Telaah

Petaka Media Sosial dan Praktik Keimanan di Ruang Maya; Belajar dari Berbagai Kasus

2 Mins read

Petaka media sosial sudah semakin nyata. Banyak masyarakat yang tidak sadar dampak negatif bermedia sosial yang menyebabkannya terpuruk. Bagaimana Islam menyikapinya?

Petaka Media Sosial

Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh Dwi Citra Weni, pegawai PT Timah Tbk , akibat dari ulahnya di media sosial yang bisa membawa petaka. Setelah viral karena mengejek honorer yang menggunakan layanan BPJS Kesehatan untuk berobat. PT Timah Tbk akhirnya memberikan sanksi tegas dengan pemutusan hubungan kerja, alias dipecat.

Mungkin sekedar ingin membuat konten POV, tetapi ketidakbijaksanaan kata-kata akhirnya membawa petaka. Dwi Citra Weni, tentu tidak sendirian. Tidak hanya karena ulah sendiri, bahkan karena ulah anggota keluarga dan kerabat yang bertingkah di media sosial bisa menyebabkan kerugian besar.

Sebutlah Massdes, Pejabat Dishub DKI yang dicopot karena istri dan anaknya kerap memamerkan barang-barang mewah di media sosial. Ada pula Sudarman, Kepala BPN Jakarta Timur yang dicopot dari jabatannya karena ulah flexing di media sosial. Kejadian serupa dialami Esha Rahmansah Abrar, kepala Subbagian Administrasi Kendaraan Biro Umum Kemensetneg harus dinonaktifkan karena ulah istrinya yang suka pamer mobil mewah dan emas Batangan di media sosial.

Tidak hanya menimpa kalangan sipil. Tahun 2019 silam, seorang kolonel yang menjabat Komandan Kodim harus rela dicopot dari jabatannya. Adalah istrinya yang tidak mampu mengontrol diri di media sosial dengan memposting dengan nada mengolok-olok peristiwa penusukan yang menimpa Wiranto, Menko Polhukam saat itu. Total saat itu ada sekitar 7 Anggota TNI yang diberikan sanksi karena persoalan postingan media sosial, baik yang dilakukan sendiri atau istrinya.

AKBP Agus Sugiyarso harus pula merelakan jabatannya sebagai Kapolres Tebing Tinggi pada tahun 2021. Gegaranya masih sama karena aksi istrinya yang pamer segepok uang yang kemudian viral di media sosial. Dan masih banyak rentetan peristiwa lainnya yang berujung pidana dari kalangan masyarakat biasa.

Di kehidupan media sosial seperti saat ini, pentingnya menjaga lisan melalui tulisan dan postingan lainnya menjadi mutlak diperlukan. Pergaulan sosial saat ini tidak lagi terbatas pada ruang yang sempit, tetapi melebar menjangkau dunia yang maya. Kecepatan informasi pun tidak terbayangkan. Dalam hitungan detik, konten menyebar dan bisa menghebohkan.

Ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan sosial ini menyebabkan seseorang mengalami keterkejutan budaya (cultural shock). Banyak perilaku yang semula berdampak kecil menjadi besar karena gelembung dari amplifikasi media sosial. Dalam kasus Pegawai PT Timah tersebut, mungkin dia tidak menyangka kontennya secepat itu menjadi perbincangan nasional.

Islam dan Praktik Keimanan di Ruang Maya

Karena itulah, Islam sejak awal menegaskan pentingnya sikap bijak dalam menggunakan lisan. Dalam konteks hari ini, lisan mengalami perluasan makna sebagai media penutur dan komunikasi tidak hanya dalam arti komunikasi konvensional.

Nabi melalui Riwayat Tabrani sudah mengingatkan bahwa sesungguhnya kebanyak dosa anak Adam berasal dari lisannya. Islam meletakkan perilaku menjaga lisan menjadi salah satu kriteria atau ciri orang beriman. Misalnya, dalam hadist lain Nabi bersabda : Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.

Hadist tersebut menegaskan bahwa menjaga lisan adalah bagian dari ekspresi iman. Orang beriman akan selalu berkata baik. Jika tidak bisa memberikan kebaikan atau berpotensi menimbulkan kerusakan dengan lisannya, maka tahanlah dengan diam saja. Diam adalah kontrol yang baik agar tidak tergelincir dari kesalahan lisan.

Sepenting itukah menjaga lisan? Iya, sangat penting. Bahkan lisan menjadi indikasi dari hati yang bersih. Keimanan seseorang itu ditentukan oleh lisan yang bersih. Dalam sebuah hadist dari Anas Nabi Riwayat Imam Ahmad bersabda : Iman seorang hamba tidak akan lurus hingga hatinya lurus, dan hati tidak akan lurus hingga lisannya lurus.

Karena itulah, sebagai hamba yang beriman tantangan menjaga lisan saat ini harus dipraktekkan tidak hanya dalam lingkungan sekitar, tetapi juga dalam ruang komunikasi digital. Keimanan seseorang hamba saat ini diuji lebih hebat di tengah derasnya komunikasi digital. Praktek keimanan tidak hanya di ruang sosial yang nyata, tetapi juga di ruang luas di dunia maya.

Praktek keimanan di ruang maya ini harus banyak diingatkan dan ditingkatkan. Pergaulan masyarakat saat ini tidak hanya bertutur kata secara langsung, tetapi telah melampaui sekat ruang yang luar biasa. Kebijaksanaan media sosial ditentukan oleh bagaimana seseorang mempraktekkan keimanan dengan cara mengendalikan lisan.

1658 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
Telaah

Ekosistem Bisnis Car Rental di Bandara Soekarno Hatta

23 Mins read
Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan gerbang utama transportasi udara Indonesia dengan jumlah penumpang yang terus meningkat setiap tahunnya. Sebagai salah satu bandara tersibuk…
Telaah

Prinsip Pareto: Strategi Cerdas Manajemen Keuangan Saat Lebaran

1 Mins read
Lebaran selalu menjadi momen yang dinanti-nanti, penuh kebahagiaan dan kebersamaan. Namun, tak bisa dimungkiri, momen ini juga identik dengan peningkatan pengeluaran. Dari…
Telaah

Ketidakpastian Opini Publik, Antara Keyakinan dan Ambivalensi

3 Mins read
“Lebih baik ragu-ragu daripada salah melangkah, atau lebih baik yakin meski tersesat?” Pernyataan ini mungkin terdengar seperti dilema filosofis yang biasa ditemukan dalam…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.