Jaga Pilar

Pangeran Cakraningrat I, Raja Madura yang Menjadi Panglima Perang Mataram

2 Mins read

Pangeran Cakraningrat I merupakan Raja Madura yang menghabiskan waktu hidupnya untuk mengabdi di Keraton Mataram. Pangeran Cakraningrat I merupakan putra dari Permaisuri Raja Madura Kedua yang bergelar Gusti Ratu Ibu Sepuh. Pangeran Cakraningrat I diangkat menjadi Raja Madura oleh Sultan Agung, dinobatkan pada tanggal 12 Rabiul Awal 1405 Hijriyah atau 23 Desember 1624 Masehi.

Meskipun sudah diangkat menjadi Raja Madura, Pangeran Cakraningrat I yang bernama kecil Raden Prasena ini, lebih sering berada di Mataram. Di Mataram, Pangeran Cakraningrat I bahkan sebagai panglima perang Mataram. Sementara pemerintahan di Madura dipercayakan kepada Pangeran Santomerto.

Pangeran Santomerto merupakan saudara Pangeran Cakraningrat I dari ibunya yang berasal dari Sampang. Pangeran Cakraningrat I menikah dengan adik Sultan Agung dari Mataram, namun hingga istrinya meninggal, tidak mendapat keturunan. Kemudian menikah dengan Ratu Ibu Syarifah Ambami yang masih keturunan Sunan Giri Gresik. Dari pernikahannya kali ini, dikaruniai tiga orang anak, yaitu RA Atmojonegoro, R Undagan dan Ratu Mertoparti.

Sementara dari para selirnya, Pangeran Cakraningrat I dikaruniai sembilan orang anak, salah satu di antaranya adalah Demang Melaya. Diceritakan, suatu ketika, Pangeran Cakraningrat I lama berada di Keraton Mataram untuk menuntaskan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

Sang Permaisuri bertapa di suatu tempat di daerah Buduran Arosbaya, dalam pertapaannya memohon agar anak-anaknya menjadi Raja Madura selama 7 turunan. Tidak lama kemudian, hasil pertapaan Permaisuri diceritakan kepada Pangeran Cakraningrat I ketika tiba dari Mataram.

Mendengar hasil pertapaan Permaisuri yang menghendaki anak-anaknya menjadi Raja Madura selama 7 turunan, Pangeran Cakraningrat I tidak memberikan jawaban, bahkan membuang muka tanda tidak setuju. Melihat gelagat suaminya yang tidak setuju dengan hasil dari bertapanya itu, Permaisuri kemudian menanyakan kepada Pengeran.

Ternyata jawaban pangeran menginginkan jika yang menjadi Raja di Madura tidak hanya 7 turunan saja, melainkan terus menerus dari keturunannya.

Menendengar jawaban suaminya itu, Permaisuri merasa kecewa dan kembali ke pertapaannya sambil menangis. Seperti dikutip dari Youtube Bangkulon Chanel, Permaisuri melakukan tapa kali ini dalam keadaan menangis hingga ajal menjemputnya.

Sepeninggal Sultan Agung tahun 1645, kemudian diganti oleh Amangkurat I, Pangeran Cakraningrat I harus menghadapai pemberontakan Pangeran Alit, yang merupakan adik Sultan Agung. Tusukan keris Setan Kober milik Pangeran Alit menyebabkan Pangeran Cakraningrat I tewas seketika.

Demikian pula dengan puteranya RA Atmojonegoro, begitu melihat ayahnya tewas dia segera menyerang Pangeran Alit, tapi dia bernasib sama seperti ayahnya.

Pangean Cakraningrat I kemudian diganti oleh anaknya yang bernama Undagan. seperti halnya Cakraningrat I, Undagan yang bergelar Cakraningrat II ini juga lebih banyak menghabiskan waktunya di Mataram. Di masa pemerintahannya Cakraningrat II, terjadi pemberontakan oleh Demang Melaya yang merupakan anak Cakraningrat I dari para selirnya terhadap Mataram.

Selengkapnya baca di sini

1672 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Jaga Pilar

Kemenkum Maluku dan Densus 88 Perkuat Sinergi Pencegahan Terorisme

1 Mins read
Kementerian Hukum (Kemenkum) Maluku bersama Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polda Maluku menjalin kerja sama dalam bidang pencegahan terorisme di daerah…
Jaga Pilar

Muhammadiyah Harus Kembangkan Pilar Keempat

1 Mins read
Di hadapan segenap keluarga besar Universitas Muhammadiyah Jember, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Muhadjir Effendi menegaskan pentingnya Muhammadiyah mengembangkan pilar keempat,…
Jaga Pilar

Bela Palestina Bukan Bela Khilafah dan Ekstremisme, Hati-hati!

4 Mins read
Wakil Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (MUI) Najih Arromadloni mengingatkan masyarakat Indonesia untuk mewaspadai propaganda jihad khilafah berkedok…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *