Aksi unjuk rasa, yang digelorakan Gema Pembebasan di Indonesia selalu berbau amis politik. Ia berjalan dan bergerak atas nafsu-nafsu gerakan politik Islam di Indonesia.
Gerak nafas Gema Pembebasan merujuk pada ideologi Islam. Mereka menyerukan atas atas doktrin-doktrin keislaman yang keras. Misinya hanya ingin menguasai Indonesia. Negara Indonesia ingin dijadikan sebagai negara Islam.
Bagi Gema Pembebasan Indonesia pantas dijadikan sebagai negara Islam. Alasannya, karena Indonesia adalah negara mayoritas muslim terbesar di Indonesia. Parahnya, mereka mengklaim bahwa Indonesia hanya pantas dihuni oleh orang muslim saja.
Mengapa meraka bisa seperti ini? Siapakah yang mendoktrin mereka? Dan apa sesungguhnya yang mereka cari? Semua pertanyaan di atas, bisa diringkas dalam satu jawaban, ia melakukan hal tersebut atas suruhan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Gema Pembebasan dalam Gerak Nihil
HTI telah menjadikan mereka tersesat dalam menerjemahkan Indonesia. Meraka juga disesatkan dalam memahami keagamaan dan nash suci Al-Qur’an. Ini karena, mereka menafsirkan agama dan Al-Qur’an atas landasaran politik, bukan sesuatu agama yang niscaya dan jujur. Al-Qur’an ditarik pada politik yang membingungkan.
Gema Pembebasan dijadikan sebagai tentara kecil HTI. Mereka dimanfaatkan untuk menjadi temeng dan peliharaannya. Kerjanya untuk sekadar menjadi tim huru-hara Khilafah. Dengan demikian, mereka mengklaim diri sebagai gerakan pembebasan, yang tujuan utamanya adalah ingin mendirikan Khilafah di Indonesia.
Khilafah diartikan sebagai sistem atau sebuah ideologi pembebas masalah. Menurutnya, khilafah akan menjadi pembebas masalah manusia dari segala bentuk ideologi yang lain, seperti kapitalisme, liberalism, sosialisme, komunisme, dan fasisme, dll. Baginya, dengan Khilafah semuanya selesai dan berakhir.
Anehnya, mengapa mereka sangat percaya bahwa Khilafah menjadi pembebas dan vaksin atas masalah dunia? Bukankah dalam sejarahnya, justru khilafah inilah yang bermasalah dan sering memasalahkan dunia. Khilafah telah kalah dan tercabik-cabik oleh zamannya. Namun demikian, mengapa khilafah inilah yang tetap dipromosikan oleh aktivis Gema Pembebasan dan HTI?
Mencoba Mencengkram Kampus Indonesia
Sejak berdirinya (tanggal 28 Februari 2004), Gema Pembebasan menjadi salah satu organisasi yang gencar mempromosikan Khilafah kepada mahasiswa. Mereka membangun sel-sel dakwah-dakwah di dalam kampus. Masjid-masjid kampus mereka kuasai. Dan beberapa tempat strategis, seperti Dema, UKM, dan lainnya mereka masuki. Dari siniliah mereka membuat bibit-bibit yang menjauhkan mahasiswa dari akarnya, Indonesia.
Gema Pembebasan tahu betul bahwa mahasiswa memiliki idealisme yang sangat besar untuk mengubah dunia. Dari sana, mereka mencoba mempermainkan nafsu, idealisme, dan semangat juangnya mahasiwa. Kemudian dibelokkan kepada perjuangan aktivis Islam. Salah satunya memakai argumentasi Islam keras, sebagai tipu muslihat gerakannya.
Ideologi HTNya, mereka tebarkan ke seluruh kampus di Indonesia. Mereka berjejaring atas nama dakwah dan pembebasan masalah masyarakat melalui bren solusi keislaman. Mereka mengkader mahasiswa dengan doktrin-doktrin keras yang nantinya untuk mempromosikan dakwah HTI.
Hingga saat ini, Gema Pembebasan memiliki daya kuat di kampus-kampus Indonesia. Mereka menyebar dan membentuk kepengurusan baku yang tertata. Kepengurusannya mulai Pengurus Pusat (PP), Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Daerah (PD) dan Pengurus Komisariat (PK), dan pengurus komisariat untuk di setiap kampus.
Tak tanggung-tanggung, Gema Pembebasan menisbahkan diri menjadi organisasi mahasiswa yang idelogis, sehingga anggotanya harus benar-benar yang memahami Islam dan siap menjalankan syariatnya. Siapa yang mau masuk pada organisasi ini harus bersumpah setia untuk memperjuangkan serta menegakkan syariat Islam dengan militant dan kaffah.
Tipu Muslihat Ideologi Gema Pembebasan
Bahkan untuk masuk saja, Gema Pembebasan membagi proses rekrutmen mereka dalam tiga tingkatan. Proses kaderisasinya mereka namakan pelatihan pembebasan satu, pembebasan dua sampai pembebasan tiga untuk tingkatan yang lebih lanjut. Menurut Ricky, bila ada kader yang ingin menduduki pengurus tingkat wilayah atau pusat, mereka harus mengikuti training pembebasan tiga. Untuk pengurus pusat sendiri, strukturnya terdiri dari ketua umum, sekretaris jenderal, bendahara umum, bidang kaderisasi, bidang intelektual hingga bidang opini. Untuk periode kepengurusan sendiri dua tahun sekali.
Janji setia menjadi aktivis Gema Pembebasan harus menjalankan Islam secara kaffah. Artinya, mereka harus menjalankan ritual dan suruhan dari HTI. Karena bagi mereka agenda HTI dan Gema Pembebasan
adalah agenda agama Islam. Maka itu, semua agendanya wajib didukung. Bila ada yang menghalangi atau tidak setuju, mereka dianggap musuh Islam. Dan dianggap tidak berperi kemanusiaan dan berislam.
Yang terpenting bagi mereka adalah melakukan propaganda untuk menegakkan khilafah. Yang paling penting lagi bagi mereka, adalah bagaimana mengganti Pancasila. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana orang membenci sistem negara, pemerintah dan Indonesia. Dan ini yang bagi saya harus ditentang.