Telaah

Pemikiran Tokoh Bangsa, Buya Syakur, dalam Pendidikan Tasawuf

3 Mins read

Buya Syakur wafat dalam usia 75 tahun. Pada 2 Februari lalu, usianya genap 76 tahun. Ia lahir pada tahun 1948 di Desa Tulungagung, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Sosok Buya Syakur dikenal sebagai salah satu ulama kharismatik asal Indramayu, Jawa Barat. Pengajiannya yang rutin diikuti oleh lintas kalangan, baik secara luring di pesantren asuhannya, Pondok Pesantren Cadangpinggan, Kertasemaya, Indramayu maupun secara daring melalui kanal Youtubenya.

Dalam tulisan ini, penulis ingin bernostalgia, serta memaparkan mengenai pemikiran dan pandangan beliau dalam bidang pendidikan tasawuf.

Biografi Buya Syakur

Yasin Buya Syakur Yasin lahir di Indramayu pada 2 Februari 1948. Nama lengkap beliau adalah Abdul Syakur Yasin, Lc. MA.bin Yasin.Nama atau lebih dikenal dengan panggilan Buya Syakur. Beliau bersekolah di SD Darul Hikam Cirebon, MTS Babakan Ciwaringin, MA Babakan Ciwaringin, Beliau kemudian menempuh pendidikan tinggi di wilayah Timur Tengah, Cairo Mesir Al-Azhar dengan jurusan sastra. Pendidikan S1 tidak hanya ditempuh di Al-Azhar tapi juga mengambil S1 lainnya di Libia jurusan sastra.

Selanjutnya, Buya Syakur melanjutkan pendidikan S2 Tunisia dengan jurusan sastra Arab kuno. Beliau sempat melanjutkan pada jenjang S3 di London jurusan teater namun tidak selesai. Beliau adalah salah satu dari tujuh orang yang menguasai sastra Arab kuno di Timur Tengah.

Buya Syakur mendirikan pondok pesantren Yasiniah pada tahun 1992 di wilayah pedesaan, namun pindah ke wilayah Cadangpinggan karena lebih strategis dan juga dapat berkembang hingga hari ini. Pendirian pondok pesantren Cadangpinggan tidak terlepas dari keahlian Buya dalam mengobati pasiennya yang sering berobat kepada beliau.

Beberapa orang secara khusus datang untuk konsultasi khusunya masalah keagamaan dan seiring berjalannya waktu, jamaahnya semakin bertambah banyak. Beberapa diantara mereka yang berkonsultasi pada ahirnya menjadi murid beliau. Atas dasar hal tersebut kemudian diputuskan untuk untuk mendirikan pondok pesantren Candangpinggan.

Pendidikan Tasawuf Dalam Pandangan Buya Syakur

Pendidikan tasawuf menurut Buya Syakur Yasin ialah suatu proses hati kita dalam memilih antara yang baik dan yang buruk untuk mencari hati yang jernih dibutuhkan proses yang baik pula. Maka, hal tersebut akan menghasilkan pemilihan kejernihan hati dalam melakukan perbuatan yang baik melalu proses pembiasaan dan tidak menganggap apa yang kita miliki adalah milik kita karena itu akan membuat kita jauh dari Allah Swt.

Jadikan apa yang kita miliki itu hanya titipan dari Allah, sehingga ketika suatu waktu diambil kita tidak merasa kecewa secara berlebihan. Buya Syakur memiliki pandangan tersendiri mengenai tasawwuf dan pendidikan tasawuf.

Puncak Pencarian dan Usaha untuk Dekat dengan Allah Swt

Tasawuf menurut Buya Syakur adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk dekat dengan Allah SWT. Sebagai sebuah puncak pencarian, tentunya, setiap orang memiliki cara sendiri sehingga mereka dapat menemukan Allah SWT. Hal tersebut dilakukan dengan melalui proses yang tidak mudah bergantung pada kemampuan masing-masing dalam mencapainya.

Kesadaran Tentang Tidak Adanya Kebenaran yang Bersifat Mutlak

Dalam dunia tasawuf, menurut Buya Syakur, tidak ada kebenaran mutlak bergantung pada kemampuan masing-masing dalam memperolehnya dan kita sebagai manusia biasa tidak boleh saling menyalahkan perbedaan yang terjadi mengenai orang yang menggunakan tariqat, hakikat dan ma’rifat dalam mencapai puncak bertemu dengan sang kekasih hati yaitu Allah SWT. Jalan menuju kepada Tuhan dapat dilakukan dengan menggunakan tariqat, hakikat dan ma’rifat untuk bisa dekat dengan Allah Swt. Setiap orang memiliki kemampuannya masingmasing dan yang menjadi dasar semua itu adalah syariat (aturan Allah Swt.).

Misalnya, seseorang yang memilih jalan tariqot tidak mungkin membuang air kecilnya sambil berdiri atau tidak mungkin orang yang memilih jalan hakikat makan dengan menggunakan tangan kiri dan tidak mungkin orang ma’rifat minum sambil berdiri dan pakai tangan kiri. Artinya, seseorang yang telah memilih jalan tertentu menuju kepada Allah SWT, mereka akan meletakan syariat sebagai dasar ketika mereka ingin dekat dengan Allah Swt. dan tidak sebaliknya.

Pentingnya guru dalam mencari Ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah SWT

Proses mencari ilmu adalah bagian dari proses mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu, seorang membutuhkan guru atau mursyid sebagai petunjuk yang akan mengarahkan seseorang untuk bisa mencapai apa yang diinginkan karena upaya manusia ketika ingin mencapai puncak dan bertemu dengan Allah dapat dicapai dengan ilmu.

Dalam mencari mursyid atau guru hendaknya kita memperhatikan karakternya khususnya bagi kita yang masih belum mengerti banyak tentang dunia tasawuf maka peran mursyid ini sangat penting disamping sebagai seorang orang tua juga yang dapat membimbing untuk bisa bertemu dengan Allah Swt. melalui amalan-amalan yang rutin dilakukan.

Salah satunya ciri mursyid yang baik adalah memiliki sifat zuhud dalam dirinya. Sifat ini tidak hanya terlihat dari kasat mata saja baik itu ucapan ataupun perbuatannya zuhud tapi juga dalam hatinya. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu untuk melihat dan mengamati serta menilai seseorang itu zuhud dari ucapan, perbuatan dan juga dari hatinya.

Menurut Buya Syakur, perlu mencari seorang mursyid atau guru yang zuhud dalam setiap ucapan dan tindakan karena banyak yang kelihatan nampaknya sudah zuhud tapi dalam hatinya masih belum. Zuhud tidak meliputi seluruh ucapan, perbuatan, tapi juga kesungguhan dari dalam hati. saja tapi lebih dari itu melibatkan hati agar apa yang kita lakukan benar-benar zuhud dengan melepaskan semua yang ada ditangan kita kantong kita dan semuanya juga dengan hati yang benarbenar bersih tidak terselip rasa ingin mendapatkan dunia walaupun hanya angan-angan kita belaka.

 

Ahmad Syah Alfarabi

1196 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Telaah

Jika Soeharto Tidak Pernah Jadi Presiden, RI Jadi Negara Apa?

2 Mins read
Benarkah ada upaya menghilangkan jejak korupsi dari Presiden RI Soeharto imbas MPR resmi mencabut dari TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998 kemarin?…
Telaah

Hukum Mencium Tangan Menurut Empat Madzhab

2 Mins read
Mencium tangan merupakan tradisi yang sudah biasa orang Indonesia lakukan sebagai bentuk hormat. Sebenarnya di beberapa bagian negara lain bentuk penghormatan tidak…
Telaah

Siapa Sosok Guru Ranggawarsita?

3 Mins read
Mendengar nama Ranggawarsita, kilas ingatan pasti membayang gelar agung yang disandang “Sang Pujangga besar Kraton Surakarta”. Begitu pula dengan nama Masjid Tegalsari,…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.