Bhinneka Tunggal Ika

Radikalisme di tengah Kasus Pembunuhan Oknum Kepolisian

1 Mins read

Pembunuhan yang dilakukan oknum kepolisian terhadap ajudannya yang jelas-jelas dia polisi juga, mendapat reaksi masyarakat banyak. Masyarakat menuntut balik pelaku pembunuhan yang mulanya disembunyikan menjadi dibuka.

Desakan masyarakat mampu menembus pertahanan beberapa oknum kepolisian yang berusaha menyembunyikannya. Apalagi suara masyarakat ini mendapat dukungan langsung dari Presiden Jokowi yang meminta kasus pembunuhan itu diusut tuntas.

Melihat penanganan kasus itu penuh drama di tengah-tengah kepolisian, masyarakat hilang respect terhadap kepolisian. Masyarakat tidak percaya lagi apa yang dikatakan polisi. Sehingga, joke Gus Dus beberapa tahun silam kembali dibunyikan. Katanya, polisi jujur itu hanya tiga: Polisi tidur, patung polisi, dan Polisi Sugeng.

Adanya drama ber-episode-episode di tengah kepolisian membuat kelompok radikal bangun dari tidur panjangnya. Kelompok radikal tetiba menyalahkan dengan melempar pertanyaan: “Ke mana para buzzer seperti Denny Siregar, Eko Kuntadhi, dll tidak memberikan kritik yang tegas terhadap kasus pembunuhan yang terjadi di tengah-tengah kepolisian?”

Pertanyaan kelompok radikal bagi orang belum tahu rekam jejak kelompok ini akan mensupport atas komentar yang seakan-akan mereka hadir untuk membantu menyelesaikan kasus yang pelik ini. Nyatanya, tidak begitu, komentar kelompok radikal malahan semakin memperkeruh suasana. Pihak kepolisian sekarang sudah berusaha untuk membuka secara transparan kasus pembunuhan itu, meski butuh waktu.

Kehadiran kelompok radikal hanyalah “sok” perhatian dan “sok” peduli. Mereka melakukan itu semua bukan dari hati atau tujuan untuk menjaga eksistensi negeri ini. Mereka hanya untuk menghancurkan negeri ini dengan cara mereka. Buktinya, mereka menawarkan Khilafah sebagai sistem yang paling baik untuk menangani kezaliman untuk menggantikan sistem Demokrasi.

Masyarakat perlu juga berhati-hati dengan tindakan kelompok radikal itu. Mereka hanya menjadi benalu (penjajah) di negeri ini. Kemerdekaan Indonesia yang baru saja dirayakan kemarin bisa-bisa tidak berarti apa-apa jika bangsa ini berpihak pada kelompok semacam itu. Mereka memang pintar, tapi licik. Pintar mencari momen untuk menyerang negeri ini. Licik karena mereka munafik.

Kasus pembunuhan di tengah kepolisian tetap bangsa ini mengawal sampai mendapatkan titik terang (keadilan). Tidak penting melibatkan kelompok radikal di sana. Biarkan kehadiran mereka tidak mendapat tempat sehingga niat untuk menjajah bangsa ini kembali diri mereka sendiri.[] Shallallah ala Muhammad.

Khalilullah

Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional
2121 posts

About author
Pilarkebangsaan.com adalah media yang menfokuskan diri pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan
Articles
Related posts
Bhinneka Tunggal Ika

Sinergi di Ujung Timur: Membangun Maluku yang Damai dan Aman

2 Mins read
Kepolisian Daerah (Polda) Maluku terus memperkuat sinergi dengan berbagai pihak, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), dalam rangka menjaga stabilitas…
Bhinneka Tunggal Ika

Dari Catalonia Hingga ke Papua

3 Mins read
“Kewarganegaraan bukan sekadar status hukum, tetapi praktik sosial yang terus dinegosiasikan.” – Dalam pusaran globalisasi, batas-batas negara semakin kabur, tetapi nasionalisme justru semakin…
Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Drama; Nasionalisme dalam Satu Tayangan

3 Mins read
Ben Anderson, pengkaji Indonesia yang paling masyhur mungkin, pernah menandaskan, bangsa ada berkat kapitalisme cetak. Media massa—koran, buku—memungkinkan insan-insan yang tak saling…
Power your team with InHype
[mc4wp_form id="17"]

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *