Featured

Nutu Pare Anyar: Wujud Syukur Masyarakat Kasepuhan Gelar Alam

3 Mins read

Gemuruh angklung dan hentakan alu pada lesung memanggil orang-orang untuk beranjak pergi menghampiri sumber suara. Alunan melodi yang indah tersebut bersumber dari sebuah desa di atas pegunungan yang sejuk dan asri, yaitu Desa Adat Kasepuhan Gelar Alam. Selama kegiatan tradisi Nutu Pare Anyar, alunan angklung membersamai berlangsungnya ritual tersebut.

Dalam suasana yang penuh khidmat, suara angklung yang merdu menambah keagungan prosesi tersebut. Setiap bunyi angklung yang digoyangkan seolah menjadi doa yang dipanjatkan kepada leluhur dan alam semesta, memohon kelancaran dan keberkahan ritual.

Nutu Pare Anyar merupakan ritual pembuka dalam prosesi nganyaran. Nganyaran di Kasepuhan Gelar Alam merupakan serangkaian upacara adat yang melibatkan proses panen padi dan kegiatan sosial masyarakat adat Kasepuhan. Masyarakat adat Kasepuhan Gelar Alam melakukan prosesi nganyaran setelah menyelesaikan prosesi ngaseuk dan mipit. Adapun ngaseuk berarti ā€˜menanam padiā€™, mipit berarti ā€˜memetikā€™ atau ā€˜memanen padiā€™, dan nganyaran berarti ā€˜menikmati panenā€™.

Nutu Pare Anyar berarti menumbuk padi yang baru dipanen dengan cara ditutu (ditumbuk) menggunakan alu dan lesung. Alu sendiri adalah alat yang digunakan untuk menumbuk padi yang terbuat dari kayu dan memiliki panjang hingga 1,5 meter dengan ujungnya yang berbentuk tumpul. Sedangkan lesung adalah wadah yang digunakan dalam proses menumbuk padi yang terbuat dari kayu.

Lesung terbagi menjadi tiga bagian, yakni bagian tengah yang berbentuk persegi panjang, digunakan untuk menumbuk padi hingga setengah halus. Kemudian hasil tumbukan tersebut dipindahkan kepada dua bagian yang berada di sisi kanan dan kiri lesung yang berbentuk bulat untuk menghaluskan hasil tumbukan padi yang sudah dilakukan pada lesung yang ditengah.

Ritual Nutu Pare Anyar akan dipimpin oleh Mama Dede, yakni istri dari Abah Ugi Ā dan diiringi bersama para istri dari tujuh rorokan yang mewakili para masing rorokan kasepuhan. Rorokan merupakan istilah yang memiliki arti sebagai ā€˜kementerianā€™ atau ā€˜para pembantu kepala adatā€™.

Kemben Putih merupakan pakaian wajib yang digunakan Mama Dede dan para istri tujuh rorokan yang melambangkan kesucian. Ritual ini yang diawali oleh Mama Dede memiliki makna dibalik hal tersebut, karena Mama Dede merupakan figur perempuan yang dapat mewakili Abah selaku Kepala Adat Kasepuhan Gelar Alam. Prosesi dimulai ketika Mama Dede dan pengiringnya bergerak menuju sanggar tari atau balai sosial.

Di dalamnya, Mama Dede akan mengunyah kapur sirih lalu menyemburkannya ke padi-padi yang ada di hadapannya. Hasil kunyahan kapur sirih yang berwarna merah darah mengisyaratkan awal mula kehidupan. Setelah itu, Mama Dede dan pengiringnya akan berpindah ke tempat lesung di dekat Imah Gede yang merupakan pusat kegiatan masyarakat Kasepuhan Gelar Alam untuk melakukan prosesi Nutu Pare Anyar yang terdiri dari beberapa tahap.

Tumbukan pertama dilakukan untuk memisahkan batang dan kulit padi. Hasil tumbukan tersebut akan diayak agar mudah memisahkan antara gabah dan beras. Gabah akan kembali ditumbuk hingga kulitnya terlepas seluruhnya dan menghasilkan beras putih. Setelah Mama Dede dan pengiringnya selesai menumbuk padi, akan dilanjutkan oleh Ibu-Ibu lainnya secara bergantian. Kang Yoyo, juru komunikasi Kasepuhan Gelar Alam menjelaskan alasan Nutu Pare Anyar hanya dilakukan oleh Ibu-Ibu karena dalam hubungan rumah tangga, Ibu merupakan sosok yang bertugas memegang ā€œtongkatā€ milik pasangannya, dan pertemuan antara ā€œtongkatā€ dan ā€œlubangā€ merupakan cikal bakal kehidupan.

Nutu Pare Anyar dilakukan secara kolosal dengan menggunakan lesung yang jumlahnya mencapai puluhan ataupun lebih tergantung pada jumlah kampung yang terlibat. Selain Nutu, Nganyaran juga mencakup aktivitas seperti Ngabukti, yakni mencicipi bersama-sama nasi dari hasil panen pertama.

Kemudian, pada rangkaian ini juga diadakan selamatan atau syukuran bersama untuk merayakan hasil panen yang telah diperoleh sebagai ungkapan syukur atas panen selama satu tahun kebelakang. Tak hanya masyarakat adat Kasepuhan Gelar Alam yang menghadiri ritual ini, ribuan orang lainnya terutama perempuan akan berdatangan dari berbagai daerah Ā untuk turut meramaikan acara ini sekaligus melaksanakan kewajiban adat mereka untuk turut serta membantu menumbukan pare atau padi milik Abah sebagai pertanda dibukanya musim ā€œmenikmatiā€ (nganyaran). Ā Acara-acara ini tidak hanya sebagai rangkaian kegiatan pertanian, tetapi juga sebagai momen untuk memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan antar warga kasepuhan.

Kegiatan Nutu Pare Anyar merupakan suatu prosesi yang memiliki arti filosofis yang sangat besar dalam masyarakat Kasepuhan Gelar Alam. Prosesi numbuk padi atau dapat disebut sebagai prosesi Nutu Pare Anyar merupakan simbol dari gotong royong antara kaum laki-laki dan juga kaum perempuan.

Prosesi ini dapat dikatakan sebagai wujud realisasi dari gotong royong karena dilihat dari turut andilnya para laki-laki yang membawa padi dari sawah menuju tempat ditaruhnya padi sampai ke tempat penumbukkan padi. Lalu, para kaum perempuan yang menumbuk padi yang telah dibawa oleh kaum laki-laki secara bersama-sama dan bergantian.

Selain dari segi filosofis kegotong-royongan para warga, kegiatan Nutu Pare Anyar juga memiliki arti lain yaitu arti kehidupan yang besar. Hal tersebut dinilai dari bentuk alat menumbuk padi yang berbentuk tongkat panjang dan juga batu yang berbentuk lubang besar dan memanjang.

Alunan angklung dan hentakan alu pada lesung perlahan memudar, menandakan Nutu Pare Anyar telah selesai. Puluhan mobil pick-up mengantri gilirannya untuk pergi dari Kasepuhan Gelar Alam mengembalikan para penumpang ke area rumah masing-masing. Setiap kaki yang beranjak pergi membawa kenangan sekaligus pembelajaran dariĀ RitualĀ Nutu Pare Anyar. Nutu Pare Anyar memberikan rasa syukur akan kehidupan, rasa kebersamaan, dan rasa kenikmatan.

 

1196 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Featured

KDRT: Dosa Warisan Penceramah Agama Misoginis

3 Mins read
Kabar duka datang dari saudari kita, Nihayatus Saā€™adah, perempuan asal Lenteng Timur, Kecamatan Lenteng, Sumenep Jawa Timur, meninggal setelah mengalami Kekerasan Dalam…
Featured

Sedekah Laut di Pantai Teleng Ria, Warisan dan Kearifan Lokal

3 Mins read
Pantai Teleng Ria, terletak di pesisir selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dikenal sebagai salah satu permata tersembunyi dengan kekayaan budaya dan tradisi…
Featured

Belajar Filosofi Moral Meskipun Itu dari Para Tokoh Fiksi

3 Mins read
Robin Hood: Kejahatan Atas Nama Kebaikan Judul utama artikel ini terinspirasi dari sebuah cerita yang mungkin sering kita baca. Pernahkah di antara…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *