Pilarkebangsaan.com. Kemajuan dan stabilitas perekonomian sangat penting bagi keberlangsungan sebuah kesultanan agar eksistensi kedautalan negaranya bisa bertahan lama dan mampu membuat kesejahteraan bagi rakyatnya sehingga menjadi negara yang makmur.
Sebagaimana hal ini diterapkan oleh dua sosok pemimpin bersejarah bagi masing-masing kesultanannya dengan gebrakan penerapan sistem perekonomian yang apik seperti halnya pemikiran ekonomi Alauddin Khalji yang mengatakan “jika ingin sejahtera, tidak boleh ada uang berlebih di tangan rakyat” dan Ghazan Khan mengatakan “jika ingin sejahtera, harus mulai dari pertanian”.
Pertama, Alauddin Khalji yang berpendapat penguasa bisa bertahan dan berhasil, apabila tentaranya kuat dan tidak boleh pegawai atau tentara memiliki banyak harta dan dikhawatirkan mereka akan mudah memberontak. Akhirnya, Alauddin Khalji membatasi gaji pegawai dan tentara dan memperbaiki perekonomian dengan harga sembako mulai ditetapkan pihak pemerintah. Untuk menjalankan kebijakan tersebut, sultan mengangkat dua orang pejabat tinggi, yaitu: Shahnama-e-Mandi (Penanggung jawab pangan) dan Dewan-e-Riasat (Penanggung jawab selain pangan)
Kadang-kadang Alauddin Khalji melakukan sidak ke pasar dengan menyamar sebagai pembeli atau menyuruh anak kecil. Apabila ada kecurangan harga maka ia memanggil kedua pejabat yang disebutkan di atas. Jika terbukti bersalah maka keduanya akan dihukum di depan publik. Sultan bersama dengan aparat hukum untuk meninjau pedagang yang tidak jujur. Mereka memotong dagingnya seberat timbangan yang mereka kurangi. Oleh karena itu, Barani mencatat, para pedagang pada umumnya menambah timbangan dari pada mengurangi. (Susilo, 2018, hal. 163).
Alauddin Khalji mengkonsultasikan kepada para menterinya bahwa ia ingin menciptakan pasukan hebat dengan batas gaji yang dapat mencukupi apabila diukur dengan harga bahan kebutuhan pokok yang rendah, namun tidak mencukupi untuk segala macam kebutuhan tambahan istri dan keluarga. Berangkat dari permasalahan di atas, para menteri memberikan kesimpulan bahwa kebutuhan hidup tidak akan menjadi murah apabila harga gandum (segala biji-bijian) tidak ditetapkan harganya dalam sebuah aturan dan tarif (Susilo, 2018, hal. 163).
Cara yang dilakukan oleh Sultan Alauddin Khalji dalam kebijakan pengendalian harga tersebut adalah: Pertama, menetapkan harga barang kebutuhan pokok dan kebutuhan mendesak lainnya dalam harga yang sangat murah. Kedua, membentuk dua badan pengawas yaitu Shahana-e-Mandi yang bertugas mengawasi khusus pasar yang menjual bahan makanan, sedangkan tugas Diwan-e-Riyasat bertugas mengawasi pasar yang menjual kebutuhan sandang (pakaian) dan pasar secara umum. Ketiga, membangun lumbung gandum untuk menampung bahan kebutuhan pokok terutama gandum. Keempat, membentuk dan memilih petugas yang bertugas mengangkut bahan pokok dari daerah ke lumbung pangan.
Kelima, melarang tindakan penimbunan dan praktek buruk yang mengganggu keharmonisan pasar, serta memberlakukan hukuman keras bagi pelakunya. Keenam, memberikan perintah kepada pimpinan daerah untuk menjaga produktifitas pertanian dengan kebijakan apapun. Ketujuh, membuat sistem pelaporan harian kepada sultan, yang mana berisi keadaan harga pasar dan transaksi yang dilakukan pelaku pasar (Susilo, 2018, hal. 166).
Selanjutnya, Ghazan Khan yang lahir pada tanggal 4 Desember 1271 M, di Abaskus dekat Bandar-e-Shah, sebelah Tenggara pantai Laut Kaspia. Ghazan Khan masuk Islam dan diikuti oleh pasukannya pada musim panas tahun 1295 di utara pegunungan Tehran. Walaupun ia beraliran Sunni, kebaikannya terlihat dalam perhatiannya kepada aliran Syiah (Karim, 2014, hal. 89).
Ghazan Khan mempunyai kebijakan membangkitkan ekonomi dari sektor pertanian. Ghazan Khan memberlakukan hal tersebut terhadap para petani kecil, yang tidak mampu membeli benih bagi kebunnya dan makanan untuk ternaknya, Ghazan Khan memerintahkan semua gubernur dan petugas pajak harus menyisihkan dari sejumlah uang pajaknya untuk pembelian semua binatang yang tenaganya digunakan untuk mengangkut benih-benih dan keperluan pertanian dalam bukti dokumen, sehingga di provinsi terdapat daftar semua binatang yang dipakai untuk memperkuat perkebunan.
Sejak saat itu pengolahan lahan perkebunan semakin meningkat luar biasa, sementara area yang biasanya disumbang beras sebagai benih, tetapi disalahgunakan dan dijual oleh para pegawai administrasi, mereka diperintahkan oleh Ghazan Khan untuk memberi kembali benih jagung dari bendahara negara. Kemudian ia memerintahkan untuk memberikan pinjaman, memberikan biji-bijian dengan gratis, dan membebaskan pajak. Selain itu, ia juga memberikan peringatan kepada para pedagang untuk tidak menggunakan sukatan sebagai pemberat timbangan, karena hal ini merupakan kecurangan yang merugikan orang lain.
Ghazan Khan mengenalkan dengan baik ajaran tentang langkah pemaksaan dengan metode-metode yang sewenang-wenang, dan jika perlu, memberikan hukuman yang berat bagi pelanggar peraturan dan penetapan regulasi perpajakan. Hasil dari penerapan langkah tersebut adalah kemakmuran negara dapat diperbaiki dan kondisi keuangan semua provinsi saat itu mengalir deras daripada pengeluaran kesultanan. Dua atau tiga kali tiap tahunnya pajak pendapatan masuk ke dalam pembendaharaan negara tanpa tertunda. Pajak muatan jerami atau beras, seekor biri-biri jantan dan anggur atau ayam masuk ke negara tanpa harus diminta (Karim, 2014, hal. 150).
Ghazan Khan adalah satu-satunya penguasa Dinasti Ilkthan yang memiliki kebijakan pertanian. Kepemimpinannya, didukung oleh Rasyid al-Din, memiliki perhatian dan pengetahunan tentang pertanian sebagai basis tradisional dari kekayaan negeri, begitu pula Ghazan yang mempunyai bakat murni dalam pertanian dan penyebaran jenis-jenis baru. Rasyid al-Din mengatakan, ia mengirim banyak utusan ke Cina dan India untuk mengumpulkan bibit-bibit lokal dan membawanya kembali ke Tabriz, tempat potongan-potongan tunas buah, biji dari jenis baru, dan jamu-jamu juga akarnya ditanam.
Sejak masa Ghazan Khan, hasil produksi beras mengalami surplus dan rezim ini menjadi negara pengekspor pertama dalam sejarah Dinasti Ilkhan, bahkan dalam sejarah Mongol. Ia menghidupkan kembali roda pertanian setelah sebelumnya macet total dan para petani tidak menggarap sawahnya karena pajak tinggi, bahkan mereka membakar ladang dan berlindung ke hutan. Namun, setelah naik tahta Ghazan Khan membebaskan berbagai pajak atau menguranginya terutama bagi petani yang mengalami kerugian. Dengan disertai sistem irigasi, para petani bersemangat era Ghazan Khan merupakan yang terbaik dalam skala kecil dan berlangsung sementara, sejumlah irigasi dibangun Ghazan Khan, termasuk (kanal) terusan besa di daerah Hilla (Karim, 2014, hal. 151).
JOHAN SEPTIAN PUTRA. Mahasiswa Pasca Sarjana UIN SUNAN KALIJAGA. Selengkapnya baca di sini I