Dalam dinamika sosial yang semakin kompleks, peran guru telah berevolusi menjadi jauh lebih dari sekadar pengajar. Guru kini berperan sebagai arsitek masa depan, merancang generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang tangguh dan berakhlak mulia.
Peringatan Hari Guru Nasional setiap tanggal 25 November menjadi momen sakral bagi seluruh insan pendidikan di Indonesia. Lebih dari sekadar perayaan, hari ini menjadi refleksi mendalam tentang peran strategis guru dalam membangun generasi emas bangsa. Tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat” yang diusung pada tahun 2024 semakin menegaskan urgensi peningkatan kualitas dan profesionalisme guru dalam menghadapi tantangan zaman.
Dalam era disrupsi digital yang begitu pesat, tuntutan terhadap profesi guru semakin kompleks. Guru tidak lagi sekadar menjadi transmisi pengetahuan, melainkan juga berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang inspiratif. Mereka dituntut untuk mampu menciptakan lingkungan belajar yang inovatif, merangsang kreativitas siswa, serta mengasah kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
Dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan kewajiban bagi setiap individu. Al-Qur’an secara tegas memerintahkan manusia untuk mencari ilmu pengetahuan. Guru, sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, memiliki peran yang sangat strategis dalam membentuk generasi yang beriman dan bertakwa. Hadis Nabi Muhammad SAW juga banyak menggarisbawahi pentingnya menghormati guru sebagai tanda syukur atas ilmu yang telah diberikan.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.”
(HR. Tirmidzi).
Para nabi diutus untuk membawa ilmu dan membimbing umat menuju jalan yang benar. Ketika tugas kenabian selesai, guru dan ulama mengambil peran tersebut. Guru bukan hanya mengajarkan ilmu duniawi tetapi juga membimbing manusia untuk memahami tujuan hidup dan mendekatkan diri kepada Allah.
Sebagai contoh penghormatan yang mendalam, Imam Syafi’i, salah satu ulama besar, pernah berkata:
“Aku duduk di hadapan guruku seperti duduknya seorang budak di hadapan tuannya.”
Penghormatan kepada guru adalah bentuk penghormatan terhadap ilmu itu sendiri. Dalam budaya Islam, siswa diajarkan untuk memuliakan guru, mendengarkan nasihat mereka, dan tidak melampaui batas dalam berbicara atau bersikap di hadapan mereka.
Guru tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai akhlak mulia. Nilai-nilai seperti kejujuran, amanah, kasih sayang, dan toleransi merupakan fondasi penting dalam membangun karakter siswa. Dengan demikian, siswa tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang tinggi.
Selain itu, guru juga berperan sebagai agen sosialisasi. Mereka membekali siswa dengan keterampilan hidup yang diperlukan untuk menghadapi tantangan masa depan. Keterampilan seperti komunikasi efektif, berpikir kritis, dan pemecahan masalah menjadi semakin relevan dalam era globalisasi.
Kebaikan yang dilakukan berdasarkan ilmu yang diajarkan oleh guru akan mengalir pahala terhadapnya. Nabi bersabda :“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya.” (HR. Muslim).
Namun, dalam menjalankan tugasnya, guru seringkali menghadapi berbagai kendala. Mulai dari kurangnya fasilitas, beban kerja yang berat, hingga tantangan dalam mengelola kelas yang heterogen. Selain itu, maraknya kasus kekerasan terhadap guru juga menjadi perhatian serius.
Fenomena kekerasan terhadap guru mencerminkan krisis moral yang terjadi di masyarakat. Padahal, agama Islam, guru memiliki kedudukan yang sangat terhormat. Menyakiti guru sama halnya dengan menyakiti ilmu dan agama. Untuk mengatasi permasalahan kekerasan akan guru, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat perlu bekerja sama menciptakan lingkungan yang kondusif bagi guru untuk menjalankan tugasnya. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan kesejahteraan guru, baik dari segi materi maupun non-materi.
Peringatan Hari Guru Nasional menjadi ajang untuk memperkuat kolaborasi antara seluruh stakeholder pendidikan. Melalui berbagai kegiatan, kita dapat membangun sinergi yang kuat antara guru, siswa, orang tua, dan komunitas. Dengan demikian, lingkungan belajar yang kondusif dapat tercipta, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan.