Pancasila

Nilai-nilai Pancasila di Tengah Covid-19

2 Mins read

“Pengakuan kepada dasar Ketuhanan Yang Maha Esa mengajak manusia melaksanakan harmoni di dalam alam, dilakukan terutama dengan jalan memupuk persahabatan dan persaudaraan antara manusia dan bangsa”.

Gagasan filosofis Bung Hatta di atas menyiratkan sebuah pesan tentang pentingnya mempererat tali silaturahmi serta persaudaraan. Hal ini, merefleksikan bahwa menjunjung tinggi kemanusiaan, saling tepo sliro dan welas asih sesama anak bangsa ada karakter bangsa kita. Perilaku kehidupan berbangsa perlu mengedepankan nilai-nilai positif-konstruktif kemanusiaan universal dipadukan dengan nilai-nilai kearifan lokal.

Pengejawantahan laku Pancasila disinergikan dengan ibadah di bulan Ramadan akan memunculkan simbol harmonisasi kehidupan dalam peribadatan. Ramadan adalah bulan yang teramat istimewa terutama bagi umat Muslim. Di dalamnya, umat muslim perlu mengisi kebaikan dengan memperbanyak ibadah serta bertaqarrub kepadaNya. Kesempatan emas dengan dibuka pintu pahala selebar-lebarnya membuat umat menjalankan pesan fastabiqul khairat (berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan) sebagai bekal amal saleh kelak. Selain ibadah mahdhah, kita juga perlu melengkapinya dengan ibadah ghairu mahdhah dengan sisi universalitas kemanusiaan, dengan memperbanyak kebaikan dan menabur kasih sayang untuk alam semesta.

Menapaki Ramadan tahun ini, kita diberikan cobaan hadirnya pandemi Covid-19, sehingga setiap aktifitas atau kegiatan yang melibatkan banyak orang dibatasi. Termasuk aktifitas Ramadan, sorak-sorai yang selalu menggema di pintu langit dengan tadarus, tarawih, pengajian, zikir, doa-doa, bersalawat serta ritual spiritual sebagian tak terlihat dan jarang terdengar. Tak lupa tradisi Nusantara yakni; padusan, nyadran, takjilan, dan buka bersama ditiadakan dan dianjurkan untuk jaga jarak serta stay at home. Hal ini sebagaimana diketahui bersama adalah untuk mencegah meluasnya penyebaran pandemi Covid-19.

Sesuai kaidah fiqh, mencegah kerusakan harus lebih didahulukan daripada mengambil kemanfaatan. Dengan demikian fokus ibadah maupun aktifitas tetap di rumah, hikmahnya lebih intens berkumpul bersama keluarga dan kita bisa intropeksi diri atas wabah yang melanda bumi pertiwi agar berhati-hati dan jaga kesehatan, serta mengingat kuasa Allah Yang Maha Besar, manusia hanya berencana tetapi semua atas kuasaNya.

Dampak paling luar biasa adalah tatanan sosial ekonomi warga yang mulai goyah, problema pelik diberlakukannya social distancing membuat mobilitas serta akses warga sangat terbatas, terbelenggulah pada titik nadir dalam rona kehidupan terutama para perkerja sektor informal. Saat cobaan yang berat seperti inilah kedermawanan sangat dibutuhkan sebagai bentuk insan yang bertaqwa. Imam Syafii berkata “Kedermawanan dan kemuliaan adalah dua hal yang dapat menutupi aib”. Bulan yang penuh kebaikan ini, perlu saling berbagi bersama kepada yang membutuhkan untuk meringankan beban agar jiwa kita bersih dan tampak terang benderang. Seperti dikatakan Imam Ghazali “Jiwa manusia itu seperti cermin yang memantulkan bayangannya. Kebajikan akan membuat jiwa itu bersinar, sementara keburukan akan membuatnya gelap”.

Menuju sepuluh akhir bulan Ramadan, kita dianjurkan dengan beriktikaf untuk gapai lailatul qodar dan memperbanyak berbuat kebajikan sebagai cerminan perangai kita yakni manusia yang mempunyai watak welas asih dan di situlah akan nampak akhlak yang mulia.

Refleksi dari sila kemanusiaan adalah manusia untuk saling mencintai sesama, menjunjung tinggi kemanusiaan serta gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. Pentingnya kerja sama karena sesungguhnya manusia adalah zoon politikon. Melalui sedekah, zakat, infaq dan gemar berbagi di bulan Ramadan dengan sesama warga bangsa akan meringankan beban saudara kita yang membutuhkan. Nilai kemanusiaan ada korelasi dengan bunyi nomenklatur Piagam Madinah “Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat, sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak tergantung pada golongan lain”. Bencana alam yang sedang menimpa biasanya menyatukan orang dan memicu tindakan solidaritas di antara sesama.

Ancaman pandemi bagaimana pun telah menyatukan seluruh umat manusia untuk tergerak berbagi. Memaknai sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah saling membantu tanpa perlu melihat suku, ras, atau kepercayaan. Terus bersabar dan bertawakal seraya berdoa semoga kita senantiasa diberikan kekuatan lahir dan batin, terus memohon ampunan dan pertolongan kepada Allah Swt, sehingga wabah Covid-19 segera berakhir. Amin!

Pengasuh Padepokan Linglung bi Dzikri dan Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di UNTIDAR dan UNSIQ

Selengkapnya baca di sini I

2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Pancasila

Cut Nyak Dien: Simbol Perlawanan dan Keteguhan Perempuan Aceh

3 Mins read
Nama Cut Nyak Dien tidak dapat dipisahkan dari kisah perjuangan melawan penjajah Belanda di Nusantara. Ia adalah tokoh perempuan yang menjadi simbol…
Pancasila

Pesantren dan Peradaban Bangsa: Bagaimana Nasib Pancasila Nanti?

2 Mins read
Dalam perjalanan panjang sejarah Indonesia, pesantren telah menjadi benteng kokoh yang menjaga keberlangsungan nilai-nilai agama dan tradisi bangsa. Sebagai lembaga pendidikan tertua…
Pancasila

Degradasi Moral Siswa dan Guru: Dari Kenakalan Remaja hingga Pencabulan

3 Mins read
Pendidikan adalah tempat di mana nilai-nilai luhur seharusnya ditanamkan dan ditumbuhkan. Guru, sebagai pendidik, memiliki peran sebagai teladan moral, sementara siswa adalah…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *