Perang Daumatul Jandal, atau dikenal sebagai ekspedisi Daumatul Jandal adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah awal Islam. Perang ini terjadi pada tahun 627 Masehi, yang bertepatan dengan bulan Rabiul Awal tahun ke-5 Hijriah.
Perang Daumatul Jandal berlangsung tidak lama setelah Perang Khandaq (Perang Parit), yang juga terjadi pada tahun 627 M (5 H). Setelah keberhasilan umat Islam dalam mempertahankan Madinah dari serangan koalisi Quraisy dan suku-suku Arab lainnya di Perang Khandaq, Nabi Muhammad SAW memanfaatkan momentum tersebut untuk memperluas pengaruh dan memastikan keamanan wilayah sekitar Madinah.
Ekspedisi ini dipimpin oleh Utbah bin Mas’ud, salah satu sahabat Nabi Muhammad, setelah beliau mengirim utusan untuk mengajak suku-suku di daerah Daumatul Jandal untuk memeluk Islam atau setidaknya menjalin hubungan damai. Ketika tawaran tersebut tidak diterima, diputuskan untuk melakukan ekspedisi militer guna memastikan keamanan jalur perdagangan dan mengamankan wilayah strategis tersebut.
Pada hari itu, pasukan Muslim yang dipimpin oleh Utbah bin Mas’ud berangkat menuju Daumatul Jandal dengan tujuan utama untuk menindaklanjuti ancaman yang ditimbulkan oleh suku-suku lokal yang diduga melakukan perampokan dan mengganggu keamanan perdagangan. Namun, ketika pasukan Muslim tiba di Daumatul Jandal, sebagian besar penduduk daerah tersebut telah melarikan diri, sehingga tidak terjadi pertempuran besar.
Meskipun tidak ada pertempuran sengit, pasukan Muslim berhasil menyita beberapa hewan ternak dan memastikan bahwa jalur perdagangan tetap aman dari ancaman perampokan. Ekspedisi ini juga berhasil menegaskan kehadiran dan kekuatan Muslim di wilayah tersebut, memberikan efek jera kepada suku-suku lain yang mungkin memiliki niat serupa.
Latar Belakang Ekonomi dan Politis
Secara geografis, Daumatul Jandal terletak di daerah utara Arab Saudi, di perbatasan antara wilayah Hijaz dan Syam (sekarang wilayah Syria). Lokasi ini strategis karena berada di jalur perdagangan utama yang menghubungkan Arab dengan Bizantium (kekaisaran Bizantium modern di Eropa Timur). Penguasaan atas daerah ini memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap rute perdagangan, yang sangat penting bagi stabilitas ekonomi dan keamanan umat Islam di Madinah.
Keputusan Nabi Muhammad SAW untuk memimpin ekspedisi ke wilayah tersebut bukan semata-mata soal keamanan, tetapi juga terkait dengan kepentingan politik dan ekonomi yang lebih luas.
Sebelum munculnya Islam, Makkah telah menjadi pusat ekonomi yang signifikan, sebagian besar berkat lokasinya di jalur perdagangan internasional. Ketika Islam berkembang, salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan, dan bahkan memperluas, kendali atas jaringan perdagangan tersebut di tengah ketidakstabilan politik yang ditimbulkan oleh munculnya kekuatan baru di bawah kepemimpinan Nabi. Daumatul Jandal, sebagai simpul penting di jalur perdagangan, menjadi target logis untuk ekspansi politik dan pengamanan ekonomi.
Ekspansi dalam Konteks Internasional
Dalam konteks lebih luas, Perang Daumatul Jandal juga bisa dilihat sebagai bagian dari pola umum ekspansi yang dilakukan oleh negara-negara dan kerajaan pada waktu itu. Seperti halnya kekuatan lain di wilayah Arab dan sekitarnya, komunitas Muslim awal di Madinah membutuhkan stabilitas ekonomi untuk mendukung struktur sosial dan politiknya. Kontrol atas daerah-daerah penting dan strategis adalah kunci untuk membangun fondasi bagi sebuah negara yang dapat berfungsi mandiri.
Namun, pendekatan kritis terhadap perang ini memungkinkan kita untuk bertanya: Apakah benar perampokan oleh suku-suku di Daumatul Jandal menjadi alasan utama? Atau, mungkinkah ekspedisi tersebut lebih ditujukan untuk memperluas pengaruh politik dan menundukkan komunitas-komunitas yang belum berada di bawah kendali Muslim? Jawaban atas pertanyaan ini tidak selalu jelas, tetapi penting untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa tindakan militer ini bukan hanya reaksi defensif, melainkan juga proaktif dalam menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan secara geopolitik bagi komunitas Muslim yang sedang berkembang.
Kontrol Sumber Daya dan Kooptasi Kabilah
Selain kepentingan perdagangan, kontrol atas sumber daya alam di wilayah tersebut juga merupakan faktor penting. Daumatul Jandal dan daerah sekitarnya dikenal sebagai kawasan yang kaya akan ternak dan sumber daya alam lainnya. Ketika pasukan Muslim mencapai daerah itu, mereka disebut menyita hewan ternak dan mengamankan harta benda lainnya. Ini menunjukkan bahwa motif ekonomi di balik ekspedisi ini tak dapat diabaikan.
Dari perspektif kritis, kita bisa melihat bagaimana penguasaan sumber daya dan pengendalian kabilah-kabilah di wilayah perbatasan merupakan bagian dari strategi kooptasi yang lebih luas. Dengan mengamankan dukungan atau menaklukkan suku-suku setempat, Nabi Muhammad SAW dan komunitas Muslim bisa memperkuat pengaruh politik mereka di wilayah yang lebih luas dan menciptakan sistem aliansi yang lebih stabil.
Tidak hanya itu, perang Daumatul Jandal juga berfungsi sebagai pernyataan kekuatan kepada komunitas-komunitas lain di sekitar Madinah dan kawasan yang lebih luas. Walaupun pertempuran besar tidak terjadi karena banyak penduduk setempat telah melarikan diri, keberadaan militer Muslim di wilayah tersebut mengirimkan pesan yang jelas bahwa mereka tidak akan ragu untuk bertindak tegas dalam melindungi kepentingan mereka. Ini adalah salah satu cara Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa Islam bukan hanya gerakan spiritual, tetapi juga kekuatan politik yang tidak bisa diabaikan.
Signifikansi dan Dampak Jangka Panjang
Perang Daumatul Jandal memiliki dampak yang signifikan dalam konteks politik dan ekonomi umat Islam pada masa itu. Dengan mengamankan wilayah strategis dan jalur perdagangan, umat Islam dapat mempertahankan stabilitas ekonomi yang penting bagi kelangsungan masyarakat Madinah. Selain itu, keberhasilan ekspedisi ini memperkuat posisi politik Nabi Muhammad SAW dan komunitas Muslim di tengah persaingan dengan kekuatan-kekuatan regional lainnya.
Secara lebih luas, Perang Daumatul Jandal mencerminkan strategi Nabi Muhammad dalam menggunakan ekspedisi militer. Perang ini tak sekadar membangun pusat pertahanan, tetapi juga memperluas pengaruh politik dan ekonomi Islam. Langkah ini merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk membangun dan memperkuat negara Islam yang baru, yang mampu bertahan dan berkembang di tengah tantangan yang ada.
Melalui lensa kritis, Perang Daumatul Jandal dapat dipahami sebagai langkah strategis yang terjalin dengan dinamika politik dan ekonomi di kawasan Arab pada waktu itu. Ekspedisi ini bukan hanya tentang pertahanan terhadap ancaman suku-suku perampok, tetapi juga terkait dengan ambisi geopolitik, kontrol atas sumber daya, serta upaya memperluas pengaruh politik Islam. Pandangan ini mengajak kita untuk melihat perang tersebut dalam konteks yang lebih luas daripada sekadar ekspedisi militer biasa, dan menyadari bahwa gerakan Islam pada masa awal memiliki dimensi politik, ekonomi, dan militer yang saling terkait.
*Artikel ini telah tayang di Arina.Id. Jika ingin baca aslinya, klik tautan ini: https://arina.id/islami/ar-WNSX6/perang-daumatul-jandal–ekspansi-dan-dinamika-politik-islam-awal