Editorial

Nasida Ria: Upaya Menjadikan Kasidah Tetap Aktual

4 Mins read

Mungkin banyak orang berpikir bahwa kasidah adalah aliran musik yang kurang edgy, tidak kekinian, atau bahkan norak. Penulis adalah bagain dari mereka sebelum mengenal Nasida Ria dengan signature-nya macam “Perdamain,” dan “Tahun 2000.” Penulis punya kesan mendalam mengenai lirik lagu-lagu band emak-emak ini. Lirik lagu-lagu grup musik yang didirikan oleh KH. Muhammad Zain (1928-1992) pada 1975 ini mendakwahkan nilai-nilai progresivitas dan nasehat bijak ihwal isu-isu kekinian.

Berawal dari hiburan di sela mengaji

Nasida Ria didirikan sebagai sebuah grup rebana tradisional bernama Al-Hidmah untuk hiburan di sela-sela aktivitas mengaji santri Asrama Kauman Mustaram. Anggotanya berjumlah sembilan yang merepresentasikan jumlah Walisongo, role model dakwah kultural Nasida Ria. Mereka adalah Mudrikah Zain (istri Kiai Zain), Mutoharoh, Rien Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah, dan Nur Ain.

Nama Al-Hidmah naik daun seiring banyaknya undangan untuk meramaikan hajatan dan perayaan hari besar Islam di Semarang dan sekitar. Popularitas anak asuh Kiai Zain mencuri perhatian Walikota Semarang Imam Soeparto Tjakrajoeda. Walikota menghadiahkan seperangkat organ modern dan menyarankan Rien Jamain cs mencoba peruntungan di dapur rekaman. Kiai Zain menyambut baik upaya ini. Bu Nyai Mudrikah Zain dkk. sukses merilis album pertama mereka pada 1978.

Inovasi pembawa hoki

Tidak berhenti di situ. Nasida Ria juga melakukan inovasi pada lirik-lirik lagunya. Di awal kemunculannya, Nasida Ria hanya menampilkan lagu berbahasa Arab yang didominasi selawat, pujian pada Allah, dan tembang Arab klasik.

Atas prakarsa KH. Ahmad Buchori Masruri, Nasida Ria mulai menyanyikan lagu-lagu dengan lirik berbahasa Indonesia. Tema lagu yang dibawakan juga kian variatif. Nasida Ria dengan berani membawakan lagu-lagu bertema ekonomi, hukum, HAM, bahkan ekokritisisme.

Tak berhenti di situ, Nasida Ria juga berinovasi dalam kostum manggung. Pada awal karir, Nasida Ria mengenakan kebaya sebagai ‘seragam tempur.’ Seiring meningkatnya jam terbang, kebaya mendapatkan hasil negatif dalam evaluasi manajeman. Manajemen akhirnya menggandeng perancang busana terkemuka, Anne Avantie sebagai penyedia kostum bagi sembilan personel Nasida Ria. Hal ini mendapat sambutan yang hangat dari penonton. Seiring dengan popularitas yang menanjak, outfit para personel Nasida Ria ini dipilih menjadi kiblat  fashion muslimah Tanah Air pada era 70-an hingga 80-an.

Langkah-langkah inovatif ini berdampak besar bagi karir Nasida Ria. Nasida Ria yang awalnya adalah grup rebana lokal menjelma menjadi grup kasidah modern bertaraf nasional. Nasida Ria menikmati masa kejayaannya pada medio 80-an hingga awal 2000-an. Pada periode tersebut, pionir kasidah modern Indonesia itu kebanjiran job. Mereka bahkan tampil di kampanye partai politik, program televisi, hingga festival musik internasional.

Membludagnya jadwal manggung ditopang dengan kemampuan versatile para personelnyaSetiap punggawa Nasida Ria diharuskan punya kemampuan dalam olah vokal. Selain itu, ia juga harus bisa memainkan setidaknya tiga alat musik. Hal ini memungkinkan rotasi dalam formasi ketika manggung.

Lirik-lirik yang progresif dan aktual

Potongan lirik “Banyak yang cinta damai, namun perang semakin ramai …” dari lagu “Perdamaian” (1982) adalah satu contoh lirik milik Nasida Ria yang progresif. Lirik ini begitu tajam dalam menyindir para pemimpin internasional yang munafik.

Traktat, kongres, perjanjian, konfrensi, dan forum-forum yang mendeklarasikan perdamaian sudah tak terhitung jumlahnya. Namun, diskriminasi, perang, konflik, genosida, dan kekerasan masih terjadi di mana-mana, bahkan dilakukan oleh para deklarator perdamaian sendiri. Para petinggi global begitu munafik. Mereka, di satu sisi, menyuarakan perdamaian. Namun, di sisi lain, mereka juga yang menjual senjata dan menyeponsori perang.

Menurut hemat penulis, solusi perdamaian dalam lagu ini jauh lebih realistis daripada lagu “Imagine” yang dibawakan John Lennon.  Eks-The Beatles itu memimpikan dunia tanpa sekat negara, agama, dan kepemilikan personal, sehingga tercipta perdamaian. Tentu hal ini amat sulit terwujud karena pada dasarnya manusia diciptakan berbeda.

“Perdamaian” juga lebih greget daripada “Heal the World” (1991) karya Michael Jackson. Kaya The Moonwalker ini lebih bercitarasa imbauan daripada kritik. MJ menganjurkan warga dunia untuk memprioritaskan cinta dan perdamaian di atas segala kepentingan. Tak ada kritik keras untuk pihak-pihak yang terus merusak perdamaian.

Lagu “Bom Nuklir” (1990) seakan menjadi takhsis dari Lagu “Perdamaian” yang mendahuluinya. Lagu ini seakan menjelaskan bahwa kendati semangat perdamaian digalakkan, perang tetap dijalankan. Salah satu buktinya adalah dikembangkannya bom nuklir yang begitu berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Dari semua lagu Nasida Ria, bisa jadi “Tahun 2000” menjadi salah satu yang paling menarik karena cenderung futuristik. Bagaimana tidak, lagu yang dirilis pada 1982 ini masih aktual hingga hari ini. Lagu ini menggambarkan Tahun 2000 sebagai tahun di mana kecanggihan teknologi bisa menggantikan peran manusia.

Kemajuan ini bukan tanpa efek samping. Kemajuan yang ada mengakibatkan krisis di banyak bidang kehidupan, seperti ketersediaan lapangan pekerjaan, pangan, lahan, serta kerusakan lingkungan.  Nasida Ria juga tak lupa menyisipkan nasihat bijak dalam menghadapi gonjang-ganjing ini: keterampilan, ilmu, dan iman.

Menolak tenggelam

Nasida Ria mulai redup kala Abad ke-21 memasuki dasawarsa keduanya. Hal ini terjadi karena selera tembang religius masyarakat bergeser ke format majelis selawat ala Habib Syaikh dengan grupnya, Ahbabul Mustafa. Selain itu, semakin banyaknya band dan penyanyi dengan segala kebaruannya juga memerankan perang yang besar dalam hal ini.

Melihat situasi yang terjadi, manajemen Nasida Ria menolak menyerah. Pelbagai langkah diambil guna mempertahankan eksistensi. Salah satu langkah yang diambil adalah regenerasi. Manajemen Nasida Ria melakukan regenerasi personilnya dengan membentuk dua grup kasidah junior: Kasidah Tanpa Nama dan Ezzura.

Kasidah Tanpa Nama beranggotakan anak-anak usia SD-SMP sedangkan Ezzura beranggotakan mudi-mudi usia SMA hingga perguruan tinggi. Jika dirasa personil dua grup satelit ini sudah mempunyai kemampuan yang mumpuni, mereka akan dipromosikan ke grup utama Nasida Ria.

Nasida Ria juga merambah dunia maya sebagai langkah mempertahankan eksistensi. Mereka aktif di pelbagai platform media sosial, utamanya kala Pandemi COVID-19 menyerang. Nasida Ria beruntung karena memiliki modal berupa lagu-lagu yang melegenda seperti “Perdamaian” ataupun “Tahun 2000” yang rutin menjadi konten akun-akun nostalgia.

Dobrakan terbaru Nasida Ria terlihat pada Bulan Ramadan 1445 H. Disponsori Google, Nasida Ria berduet dengan JKT 48, grup idola jejepangan yang tengah kembali naik daun. Mereka membawakan lagu “Ramadan Kita” yang seketika viral di pelbagai platform media sosial. Lagu ini menawarkan irama yang ceria khas JKT 48 dan pilihan diksi unik pada liriknya yang menjadi nilai jual Nasida Ria.

Sumber: Nasida Ria: Sejarah The Legend of Qasidah (1975-2011) karya Listiya Nur Hidayah.

1547 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Editorial

Diplomasi Strategis Atas Migran Indonesia di Laut Malaysia

3 Mins read
Kabar duka kembali menyelimuti dunia pekerja migran Indonesia (PMI). Pada Jumat, 24 Januari 2025, di Perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia, sebuah insiden…
Editorial

Remaja Tangguh di Era Digital: Kunci Masa Depan Gemilang

2 Mins read
Masa remaja adalah fase penting dalam kehidupan manusia, ketika seseorang mulai bertransisi dari anak-anak menuju dewasa. Fase ini penuh dengan dinamika emosional…
Editorial

Relokasi Warga Gaza ke Indonesia? Realitas, Tantangan, dan Implikasi

4 Mins read
Seperti yang kita semua ketahui, saat ini tengah berlangsung gencatan senjata di Gaza. Dalam kesepakatan tersebut, Hamas membebaskan sandera-sandera Israel sebagai bagian…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.