Religius

Memahami Islam yang Terasing dan Pentingnya Jamaah

3 Mins read

Dalam salah satu wawancara seorang perempuan yang berencana meledakkan diri di istana pada tahun 2015 silam, ada salah satu petikan subtansi yang sangat menarik untuk dibahas. Perempuan bernama Dian Novi itu mengatakan bahwa Islam lahir dalam keadaan terasing dan nanti akan kembali  menjadi terasing. Beruntunglah orang-orang yang terasing tersebut.

Tentu, pemahaman Dian ini berangkat dari sebuah hadist yang berbunnyi : “Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing seperti semula, maka beruntunglah orang-orang yang terasing (ghuraba).” (HR. Muslim, no. 145).

Hadist ini bagi orang seperti Dian dan yang lain dijadikan pegangan untuk tidak merasa minder dengan keyakinan yang dimiliki walaupun menjadi berbeda dengan kelompok mainstream. Walaupun orang lain memandang dirinya asing di tengah masyarakat, ia patut berbangga.

Makna asing akhirnya diterjemahkan dalam bentuk misalnya, walaupun keyakinan dan praktek seperti bom bunuh diri dipandang aneh, tetapi ia meyakininya sebagai bagian bentuk membela agama. Bagi yang lain ajaran seperti itu aneh dan menyimpang, tetapi bagi mereka itulah keberuntungan para ghuraba.

Rasanya pemahaman yang sangat sederhana ini yang menjadi bencana dalam memahami hadist tersebut, tetapi itu sudah banyak didoktrinkan di kalangan korban seperti Dian. Artinya, mereka memandang umat Islam saat ini yang berbeda dengan mereka adalah kelompok yang tidak menerapkan Islam, dan hanya mereka yang terus komitmen menegakkan syariat Islam yang terasing dari masyarakat luas.

Konteks hadits ini sebenarnya ingin menceritakan dan memprediksi sekaligus memberikan pujian bagi umat Islam yang terus berkomitmen menegakkan dan menjalankan syariat Islam. Islam pada awalnya datang dalam keadaan asing, artinya tidak dikenal dan diterima oleh banyak orang. Di Makkah, Islam menjadi ajaran yang asing yang dianggap sebagai penyimpangan dari masyarakat jahiliyah. Hanya sedikit orang yang berpegang dan memeluk Islam.

Pada fase berikutnya, entah pada ujung zaman, kita tidak bisa memastikan, Islam akan kembali menjadi asing seperti pada awal kedatangannya. Saat itu  hanya sedikit orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam. Orang-orang yang tetap teguh pada ajaran Islam di saat Islam dianggap asing ini disebut “ghuraba” dan mereka dikatakan beruntung oleh Nabi Muhammad SAW.

Pertanyaannya, apakah Islam saat ini pada posisi menjadi asing kembali seperti dugaan kelompok yang mendoktrin Dian? Ternyata tidak, Islam semakin banyak dikenal dan meluas secara global. Bahkan, di negara-negara sekuler Barat Islam muncul dan dikenalkan kemudian disambut meriah dengan meningkatnya populasi umat Islam di berbagai negara.

Islam sedang tidak terasing. Ajaran Islam dipraktekkan dan terus dipegang teguh oleh umat Islam di berbagai negara. Rasanya kita belum sampai pada fase yang diprediksikan Nabi tentang Islam yang kembali terasing. Islam semakin populer di mana-mana dan itu patut disyukuri sebagai anuegrah Allah. Pendidikan Islam terus kokoh mendidik generasi muslim dan ulama terus menjadi warasatul anbiya’ yang terus menjaga Islam.

Klaim ghuraba dengan menganggap dirinya paling Islami di tengah umat Islam yang masih memegang ajaran Islam adalah kesalahan fatal yang memang diharapkan kelompok  ekstrem. Klaim ghuraba dengan menganggap hanya kelompok mereka yang beruntung dibandingkan kelompok Islam lainnya adalah sebuah kesombongan yang nyata sebagai sumber penyakit hati paling kotor yang dibenci Islam.

Dalam kondisi saat ini justru yang paling tepat bukan mengklaim diri ghuraba, tetapi pentingnya berjamaah atau bersatu. Bukan mengambil jarak dan mencari jalan yang menyimpang dari masyoritas, tetapi bergabung dalam jamaah.

Mereka yang sedang mengklaim diri ghuraba di tengah mayoritas muslim mesti harus membaca hadist lain : “Tangan Allah bersama jamaah. Barang siapa yang menyimpang, maka dia akan menyimpang ke dalam neraka.” (HR. Tirmidzi, no. 2167 dan Hakim, 1: 114).

Hadist ini sungguh merupakan peringatan keras bagi kelompok yang justru mengklaim ghuraba di tengah jamaah muslim yang ada saat ini terus konsisten memegang dan mempraktekkan Islam. Dalam Riwayat lain dari Ibnu Majah misalnya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku -atau umat Muhammad- di atas kesesatan, dan tangan Allah bersama jamaah”.

Artinya, kesepakatan ulama, persatuan umat Islam dan mayoritas keyakinan umat Islam adalah parameter bahwa mereka bukan berada dalam kesesatan. Keyakinan mainstream saat ini adalah jaminan Allah sebagai jalan yang benar dan bukan kesesatan. Justru yang patut dipertanyakan adalah mereka yang mengklaim diri ghuraba di tengah jamaah yang ada.

Mereka yang mengambil jalan berbeda dan mengklaim diri ghuraba dikhawatirkan masuk dalam jebakan setan. Misalnya Nabi memperingatkan dengan metafora berikut : “Sesungguhnya setan itu adalah serigala bagi manusia, seperti serigala bagi kambing. Serigala itu akan memangsa kambing yang menyendiri dan yang jauh dari kawanan. Maka, janganlah kalian menyendiri, dan hendaklah kalian berjamaah, berkumpul, dan berada di masjid.” (HR. Ahmad, no. 11503).

Saya mengkhawatirkan saudara-saudara muslim kita yang mengklaim diri mengambil jalan yang berbeda dan mengklaim diri ghuraba di tengah jamaah umat Islam saat ini hakikatnya korban dari serigala Setan. Mereka berpikir paling benar padahal sejatinya mereka telah dipengaruhi dan terperangkap menjadi korban setan.

Karena itulah, kita sangat mengharapkan terutama generasi-generasi muda saat ini untuk tidak terjebak dan menjadi mangsa serigala Setan. Mari pastikan diri kita masuk dalam jamaah besar yang dinaungi para warasatul anbiya’ para ulama dan organisasi keislaman yang sudah ada yang telah menghantarkan generasi emas Islam seperti saat ini.

Waspadalah pada bisikan setan yang selalu mengajak kita untuk keluar dari jamaah dengan mengatakan diri paling benar. Waspadalah terhadap kelompok yang mengajak kalian masuk dalam lingkaran mereka yang memberikan doktrin yang bertentangan dengan prinsip Nabi, sahabat, tabiin dan para salafussalih serta pengikutnya yang terus menjaga Islam yang berjamaah seperti saat ini.

Jika tidak berkumpul dalam jamaah besar, takutlah anda menjadi korban yang dimangsa Setan seperti kambing yang dilahap serigala.

1126 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Religius

KH. Nasrullah: Jihad Itu Wajib, Tapi Aksi Teror Itu Haram!

1 Mins read
Teror dan jihad adalah dua perbuatan yang harus dipahami dasarnya. Hukum melakukan teror adalah haram, baik dilakukan oleh perorangan, kelompok, maupun negara,…
Religius

Gus Baha Jelaskan Harta yang Kelak Abadi Sampai di Akhirat

1 Mins read
Ulama kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengungkapkan tentang harta apa yang kelak akan abadi sampai akhirat….
Religius

Cerita Maulid di Madura, Wahabi dan Tradisi Kegembiraan Sebulan

4 Mins read
Mungkin tidak hanya di Madura, di tempat lain dengan basis masyarakat ahlusunnah wal jamaah dalam naungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) akan memiliki cerita dan…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *