Tahun ini Hari Asyura atau tanggal 10 Muharam jatuh pada Selasa 16 Juli 2024. Peristiwa paling terkenal di hari ini adalah pembunuhan secara keji terhadap Sayyidina Husain beserta belasan keluarganya dan 73 sahabatnya di Karbala. Pembunuhan, atau lebih tepatnya pembantaian, dilakukan oleh Umar bin Saâad beserta pasukannya yang menurut catatan sejarah versi paling sedikit menyebut angka empat ribu. Pasukan tersebut di bawah perintah Yazid bin Muawiyah.
Terlepas dari tragedi tersebut, Bulan Muharam sendiri merupakan bulan mulia, sampai dinamai dengan âSyahrullahâ atau bulan Allah. Lebih-lebih Hari Asyura, hari yang memiliki kemuliaan luar biasa. Pada hari ini disunnahkan berpuasa dan memperbanyak berbagi terhadap sesama, terutama terhadap keluarga terdekat. Sampai-sampai Rasulullah berjanji, bagi siapa saja yang melapangkan (memberi nafkah lebih) keluarganya di hari tersebut akan dilapangkan atau diluaskan rejekinya sepanjang tahun.
Dalam kitabnya Al Ghunya, Syaikh Abdul Qadir al Jaelani memasukkan memasukkan Hari Asyura sebagai salah satu Asyurul Karamah, atau hari keramat bersama Nuzulul Qurâan, Lailatul Qadar, Maulid Nabi, Isra Miâraj, Hari Arafah, Idul Fitri dan Idul Adha.
Hal ini karena Nabi Muhammad sangat memperhatikan Hari Asyura sebagaimana pesan beliau kepada Ummu Salamah yang direkam, salah satunya, dalam kitab Fadhail al Shahabah.
Asyura dan Keberagaman
Namun, ternyata Hari Asyura bukan hanya milik umat Islam, namun juga sangat dihormati oleh pemeluk-pemeluk agama samawi yang lain. Hal ini menjadi bukti, bahwa Hari Asyura menyimpan banyak makna sekaligus kenangan tidak hanya bagi umat Islam, tapi juga bagi pemeluk agama lain.
Termaktub dalam kitab Nuzhatul Majalis karya Syaikh Abdurrahman al Safuri al Syafie, penamaan Asyura yang berarti sepuluh, karena Allah pada Hari Asyura Allah memuliakan sepuluh nabinya. Di antaranya, menerima taubat Nabi Adam dan Hawa, menyelamatkan Nabi Nuh dari banjir bandang, menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api Namrud, Nabi Musa selamat dari kejaran Firâaun.
Beberapa peristiwa tersebut menyebabkan Hari Asyura dihormati dan dimuliakan oleh para pemeluk agama samawi. Menyiratkan suatu arti, pada Hari Asyura semua penganut agama samawi berada dalam satu kondisi kebersamaan, yaitu sama-sama menghormati Hari Asyura.
Momentum seperti ini, sekalipun tidak diikat oleh satu agama, mereka yang berbeda agama itu diikat dalam satu kebersamaan, sama-sama menghormati Hari Asyura. Ini merupakan momentum baik untuk menyulam benang persaudaraan antar umat beragama. Bahwa, secara historis ada benang merah âsatu keyakinanâ sekalipun saat ini pilihan agamanya berbeda.
Sehingga, Hari Asyura layak dikatakan sebagai âhari pemersatuâ antar umat beragama sebab sama-sama menghormati hari tersebut. Dan, selayaknya memang begitu. Perbedaan agama tidak bisa menjadi alasan untuk saling bermusuhan dan saling membunuh. Kemanusiaan, dalam agama mana pun, merupakan sesuatu yang harus dihormati.
Karenanya, marilah kita sambut 10 Muharram sebagai momentum untuk meningkatkan persatuan dan persaudaraan. Kita, sekalipun berbeda agama sama-sama menghormati Hari Asyura, sudah selayaknya kita juga saling menghormati sekalipun dalam keyakinan yang berbeda.