Di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, generasi muda, terutama Gen Z, dihadapkan pada dunia digital yang bergerak cepat dan beragam. Platform seperti TikTok, Instagram, dan berbagai media sosial lainnya menjadi ruang utama mereka bersosialisasi dan mendapatkan informasi. Namun, dinamika ini membawa tantangan tersendiri, terutama terkait literasi dan pemahaman yang mendalam mengenai nilai-nilai Pancasila. Di era ini, nilai kebangsaan terkadang mulai terkikis oleh konten dangkal yang menonjolkan sensasi dan hiburan dibandingkan nilai edukatif.
Spirit Pancasila—sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia—perlu diteguhkan di kalangan Gen Z agar mereka tidak hanya menjadi generasi yang melek teknologi, tetapi juga memiliki fondasi kuat dalam nilai kebangsaan dan kemanusiaan. Dengan cara yang sesuai dengan gaya hidup digital mereka, pengenalan dan penguatan nilai-nilai Pancasila menjadi hal yang mendesak.
Di era informasi yang serba cepat, literasi tidak hanya berarti kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman kritis terhadap informasi yang diterima. Data menunjukkan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal literasi membaca dan literasi digital. Banyak generasi muda yang mengandalkan media sosial sebagai sumber utama informasi, yang terkadang tidak dilengkapi dengan proses verifikasi dan pendalaman.
Fenomena ini melahirkan generasi yang akrab dengan teknologi namun minim pemahaman kritis terhadap isu-isu penting, termasuk yang berkaitan dengan sejarah dan dasar negara. Ketika literasi minim, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila—seperti gotong royong, persatuan, dan semangat nasionalisme—juga sering kali tidak mendapat tempat dalam keseharian mereka. Bahkan, konsep Bhinneka Tunggal Ika dan toleransi pun kadang tergerus oleh konten-konten yang bersifat provokatif atau eksklusif.
Di platform-platform digital seperti TikTok, konten yang seringkali viral adalah yang singkat dan menghibur. Sayangnya, nilai-nilai fundamental yang membutuhkan penjelasan mendalam seringkali kalah oleh tren yang hanya mengejar popularitas dan likes. Di sinilah tantangan besar kita dalam meneguhkan kembali spirit Pancasila—mencari cara untuk membuat nilai-nilai Pancasila relevan dan menarik bagi Gen Z, tanpa menghilangkan esensinya.
Konten-konten kreatif berbasis Pancasila sebenarnya bisa diadaptasi ke dalam format-format pendek yang menarik bagi Gen Z. Misalnya, dengan memanfaatkan storytelling pendek yang menceritakan kisah-kisah inspiratif dari sejarah bangsa atau nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pengenalan nilai gotong royong, persatuan, dan toleransi bisa disisipkan dalam tren dan bahasa kekinian yang mudah dipahami dan disukai oleh Gen Z.
Meneguhkan spirit Pancasila di era digital ini membutuhkan pendekatan yang segar. Beberapa strategi yang bisa diterapkan meliputi:
- Kolaborasi dengan Influencer Berintegritas
Influencer yang memiliki pengaruh besar di kalangan Gen Z dapat diajak untuk menyebarkan konten berlandaskan Pancasila. Dengan memadukan konten yang edukatif dan menghibur, influencer bisa menjadi perpanjangan tangan nilai-nilai kebangsaan yang relevan di kalangan Gen Z. Konten-konten seperti ajakan untuk toleransi, peduli sesama, atau menghargai perbedaan dapat disampaikan dalam gaya khas mereka, sehingga terasa lebih dekat dan mudah diterima. - Pengembangan Literasi Digital Berbasis Pancasila
Literasi digital adalah kemampuan memahami dan mengkritisi informasi yang didapatkan dari dunia maya. Dalam konteks Pancasila, literasi digital bisa mencakup edukasi tentang cara memilah informasi yang sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan. Pendidikan literasi digital ini dapat dilakukan melalui program sekolah, komunitas, dan platform digital itu sendiri, agar Gen Z mampu memfilter konten yang mereka konsumsi dan memahami lebih dalam nilai-nilai luhur bangsa. - Pemanfaatan Teknologi Kreatif untuk Konten Pancasila
Format yang menarik perhatian Gen Z seperti video pendek, animasi, dan infografis bisa menjadi cara ampuh untuk menampilkan nilai-nilai Pancasila. Konten kreatif yang disajikan dengan gaya humor, visual menarik, dan pesan yang ringkas akan lebih efektif dalam menyampaikan esensi Pancasila dibandingkan metode yang tradisional. - Komunitas Digital Pancasila
Pembentukan komunitas-komunitas digital berbasis Pancasila di platform media sosial dapat menjadi sarana diskusi dan bertukar pemahaman tentang nilai-nilai kebangsaan. Komunitas ini dapat diisi oleh konten-konten edukatif, dialog antaranggota, dan program-program sosial yang mengajak Gen Z untuk terlibat langsung dalam kegiatan positif.
Meneguhkan spirit Pancasila di tengah Gen Z bukan hanya tentang memberikan pendidikan formal, tetapi juga tentang membangun kesadaran akan pentingnya nilai-nilai tersebut bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai Pancasila seperti kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, dan keadilan sosial adalah hal-hal yang sangat relevan di tengah masyarakat multikultural yang sering kali rentan pada gesekan.
Di era TikTok dan media sosial lainnya, Pancasila dapat menjadi jembatan yang memperkuat ikatan sosial, bahkan dalam bentuk sederhana seperti konten positif, interaksi yang saling menghargai, dan partisipasi aktif dalam gerakan kebangsaan. Generasi ini harus kita ajak dan kita libatkan, agar nilai Pancasila menjadi bagian dari gaya hidup mereka, bukan hanya sebagai simbol atau hafalan.
Di era digital ini, meneguhkan spirit Pancasila adalah tantangan sekaligus peluang besar. Teknologi dan platform digital harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memastikan Pancasila tetap relevan bagi Gen Z. Dengan pendekatan kreatif dan kolaborasi berbagai pihak, kita dapat menciptakan generasi muda yang bukan hanya paham teknologi, tetapi juga memiliki kesadaran kebangsaan dan tanggung jawab sosial yang kuat.
Mari kita jadikan era TikTok ini sebagai momentum untuk menghidupkan kembali semangat Pancasila di hati Gen Z, mewujudkan masyarakat yang toleran, adil, dan beradab sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. Hanya dengan meneguhkan Pancasila, kita dapat memastikan masa depan Indonesia yang bersatu dan berdaya.
Musytafi A. Nu’man
Mahasantri Ma’had Aly Situbondo