Kabar tidak sedap tentang NII kembali menghantui bangsa Indonesia. Di mana kabar terupdate organisasi tersebut digadang-gadang sudah masuk dalam pondok pesantren Al-Zaytun, salah satu pondok yang pernah menjadi pesantren terbesar se-Asia Tenggara.
Namun hal ini masih dibantah oleh Panji Gumilang selaku pemimpin pesantren Al-Zaytun yang menegaskan bahwa ponpesnya masih nasionalis dan komitmen terhadap Pancasila.
Polemik inilah yang kemudian ramai diperbincangkan dalam sosial media dan kalangan masyarakat. Sebab, seperti yang sudah kita ketahui Negara Islam Indonesia (NII) merupakan sebuah gerakan yang sebenarnya bertentangan dengan bangsa Indonesia. Kelompok ini bertujuan membentuk Daulah Islam di Indonesia.
Sebuah kelompok yang tidak selaras dengan kode etik bangsa Indonesia yang menjunjung nilai-nilai keragamaan. Atau dengan kata lain berusaha menggantikan ideologi Pancasila yang bersifat multikultural, menjadi negara Islam Indonesia yang independen.
Kekhawatiran inilah yang kemudian menghantui apabila gerakan NII masuk dalam ranah pesantren. Di karenakah hal tersebut bisa memberikan sebuah pemahan kepada seorang anak pesantren menjadi radikal. Sederhanya tidak menutup kemungkinan akan adanya pencucian otak agar berpikir bahwa keragaman yang ada di bangsa Indonesia tidaklah penting.
Itulah mengapa pemahaman NII sangat berbahaya untuk keberlangsungan generasi bangsa apabila tidak disikapi dengan serius. Sebab, penduduk atau masyarakat yang menduduki bangsa Indonesia tidak hanya orang Islam semata.
Pun dalam catatan sejarah sudah sangat jelas memberikan sebuah pemahaman, bahwa bangsa ini terbebas dari penjajahan dan bisa hidup damai juga berkat andil dari seluruh bangsa Indonesia yang tidak pernah mementingkan tentang perbedaan.
Dengan kata lain Indonesia bukanlah warisan nenek moyang dari sebelah pihak semata, bukan warisan dari agama Islam ataupun kristen dan budha semata, akan tetapi Indonesia lahir dari rahim perjuangan berdarah dari manusia-manusia yang tanpa memandang perbedaan agama ataupun suku.
Mereka semua rela melepas jubah dan bendera golongannya masing-masing demi tegak dan kokohnya Indonesia. Jadi, kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi yang paling utama dari kepentingan apapun.
Pun kita juga harus memahami, bahwa Islam merupakan agama yang rahmatanlilalamin. Memberikan rahmat bagi seluruh alam semesta. Maka apabila tumbuh keegoisan dalam hidup berbangsa dan tidak menghargai perbedaan, maka makna Islam yang rahmatanakan pudar.
Seharusnya kita mencontoh apa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. ketika di Madinah, yang berhasil menjadi jembatan bagi masyarakat muslim dan non muslin untuk saling menjaga.
Dalam buku Fajar Baru Islam Indonesia?Kajian Komprehensif Atas Arah Sejarah dan Dinamika Intelektual Islam Nusantara karya Mujamil juga menyebutkan bahwa Islam Indonesia sejatinya merupakan salah satu dari beragamnya ekspresi keberislaman yang warna-warni.
Kebiasaan mentranformasikan ajaran Islam ke dalam konteks budaya Indonesia menjadikan Islam di Indonesia kaya akan pemahaman, penafsiran, dan penampilan. Hal ini sangat berbeda dengan Islam Arab Saudi yang sangat rigid terhadap tradisi, budaya, maupun perkembangan zaman. Islam Indonesia adalah Islam yang luwes dan fleksibel. Bahkan bias disebut sebagai keberislaman yang kreatif.
Untuk itu, penting kiranya memberikan edukasi kebangsaan sejak dari dini.Pemahaman-pemahaman tentang Islam yang ramah dan toleran harus disampaikan dengan baik dan santun.
Selain itu, pemahaman kebangsaan tentang Indonesia yang memiliki banyak perbedaan juga harus tersampaikan kepada siapapun, khususnya kepada anak-anak yang masih dini. Dengan tujuan dirinya tidak gampang terpapar paham yang radikal.
Mari jaga bibit-bibit generasi bangsa Indonesia agar menjadi manusia yang siap menjaga keutuhan NKRI. Jangan biarkan untuk mengemban pemahaman yang egois akan perbedaan dan keragaman.
Sebab, perbedaan dan keragaman di bangsa Indonesia merupakan bentuk dari kesatuan dan persatuan seluruh rakyat Indonesia. Radikalisme harus diberangus dari negara tercinta ini. Deal. Tidak ada tawar-menawar lagi. Ia harus diberantas hingga ke akar-akarnya.
