Dalam berbagai diskusi kebangsaan, relevansi Pancasila dalam kehidupan modern selalu menjadi isu yang tak terbantahkan. Salah satu momentum penting dalam pembahasan ini adalah webinar yang diselenggarakan oleh Markas Besar TNI Angkatan Udara (Mabes TNI AU).
Webinar bertajuk “Pembekalan Bintal Rohani, Ideologi, dan Tradisi Kejuangan TNI AU” ini menghadirkan berbagai pemikir kebangsaan, termasuk Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo, yang mengupas secara mendalam peranan ideologi Pancasila dalam konteks masa kini.
Dalam pemaparannya, Benny menegaskan bahwa Pancasila bukan sekadar dokumen historis, melainkan pondasi yang harus menjiwai setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. “Pancasila sebagai ideologi bangsa harus menjadi dasar atau pondasi bagi seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.
Lebih dari itu, menurutnya, para pemangku kebijakan memiliki tanggung jawab besar untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap kebijakan dan regulasi yang dibuat, sehingga Pancasila tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga prinsip kerja yang nyata.
Pancasila Sebagai Landasan Moral dan Sosial
Dalam konteks saat ini, Pancasila tidak hanya harus dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa, tetapi juga sebagai pedoman dalam berelasi sosial. Benny menekankan bahwa nilai-nilai Pancasila harus mewarnai cara berpikir, bernalar, bertindak, dan berinteraksi di tengah masyarakat.
“Pancasila harus menjadi cara berpikir, bernalar, bertindak, dan berelasi. Pancasila sebagai ideologi bangsa menjadi keyakinan bagi seluruh rakyat yang menjadi cita-cita yang diwujudkan dengan konkret untuk mewujudkan kesejahteraan,” tambahnya.
Di era pandemi yang telah menguji ketahanan bangsa, Pancasila seharusnya menjadi kekuatan moral dalam menghadapi tantangan. Misalnya, dalam isu kedaulatan pangan, Benny mengingatkan bahwa keberlanjutan kehidupan petani harus diperjuangkan dengan meningkatkan kesejahteraan mereka, memastikan ketahanan pangan nasional, serta membangun kemandirian di sektor pertanian.
“Kedaulatan pangan juga harus diperjuangkan dengan cara pembelaan pada petani, peningkatan kesejahteraan petani, tercukupinya kebutuhan pangan dalam negeri, serta meningkatkan kemandirian,” tegasnya.
Pancasila di Era Digital: Ruang Publik dan Tantangan Teknologi
Di tengah derasnya arus informasi digital, tantangan terbesar dalam membumikan Pancasila adalah bagaimana nilai-nilainya tetap menjadi landasan dalam membentuk opini publik. Benny menekankan bahwa penyebaran nilai-nilai Pancasila tidak boleh lagi dilakukan secara doktrinal seperti masa lalu, melainkan harus dilakukan melalui habituasi atau pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
“Pancasila bukan dipaksakan secara doktrinal, tetapi harus menjadi kebiasaan. Sebenarnya orang yang taat kepada Tuhan akan secara otomatis mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan,” paparnya.
Teknologi digital membuka ruang baru bagi perdebatan ideologi. Dalam situasi ini, Benny mengingatkan bahwa bangsa Indonesia harus mampu merebut ruang publik dan mengisinya dengan konten-konten positif yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat banyaknya narasi yang justru bertentangan dengan semangat kebangsaan, baik dalam bentuk ujaran kebencian, hoaks, maupun propaganda yang berpotensi memecah belah persatuan.
“Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang, kita harus mampu merebut ruang publik dan mengisinya dengan konten positif,” tegas Benny. Media sosial dan berbagai platform digital seharusnya menjadi alat untuk meneguhkan nilai-nilai persatuan, memperkuat solidaritas sosial, serta menyebarluaskan wawasan kebangsaan kepada generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa.
Mewujudkan Keadilan Sosial: Tanggung Jawab Bersama
Pancasila sebagai dasar negara memiliki peran besar dalam menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, seperti yang ditekankan oleh Benny, keadilan sosial tidak akan terwujud jika praktik ekonomi masih berpihak pada sistem kapitalistik yang semakin memperlebar kesenjangan sosial.
Ketimpangan ekonomi yang masih terjadi di berbagai wilayah Indonesia menuntut perhatian lebih dari semua pihak. Negara memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kebijakan yang melindungi kelompok rentan, memastikan akses yang adil terhadap sumber daya, serta membangun sistem ekonomi yang lebih inklusif. Sementara itu, masyarakat juga harus berperan aktif dalam mengawasi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah agar tetap berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
Pada akhirnya, mewujudkan keadilan sosial bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Masyarakat perlu terus menumbuhkan sikap optimisme dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan zaman. Sebagaimana disampaikan Benny dalam webinar tersebut, pesimisme bukanlah karakter bangsa Indonesia, melainkan optimisme dan gotong royonglah yang harus menjadi nafas perjuangan bangsa dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Sebagai penutup, Benny mengingatkan bahwa Indonesia memiliki Pancasila yang luar biasa sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, nilai-nilai Pancasila tidak boleh dibiarkan menggantung di awan tinggi tanpa implementasi yang nyata.
“Pancasila perlu diturunkan ke bumi, bersama-sama kita mewujudkannya. Adalah tugas kita semua untuk memastikan bahwa nilai-nilai luhur Pancasila dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks sosial, ekonomi, maupun kebijakan publik.”
Tantangan zaman mungkin berubah, tetapi nilai-nilai Pancasila tetap relevan sebagai pijakan dalam membangun Indonesia yang lebih adil, makmur, dan berkeadaban. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama meneguhkan komitmen untuk terus menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila demi masa depan bangsa yang lebih baik.