Di Indonesia, peringatan 1 Muharam memiliki berbagai rangkaian kegiatan, di antaranya adalah tradisi Tabuik di Pariaman, Sumatra Barat, Tapa Bisu keraton Yogyakarta, Sedekah Gunung Merapi di Selo, Boyolali, tradisi Ngadulang di Sukabumi, Kirab Kebo Bule Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah, dan lainnya.
Rangkaian kegiatan di atas menjadi keistemewaan tersendiri bagi umat Islam di Indonesia. Momen satu muharam atau pergantian tahun dalam kalender Islam ini kerap dijadikan waktu untuk memanjatkan doa sekaligus menggelar berbagai tradisi seperti disebut di atas.
Tidak Sekadar Merayakan Tradisi
Masyarakat muslim merayakan tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun. Tujuan utamanya tidak lain adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan kehidupan senyaman ini.
Namun, ada perayaan lain yang kini bombastis terjadi di masyarakat, utamanya muslim urban, yaitu satu muharam dijadikan sebagai ladang penghijraan umat Islam. Ini dilakukan semata-mata untuk propaganda masuk ke habitat khilafah.
Satu muharam bagi mereka tidak boleh dilewatkan. Mereka memanfaatkan satu muharam sebagai satu momentum untuk mendekatkan orang kepada khilafah. Ini karena, klaim mereka, sistem kehidupan saat ini masih jauh dari makna hijrah yang sesungguhnya.
Indikasi Menyesatkan
Menurut aktivis khilafah, muslim dan hijrahnya orang hari ini belumlah dikatakan berubah menjadi lebih baik. Indikasinya orang-orang Indonesia belum bisa menegakkan khilafah di Indonesia. Kedua, muslim Indonesia masih tidak seluruhnya bahu membahu mengikuti arahan khilafah.
Alasan selanjutnya, karena muslim Indonesia masih menerapkan sistem demokrasi. Kata mereka, sistem demokrasi melahirkan pemerintahan korup. Mereka mengacu pada Indeks Persepsi Korupsi 2021, Indonesia berada di peringkat 96 dari 180 negara dan berada di kisaran 3,88%.
Angka-angka tersebut muncul karena modal pemilu yang sangat besar. Kata mereka, pemilu mahal, modal harus besar, dan balik modal dengan jalan korupsi seakan menjadi kegiatan “rutin” ketika pemilu terjadi.
Indikator di atas bisa jadi terjadi. Namun solusinya bukan khilafah seperti yang dikatakan aktivis khilafah. Kesengsaraan, kemiskinan, kelaparan, dan pengangguran adalah indikator justru karena rusaknya ideologi khilafah. Bukan Pancasila.
Pancasila tidak pernah menumbalkan kemanusiaan, karena sejatinya Pancasila ingin meninggikan derajat kemanusiaan beradasarkan keadilan. Malah khilafah, rakyat hanya menjadi tumbal keserakahan para aktivis khilafah. Rakyat menjadi korban kebijakan para khilafaher.
Tumbah Khilafah
Karena ideologi khilafah ini, orang utamanya generasi penerus menjadi rusak. Banyak kasus bom bunuh diri, krisis identitas, islamofobia, dan tindakan radikal. Orang-orang menjadi takut kepada Islam.
Spirit hijrah dan khilafah yang mereka tanamkan bagi kaum muslim selalu menjadi senjata pamungkas untuk membungkam muslim urban dan generasi penerus. Generasi ini dicecoki bahwa hijrah yang sesungguhnya adalah menegakkan sistem dan kepemimpinan Islam secara menyeluruh dalam tatanan negara.
Kata mereka, spirit hijrah bagi seorang muslim ialah bersegera melaksanakan syariat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh. Ini adalah ajaran yang sangat membelok dari ajaran Islam yang benar. Sangat problematik dan membahayakan.
Berdasarkan uraian di atas, sungguh khilafah menjadi tantangan tersendiri bagi kaum muslim dan generasi mutakhir. Oleh karena itu, sudah sebaiknya generasi kita dijauhkan dari ajaran mereka meski mengatasnamakan hijrah atau sebatas melaksankan tradisi.
Mari jadikan peristiwa satu muharam sebagai bekal perubahan secara fundamental, dari sekadar hijrah-hijraan ala khilafah, menjadi muslim yang moderat. Karena sudah mengetahui permainan hijrah mereka, apa yang harus kita harapkan? Tidak ada. Namun umat Islam, harus tegak pada jalan yang lurus, yakni menjadi mukmin yang tidak akan terperosok ke dalam lubang khilafah.