dan berbagai penyakit degenerative lainnya.

Keberadaan literasi fisik sudah seharusnya menjadi perhatian kita bersama karena melakukan aktivitas fisik sudah atur oleh pemerintah, hal ini juga sesuai amanat Undang-undang No 11 tahun 2022 pasal 6 bagian a dan b tentang Keolahrgaan “Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk: melakukan kegiatan olahraga dan juga memperoleh pelayanan dalam olahraga”.

Anggri Dwi Nata

Pengajar di Universitas karimun dan peneliti Pendidikan terakhir S3.
2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Bhinneka Tunggal Ika

Dakwah Tak Hanya Konvensi Agama, Tapi Aspek Kerukunan Antarumat

2 Mins read
Beberapa kalangan masih beranggapan bahwa konklusi dari dakwah keagamaan adalah konversi keimanan. Padahal, dalam konteks hidup bernegara sebagai bangsa Indonesia yang menganut…
Bhinneka Tunggal Ika

Gus Dur dan Gus Sholah: Adik Kakak Silang Pendapat Soal Agama-Negara

3 Mins read
Gus Dur dan Gus Sholah tidak selalu menunjukkan hubungan baik sebagai kakak-adik perihal pemikiran. Kedua tokoh ulama ini memiliki pandangan berbeda tentang…
Bhinneka Tunggal Ika

Menelisik Pembelajaran BIPA Lintas Budaya Berbasis Website

2 Mins read
Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam rangka internasionalisasi bahasa Indonesia. Hal tersebut dianggap sebagai soft diplomacy untuk memperkenalkan…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *