Jaga Pilar

Menilik Matinya Kritisisme: Tantangan Kebangsaan Terkini

3 Mins read

Kesadaran manusia sebagai makhluk berkesadaran rupanya tidak banyak disadari oleh manusia, dengan kata lain hanya sedikit dari mereka yang sadar sebagai makhluk berkesadaran, bukan hanya sadar dan menerima pikiran atau mematikan kritisisme. Melanisir Wikipedia, kritisisme merupakan interpretasi subjektif seseorang dengan melihat sisi negatif, kritisisme juga bisa diartikan sebagai respon antipati terhadap argumen atau seseorang.

Matinya peran oposisi pikiran individu pada era kontemporer saat ini, dimana kemajuan teknologi sering kali memanifestasi zona nyaman anak-anak muda sehingga sulit bangun dari kasur kehancuran.

Dilansir dari RRI.co.id, Nida Rohmawati Plt Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kemenkes menyebutkan bahwa kemajuan teknologi mengakibatkan fenomena mager pada anak-anak, karena kemajuan teknologi menjadikan sebagian pekerjaan menjadi lebih mudah dan cepat.

Kebiasaan menyimpulkan atau menganggap sesuatu itu mudah, nyatanya telah mematikan nalar individu karena secara cepat setuju atau menerima informasi tanpa adanya dialektik. Hal itu terjadi akibat ke-mageran individu untuk berpikir, ketakutan berada pada situasi yang sulit, dan situasi tidak menyenangkan lainnya. Itu artinya, kemajuan teknologi telah mengakibatkan matinya Kritisisme individu.

Selain itu matinya kritisisme membuat individu berulang-ulang kali tidak sadar telah mengedepankan keinginan daripada kebutuhan. Sial nya, keinginan seringkali menipu, dan sebagian orang telah tertipu oleh euphoria perasaan bahagia yang merupakan kebahagiaan jangka pendek (keinginan) bukan kebahagiaan jangka panjang (kebutuhan). Dan pada akhirnya sebagian orang menganggap bahwa terpuaskan nya keinginan merupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan.

Irasionalitas adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kegagalan pengambilan keputusan, seperti gagal memprioritaskan kebutuhan dibandingkan keinginan, misalnya memilih membeli baju branded demi hegemoni gaya hidup yang telah dicitrakan oleh media, dan Ini merupakan tayangan konsumerisme.

Konsumerisme

Konsumerisme menurut KBBI adalah ketika seseorang memiliki pandangan bahwa dengan memiliki barang-barang mewah atau tersier merupakan ukuran kebahagiaan atau kesenangan hidup bagi manusia, dengan kata lain, kebahagiaan hidup manusia itu dilihat berdasarkan kepemilikan barang tersier. Konsumerisme juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang tidak efisien.

Secara esoteris pada ranah konsumsi, seseorang berulang kali dipertemukan dalam konstelasi ambivalen, gagal untuk rasional dan berhasil menjadi irasional oleh produk-produk yang sebenarnya bukan kebutuhan primer manusia itu sendiri, akan tetapi karena ingin mengikuti gaya hidup orang lain, gaya hidup yang ia lihat dari media sosial, atau gaya hidup yang diciptakan oleh imperium media, akhirnya ia membeli produk itu dan menjadi irasional karena mengaburkan kebutuhan primer yang lebih ia butuhkan.

Matinya kritisisme memunculkan behavior manusia yang tidak mampu membebaskan diri dari pengaruh dominasi teknologi. Inilah yang disebut oleh Herbert Marcuse sebagai masyarakat satu dimensi yang merupakan prototipikal represif perilaku industri atau pembuat iklan terhadap masyarakat untuk mengkonsumsi kebutuhan-kebutuhan palsu.

False needs, Vital needs

Bagi Marcuse kebutuhan palsu adalah kebutuhan non prioritas yang dapat diundur untuk dikonsumsi karena bersifat kesenangan, lalu apa kebutuhan yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat? Tentu kebutuhan vital yaitu kebutuhan primer manusia (sandang, pangan, papan).

Lalu apa yang terjadi jika seseorang menjadi abstain dan tidak kritis terhadap realitas kemajuan teknologi di era kontemporer saat ini?

Dilansir dari kanal youtube tvOneNews, dimana dalam vidio tersebut tampak seorang anak mengamuk dan berkata kasar kepada ibunya, ia juga tampak menghancurkan barang-barang dirumah nya, hal ini dapat dilihat dari serpihan pecah barang pada lantai ruangan tersebut. Terlihat ibunya menangis histeris melihat tingkah laku nya, setelah ditelusuri ternyata anak tersebut mengamuk karena ingin dibelikan motor Aerox.

Kasus diatas merupakan representasi dari matinya kritisisme oleh konsumerisme. Anak itu telah mengonsumsi tontonan konsumerisme di media sosial sehingga secara tidak sadar telah menerima tontonan itu dan menjadikan nya sebagai referensi gaya hidup. Atau ia melihat secara langsung teman-teman nya memiliki motor aerox, dan ia tidak dapat bergabung dengan mereka, sehingga ia merengek kepada ibu nya minta dibelikan motor aerox agar dapat bergabung dengan mereka.

Kekeliruan berpikir terjadi disini, dimana irasionalitas (keinginan) dikedepankan, sedangkan kebutuhan (rasionalitas) disingkirkan, keliru dalam melihat false needs dan vital needs, sementara itu menganggap tepat kebahagiaan jangka pendek (false needs) sebagai kebutuhan yang penting dalam hidup manusia.

Akhir Kata

Tidak ada manusia yang tidak ingin bahagia, rasanya semua manusia ingin bahagia, Akan tetapi sebagian manusia berulang kali tidak sadar bahwa mereka telah ditipu oleh kebahagiaan jangka pendek (false needs), kita harus menyadari bahwa tidak semua kesenangan harus kita terima, dan tidak semua kesengsaraan harus kita tolak.

1383 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Jaga Pilar

Naiknya Persentase Korupsi di Indonesia; PR Penguatan Pilar Kebangsaan

3 Mins read
Korupsi adalah masalah besar yang sangat merugikan negara dan masyarakat. Semua orang pada umumnya tidak senang dan bahkan tidak setuju dengan adanya…
Jaga Pilar

Bagimana Jika Ternyata Kita Memang Bangsa Penjudi?

3 Mins read
Ini adalah kali ke-100 topik perjudian diperbincangkan publik. Namun, ada satu hal yang tetap konstan ketika mempertimbangkan kasus perjudian yaitu perspektif. Selama…
Jaga Pilar

Pangeran Antasari, Pahlawan yang Pantang Menyerah Melawan Penjajah

3 Mins read
Pangeran Antasari adalah tokoh penting dalam perlawanan rakyat Kalimantan Selatan dan Tengah melawan Belanda yang dikenal sebagai Perang Banjar (1859). Pada tahun…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *