Nama Margonda tentu sudah tidak asing di telinga warga Jabodetabek, khususnya warga Kota Depok. Ya, Margonda identik dengan nama jalan di pusat Kota Depok.
Jalan ini terbentang dari gerbang selamat datang yang ada dekat kampus UI, hingga melewati Balai Kota Depok dengan batas Jalan Kartini dan Jalan Siliwangi.
Berdasarkan sumber yang tertera pada poestahadepok, nama Margonda muncul pertama kali di surat kabar tahun 1938. Margonda merupakan 11 dari 12 siswa dinyatakan lulus ujian Laborant di Laborantencursus. Dua orang penguji dalam ujian Asisten Analisis tersebut adalah Prof. Ir. Amons dan Ir. Akkersdijk. Tidak disebutkan pasti dimana lokasi laboratorium tersebut berada.
Pada bulan Juli 1939 Mergonda ditempatkan bekerja oleh Economische Zaken. Terhitung sejak 20 Juli 1939 Margonda dan rekannya bernama Idham ditempatkan di laboratorium kimia Penelitian Industri. Keduanya bekerja sebagai teknisi laboratorium di Laboratorium Kimia Divisi Penelitian Industri yang menjadi cikal bakal Balai Penelitian Industri yang sekarang yang terletak dekat Pasar Bogor.
Pada masa mempertahankan kemerdekaan, Margonda mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI). Dikutip dari Depok24jam, AMRI pimpinan Margonda lebih dahulu berdiri dibanding BKR (Badan Keamanan Rakyat), dalam buku Sejarah Perjuangan Bogor yang ditulis oleh para pelaku sejarah dan beberapa wartawan.
AMRI bermarkas di Jalan Merdeka, Bogor. Umur kelompok ini relatif singkat. Mereka pecah dan anggotanya bergabung dengan BKR, Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi).
Depok saat itu merupakan daerah istimewa karena memiliki otonomi khusus sebagai tanah partikelir sejak zaman kolonial Hindia Belanda. Depok dianggap tak mau tunduk kepada pemerintah republik yang baru merdeka. Akibatnya, Depok digempur oleh laskar – laskar dan BKR yang kemudian berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dari berbagai penjuru.
Margonda bersama kawan seperjuangan menyerbu Depok pada tanggal 11 Oktober 1945. Dampak dari penyerbuan tersebut, Depok dapat dikuasai oleh pejuang republik. Namun, ini tidak bertahan lama. Pasukan sekutu dan Belanda dapat merebut Depok. Hal ini membuat para pejuang republik menyusun strategi untuk merebut kembali Depok.
Margonda menyusun siasat untuk melancarkan serbuan balasan sekaligus merebut kembali wilayah Depok dari tangan sekutu dan Belanda. Serangan yang telah direncanakan, berhasil dilaksanakan pada tanggal 16 November 1945, menurut Wenri Wanhar dalam Gedoran Depok: Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945 – 1955 (2012).
Disebutkan Margonda telah tertembak dalam perang yang berlangsung di Depok pada 16 November 1945 di area sungai Kalibata yang kini berada di kawasan Beji, Depok. Margonda disebutkan tertembak saat melemparkan granat ke pihak musuh. Margonda tewas dalam pertempuran tersebut. Namun tidak diketahui dimana Margonda dimakamkan.
Margonda meninggalkan seorang istri bernama Maemunah dan seorang putri yang bernama Jopiatini.
Selengkapnya baca di sini