Suasana politik semakin dinamis. Konflik internal golongan kini diperlihatkan sebagai upaya keabsahan hak dan kepemilikan. Melalui Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Saifullah Yusuf, pihaknya akan mengambil alih PKB dengan alasan banyak elit dari Partai yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar itu telah keluar dari Khittah NU yang tidak sesuai dengan awal pendirian partai tersebut. Lebih lanjut lagi, Pengurus Besar Nadlatul Ulama membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk menyelidiki lebih dalam tentang polemik yang berkembang.
Menyikapi konflik tersebut, Muhaimin Iskandar mengatakan bahwa elit PB NU lah yang telah merusak kepercayaan masyarakar pada saat pemilu 2024 lalu. Sikap PB NU yang memilih netral dalam kontestasi politik merupakan Langkah yang dapat menimbulkan perpecahan bagi umat Nahdliyin.
Tindakan tersebut justru tidak membuat PKB runtuh, Muhaimin Iskandar menuturkan “PKB pada pemilu 2024 mendapat prestasi yang diakui oleh semua pihak setelah mengantongi 16 juta suara nasional, ini merupakan perolehan kursi terbanyak sepanjang berdirinya PKB”. Melansir dari pernyataan Cak Imin bahwa PKB bersyukur karena tidak lagi bergantung pada siapapun, prestasi tersebut bisa didapatkan meski PKB kerap mendapat kritikan dari Gus Yahya dan Gus Ipul.
Mantan Ketua Umun PB NU KH Said Aqil memberikan tanggapan terkait polomik NU – PKB saat ini. Dalam acara Peringatan Hari Lahir PKB ke 26, Ia menuturkan “jadikan apa yang dihadapi hari ini sebagai jamu, pahit, tidak apa-apa asal sembuh”. Sikap dan Tindakan ini merupakan sejarah baru sepanjang berdirinya NU dan PKB. Konflik yang semakin meruncing diantara dua saudara ini memberikan suasana baru dalam perpolitikan, bukannya saling mendukung satu sama lain, malah saling mengkeritik dan bahkan menjatuhkan.
Dugaan penyelewengan lainnya yang di klaim oleh PB NU terdapat di partai berlambangkan Bintang 9 ini. Dugaan bahwa PKB hari ini merubah status kewenangan dari Dewan Syuro Partai. Dewan Syuro di PKB merupakan pemegang supremasi kewenangan struktur partai, sebagaimana juga NU yang memiliki Dewan Syuriah.
Menurut Wakil Ketua Umum PB NU, Amin Said Husni, ia menegaskan, “sejatinya PKB didirikan dan diciptakan oleh NU melalui PB NU, memang dibentuk dengan struktur yang mirip dengan NU. Dewan Syuro yang ada dalam structural partai PKB itu khusus, tidak seperti partai-partai lain. Peran dan tugasnya bukan hanya dewan penasihat dan juga dewan pertimbangan saja. Lebih dari itu, Dewan Syuro yang ada dalam partai PKB memiliki peran sentral di struktural partai”.
Sependapat dengan pernyataan KH Ma’ruf Amin, Wakil Presidan RI yang Juga merupakan Ketua Tim Lima Pendiri PKB, mengatakan bahwa NU dengan PKB tidak memiliki hubungan secara struktural. Keduanya memiliki peran, fungsi dan tugas masing-masing. Ma’ruf Amin Menuturkan “seharusnya tidak terjadi konflik, hubungan NU dan PKB seharusnya aspiratif, kultural dan historis, sehingga dapat bekerja sama dengan baik dengan tugas masing-masing. Dimana NU tetap pada Pembangunan Umat dan PKB pada politik praktis”.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Organisasi Islam yang didirikan Oleh KH Hasyim Asy-‘ari adalah sebuah organisasi yang berfokus pada pembangunan umat islam, berdiri selama lebih dari 1 Abad, NU mampu melahirkan para cendikiawan-cendikiawan, para pahlawan dan bahkan pemimpin bangsa. Melalui NU, lahir seorang tokoh yang mendunia yaitu KH Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan Gus Dur, yang juga pernah menjadi Dewan Syuro di partai PKB. Tentu masih banyak tokoh-tokoh Muslim lain yang lahir dari Rahim NU.
Maka tidak heran, jika tidakan PB NU yang membentuk Panitia Khusus dengan tujuan mengambil alih PKB dan mengembalikannya ke khittah NU adalah sebuah proses yang dipandang aneh dan membingungkan. Alih-alih pembangun umat, justrus politik praktis menjadi tujuan. Arogansi dalam kekuasaan tentu dapat merusak sebuah tatanan. Kita sangat menyayangkan polemik ini terjadi sebagai sejarah baru antara NU dengan PKB melalui “Perseteruan Dua Saudara”.
Jika hal ini terus berlarut, tentu yang akan dirugikan adalah Nahdliyyin. Melihat adanya dinamika ini, semakin menambah catatan kepada PB NU dengan segala kontroversinya, sehingga dapat memunculkan dugaan bahwa tujuan polemik ini ialah berupaya mempolitisasi organisasi untuk kepentingan pribadi.
Pemilu telah usai, pemimpin bangsa dan wakil rakyat telah kita tuai melalui pesta demokrasi yang dipenuhi warna warni. Kini tugas kita untuk merajut dan mempersatukan kembali ruang-ruang pemisah. Peran NU sangat diharapkan dalam tugas mulia ini, menyadarkan umat tentang pentingnya persatuan dan memahami adanya perbedaan adalah sebuah keharusan yang menjadi tujuan NU sendiri.
PKB didirikan oleh para cendikiawan-cendikiawan NU yang berasaskan Pancasila dan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Lahir dari rahim para ulama, sehingga PKB mampu menjadi partai yang dapat bersaing dengan partai-partai lain. Tidak dipungkiri bahwa, meningkatnya eksistensi PKB hari ini tidak terlepas dari perjuangan Ketua Umum partai PKB, Muhaimin Iskandar bersama dengan kader-kader PKB lainya yang mampu bekerja sama dan bersinegritas. Pretasi dan perkembangan yang diperoleh PKB tentunya juga menjadi suatu kebanggaan oleh NU sendiri. Bukan untuk menang sendiri, tapi harus mampu bersinergi, berkolaborasi untuk memajukan negeri.
Akhirnya, para ulama, cendikiawan, politisi, pemerintah dan akademisi tentu memilik tugas dan peran masing-masing. Sekarang tinggal hanya bagaimana seluruh elemen tersebut memahami serta melaksanakan tugas dan perannya masing-masing.