Pilarkebangsaan.com. Dalam suatu forum kajian ‘Pembudayaan Pancasila di Sekolah’ bersama guru-guru di sebuah SMPN terkenal di Jogjakarta pada 2018 silam, seorang ibu guru bertanya dengan wajah tulus, “Bu, masyarakat Indonesia sangat beragama. Apakah berarti Pancasila diposisikan di atas kitab suci?”. Pertanyaan penting ini pernah ditanyakan oleh banyak pendidik, termasuk dosen. Bahkan dalam forum lain Prof Amin Abdullah bercerita ada profesor yang mengajukan pertanyaan yang sama.
Dalam hati saya heran juga, (apa karena saya hanya pendidik non formal sehingga berimajinasi soal ini sudah beres di tingkat para pendidik). Mengapa hal seperti ini masih jadi pertanyaan?
Saya yang waktu itu sedang piket mewakili jaringan kerjasama Pappirus, AMAN Indonesia, FTIK UIN Sunan Kalijaga, Rumah Kearifan, FIS UNY, Setara Institute PSPP UKDW, mencoba memberi penjelasan. Saya tulis di hari bersejarah ini sebagai pengantar.
Pancasila dan Kebangsaan
“Pancasila dan Kitab suci memiliki ranahnya masing-masing. Dalam kehidupan keagamaan masing-masing umat beragama, kitab suci adalah rujukan utama. Dalam urusan internal agama atau kadang disebut urusan privat kemasyarakatan, kitab suci menjadi pokok. Tapi dalam ranah di mana banyak orang dari berbagai latar belakang agama hidup saling bekerjasama, kitab suci suatu agama tidak dapat mengatur hidup penganut agama berbeda karena mereka memiliki kitab suci sendiri, ini biasanya disebut dengan ranah publik dan di sinilah tempatnya Pancasila.”
Oleh karena itu Pancasila disebut titik temu dari beragam berbeda agama dan budaya; bahwa di balik semua perbedaan yang dialami manusia, ada sisi-sisi yang sama yang mempertemukan segala perbedaan, inilah substansi bhinneka tungal ika.
Mengapa titik temu, karena ia terdapat nilai-nilai yang diajarkan agama-agama dan budaya di Indonesia. Ada yang menyebut titik temu ini sebagai dasar etika sosial bersama, ada yang menyebut akhlak dalam muamalah, ada pula yang menyebut konsensus atau kesepakatan. Namun intinya menjelaskannya ada pada wilayah publik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian Pancasila dan kitab suci memiliki ranahnya masing-masing, tidak bertentangan justru saling menguatkan.
Tgl 1 Juni adalah pertama kali istilah Pancasila dikenalkan oleh Bung Karno untuk bakal dasar negara yang kala itu tengah digodog oleh Tim BPUPKI. Tgl 18 Agustus 1945 rumusan resmi menjadi dasar negara di tetapkan. Dua tanggal dalam satu moment. Tanggal 1 Juni menjadi hari kelahiran, Pancasila, 18 Agustus menjadi hari konstitusi.
Menurut saya yang terpenting Pancasila dalam laku personal dan dalam kebijakan pemerintah maupun lembaga-lembaga publik. Pada masa Orde Baru luar biasa indoktrinasi Pancasila di semua lembaga. Mendidikkan Pancasila dengan cara indoktrinasi terbukti tidak berhasil, orang taat karena dorongan kekhawatiran bahkan ketakutan.
Padalah pendidikan nilai lebih membutuhkan tauladan pemimpin dan kebijakan yang mendorong persatuan dan keadilan sosial. Namun yang terjadi kala itu digunakan sebatas jargon yang dipakai memperkuat tampilan kuasa negara, untuk mengembangkan kecurigaan dan stigmatisasi bahkan penghukuman bagi warga negara yang berbeda pandangan dengan negara kala itu.
Setelah reformasi masyarakat mengalami rasa jenuh kelas berat pada Pancasila karena perlakukan negara dalam membawakannya era sebelumnya itu, sehingga seperti lupa pada maknanya yang sangat fundamental. Bahkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pun tidak mencantumkan sebagai ideologi pendidikan. Padahal sewajarnya Pancasila menjadi ideologi pendidikan agar generasi muda Indonesia tidak kehilangan akar kemanusiaan di tengah arus perubahan besar dunia.
Semoga ada perubahan dalam hal ini pada Undang-undang tersebut dalam prolegnas kali ini DPR juga memiliki ketetapan hati soal ideologi pendidikan ini. Dan kita, janganlah mengulang kebiasaan menjadikan Pancasila sekedar jargon namun sepi dalam lakunya, misalnya membiarkan (atau ikut -ikutan memperbesar pembelahan dalam masyarakat karena perbedaan pandangan).
Bagaimana praktik Pancasila untuk netizen menurut anda? []