Pancasila

Negara Bangsa dan Nilai-nilai yang Diperjuangkan, Masih Kafirkah?

1 Mins read

Banyak orang yang gagal paham dalam mempertemukan agama dan negara. Sehingga, kegagalan ini menyebabkan orang ini ada yang liberal (terlampau bebas dalam berpikir dan mungkin juga bertindak) dan ada yang eksklusif (tertutup dan cenderung fanatik terhadap agama).

Biasanya yang cenderung liberal sering menyampaikan argumen yang cukup kontroversial. Semisal, mengatakan Nabi Muhammad Saw. bukan nabi terakhir karena kata ”khatam” yang dilekatkan pada beliau bukan berarti ”penutup”, tapi berarti ”cincin”, jadi Nabi Muhammad adalah nabi yang dimuliakan layaknya cincin. Ada yang menyebutkan Al-Qur’an butuh catatan kaki (footnote) karena isinya banyak yang mirip dengan kandungan Bible. Dan seterusnya.

Sedangkan, orang yang cenderung eksklusif melihat perbedaan sebagai suatu kesesatan. Bahkan, mereka tidak segan-segan mengkafirkan orang itu, meski orang yang dituduh kafir adalah seorang muslim sejati. Mereka melihat kebenaran sejauh yang mereka tahu dari gurunya dan bacaan-bacaannya.

Kelompok eksklusif ini jelas lebih berbahaya dari kelompok liberal. Jika orang liberal banyak berkutat dalam ranah pemikiran saja dan mungkin sedikit yang sampai mengimplementasikan dalam bentuk perbuatan, maka orang yang eksklusif lebih terlihat dalam perbuatannya seperti ujaran kebencian dan aksi-aksi terorisme. Bahaya, bukan?!

Agar terhindar dari kesalahpahaman itu, perlu dipahami dengan baik bahwa mempertemukan agama dengan negara melalui nilai-nilai yang diperjuangkannya. Islam (dan mungkin juga agama-agama yang lain) memperjuangkan nilai-nilai keadilan, persatuan, dan perdamaian, maka beberapa nilai ini dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperjuangkan negara tersebut. Jika negara memperjuangkan nilai-nilai global ini, maka negara itu sudah benar.

Indonesia sebagai negara telah menampilkan nilai-nilai global yang dibawa oleh Islam dalam Pancasila sebagai dasar suatu negara. Dengan Pancasila Indonesia telah membenarkan nilai-nilai ketuhanan, persatuan, keadilan, dan kesejahterahan. Maka, tidak perlu menjadikan Indonesia menjadi negara agama (atau negara Islam). Indonesia sudah dibangun di bawah nilai-nilai keislaman.

Suatu hal yang keliru jika masih ada orang yang mengklaim bahwa Indonesia adalah negara kafir sebab hukum-hukum yang ada di dalamnya bukan syariat Islam. Orang seperti ini jelas kurang piknik membaca sebab dia melihat persamaan secara fisik bukan secara substansial. Orang yang seperti ini cenderung tekstualis. Biasanya orang yang tekstualis dangkal berpikirnya.

Maka, pada penutup tulisan ini penting diperhatikan bahwa mempertemukan agama dengan negara hendaknya dilakukan melalui nilai-nilai global yang diperjuangkan. Jangan melihat kesamaan dari praktik ibadahnya. Itu sebuah kekeliruan yang fatal. Islam tidak melihat praktiknya tapi substansinya.[] Shallallah ala Muhammad.

Khalilullah

Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional
2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Pancasila

BUMDes: Harapan Ekonomi Desa yang Butuh Manajemen Kuat

4 Mins read
Kalau kita bicara soal pembangunan desa, pasti nggak lepas dari yang namanya BUMDes alias Badan Usaha Milik Desa. Lembaga ini sebenarnya punya peran…
Pancasila

Nasionalisme, Patriotisme, dan Demokrasi

3 Mins read
“Nasionalisme adalah penyakit anak-anak. Itu adalah campak umat manusia.” Pernyataan Albert Einstein ini menggelitik pemahaman kita tentang bagaimana rasa cinta terhadap bangsa bisa…
Pancasila

Stop Perampasan Hidup Nelayan! Wujudkan Keadilan Perikanan Indonesia

3 Mins read
Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI) bersama Sajogyo Institute meluncurkan buku Pendokumentasian Wilayah Kelola Perempuan Pesisir, Kekerasan Berbasis Gender, dan Krisis Iklim di…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *