Pakar tafsir Al-Quran kenamaan Indonesia Prof. Dr. Quraish Shihab menjelaskan bahwa boleh jadi para pemimpin bangsa Indonesia saat merumuskan Pancasila terinspirasi dari perjanjian Hudaibiyah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dengan kaum Quraisy pada waktu itu, sehingga Pancasila dapat mencakup semua elemen suku dan agama yang ada di Indonesia.
Dilansir dari laman detik.com Hal ini dipaparkan Quraish Shihab di hadapan Imam Besar Al Azhar Ahmed at-Tayyeb dalam agenda kuliah umumnya di Auditorium Harun Nasution, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (9/7/2024).
Mulanya Quraish Shihab menceritakan kembali proses penyusunan Pancasila yang dirumuskan dalam Piagam Jakarta. Pada naskah awalnya, sila pertama berbunyi, âKetuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya.â
âPemimpin kami pada saat itu rela menghapus frasa itu demi kesatuan Bangsa Indonesia,â katanya dalam bahasa Arab.
Menurut catatan sejarah, PPKI kemudian mengubah butir pertama Piagam Jakarta ini tersebut menjadi, âKetuhanan yang Maha Esa.â
Quraish Shihab lalu menyebut, mungkin praktik yang dilakukan pendiri bangsa terdahulu tersebut hasil meneladani kisah Perjanjian Hudaibiyah zaman nabi.
âBoleh jadi saat itu mereka ingat apa yang disampaikan nabi pada saat Perjanjian Hudaibiyah,â ujar Pendiri Pusat Studi Al-Qurâan itu.
Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian antara kaum muslimin dan kaum Quraisy yang terjadi pada tahun ke-6 Hijriah. Menurut buku Sejarah Kebudayaan Islam karya Fida Abdillah, umat Islam bersama Nabi Muhammad SAW saat itu hendak berangkat menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji, tetapi para pemuka kaum Quraisy bersikeras tidak mengizinkan rombongan umat Islam memasuki Kota Makkah.
Quraish Shihab lalu membahas semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini diumpamakannya sebagai wujud persatuan dan moderasi.
âKita di Indonesia memiliki prinsip yang menjadi slogan negara, kita berbeda tapi tetap satu. Jadi betapa pun kita berbeda, kita tetap berorientasi satu,â papar pengarang Tafsir Al Mishbah ini.
Senada dengan itu, Grand Syekh Al Azhar Ahmad at-Tayyeb menambahkan, Al-Qurâan sejatinya telah menegaskan keberagaman manusia.
âAgama ini penuh dengan elemen-elemen yang menjadikan umat Islam sebagai umat yang bersatu dan mewujudkan apa yang dikatakan Quraish Shihab,â papar dia.
Menurutnya, keberagaman adalah kehendak Allah SWT. Keberagaman ciptaan-Nya akan ada terus sampai hari kiamat.
âSeandainya Allah ingin, maka umat itu, hanya dibuat satu umat, satu agama, satu warna tetapi Allah tidak menginginkan itu. (Dia) menciptakan kita berbeda,â terang Ketua Majelis Hukama Muslimin (MHM) itu.
Untuk itu, menurutnya, penciptaan keberagaman ini juga mencakup keberagaman dari segi akidah. âAda aturan beragama sendiri,â pungkasnya.