NKRI

Quraish Shihab: Banyak Tokoh Agama Ingin Belajar Soal Toleransi di Indonesia

1 Mins read

Toleransi di Indonesia bukan saja sebatas perbincangan dikalangan akademisi ataupun masyarakat, namun toleransi telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika banyak tokoh dunia maupun agamawan dari luar ingin belajar bagaimana mengelola kemajemukan dan toleransi di Indonesia, hal demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. Quraish Shihab.

Dilansir dari laman republika.co.id Pernyataan tersebut disampaikan Quraish saat dirinya menghadiri sejumlah pertemuan-pertemuan tokoh lintas agama di dunia saat mewakili Majelis Hukama Muslimin yang dipimpin Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb.

“Kalau saya berbicara tentang pandangan teman-teman, tokoh-tokoh di Majelis Hukama, Indonesia itu luar biasa mereka tidak segan-segan berkata kami ingin belajar ke Indonesia,” ujarQuraish Shihabsaat bincang dengan media di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan bahwa toleransi bukanlah selalu mengalah. Toleransi berarti setiap orang silih mengulurkan tangannya, silih membantu, tanpa membeda-bedakan warna kulit, agama, maupun suku.

“Kita ingin menekankan bahwa perbedaan itu adalah keniscayaan, kalau kita tidak berbeda kita tidak bisa hidup,” kata dia.

Quraish mengatakan bahwa tokoh-tokoh agama menyebut bahwa Indonesia berhasil mengelola perbedaan sehingga dianggap memiliki banyak keistimewaan. Indonesia yang sangat plural menjadi potensi yang besar sebagai aktor pendorong berbagai aksi kemanusiaan.

Menurutnya, saat Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu, ia mengatakan ingin kembali ke Indonesia dan menggelar pertemuan untuk membicarakan perihal ekonomi dan agama.

“Grand Syekh mengusulkan, kami ingin melakukan pertemuan di Indonesia lagi dan berbicara tentang ekonomi untuk menunjukkan bagaimana agama dan ekonomi itu bisa berjalan seiring,” kata dia.

Sementara itu, Anggota Komite Eksekutif Majelis Hukama Muslimin TGB M. Zainul Majdi mengatakan bahwa Majelis Hukama Muslimin ingin membangun budaya damai.

Menurutnya, budaya damai itu tidak bisa dengan memelihara eksklusifitas tapi harus membuka ruang dialog. Maka dari kerja-kerja Majelis Hukama yang paling mencolok adalah penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia yang ditandatangani Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb dan Paus Fransiskus.

“Itu adalah dokumen yang paling kuat bahkan disebut sepanjang sejarah yang menyatakan komitmen toleransi dan komitmen untuk bekerja sama untuk kepentingan umat manusia,” kata dia.

1672 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada topik kebangsaan, keadilan, kesetaraan, kebebasan dan kemanusiaan.
Articles
Related posts
NKRI

Ayat, Ambisi, dan Api Konflik: Eksploitasi Religi dalam Kekerasan Maluku

3 Mins read
Konflik kekerasan kembali mencederai tanah Maluku. Pekan lalu, di Seram Utara, Maluku Tengah, bentrokan pecah antara masyarakat Sawai yang mayoritas Muslim dan…
NKRI

Rupiah Terus Tertekan: Indonesia di Mana?

2 Mins read
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menjadi sorotan publik. Pada 9 April 2025, rupiah dibuka pada level Rp16.900…
NKRI

Melawan Pelintiran Kebencian di Maluku; Belajar dari Masa Lalu

2 Mins read
Baru-baru ini terjadi konflik sosial antara warga Desa Sawai dan Desa Rumah Olat, di Seram Utara, Maluku. Idealnya, konflik tersebut dapat terselesaikan…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.