Di Libanon, ada seorang seniman Arab kontemporer penting. Raghib Abu Hamdan, namanya. Ia penting bukan saja menawarkan eksperimen-ekesperimen khat Arab dalam bentuk yang tak terbayangkan ābahkan mungkin haram menurut ulama fikihātapi keseniannya berkembang ke ranah kekinian, semisal desain web.
Muhammad Idris, seorang intelektual muslim dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, menerjemahkan sebuah wawancara pendek dengan Raghib, untuk alif.id. Naskah ini bersumber dari situsĀ alcameranewsdotcom. Selamat membaca.
Raghib Hamdan merupakan seorang kaligrafer kontemporer yang diberikan keahlian dalam bidang kaligrafi dan seni lukis sekaligus. Ia memiliki keinginan yang kuat untuk membuat karya (kaligrafi dan lukisan) yang berbeda dengan para seniman sebelumnya serta membuat satu āgenreā baru dalam bidang tersebut.
Ia memadukan huruf-huruf Arab dengan sketsa atau lukisan dalam sebuah kertas dan lukisan yang indah. Ia menggunakan huruf-huruf dan kalimat dalam menggoreskan kuas dan penanya.
Hasil yang diperolehnya menjadi sebuah karya seni indah dengan teknik yang baru sekaligus menjadi penerang bagi peradaban kesenian dunia Arab.
Saat diwawancarai mengenai awal mula kerja seninya ia menjawab:
Masa kecilku -sebagaimana lazimnya anak-anak lainnya- digunakan untuk bermain. Ketika usiaku mencapai tiga belas tahun mulai muncul ketertarikanku (yang didukung dengan bakat) dalam melukis dan menulisĀ khatĀ Arab.
Dari sejak itu saya mulai membeli peralatan untuk mendesain website, membuat iklan, kaligrafi, hingga hal itu menjadi sebuah hobi yang membuat saya merasakan kesenangan. Saya mencoba melukis sesuatu yang tidak hidup agar menjadi sesuatu yang hidup.
Sejak kapan kesenangan itu mulai dipupuk?
Di tengah belajarku di kampus saya memiliki keinginan untuk membuat metode baru yang berbeda dengan seni lukis konvensional. Karena kecintaanku yang tinggi terhadap bahasa Arab saya berpikir untuk menggabungkan seni khat Arab dalam kaligrafi dan seni memotret dengan menggunakan huruf-huruf (Arab), kalimat bijak, dan kasidah (syair).
Bagaimana praktiknya?
Saya memilih sejumlah tokoh terkenal dari tanah Arab seperti dari kalangan sastrawan, penyair maupun penyanyi untuk menyesuaikan dengan ide penggabungan huruf dengan lukisan.
Di saat saya ingin menggabungkan seni potret dan lukisan penyair misalnya, saya menghafal beberapa bait dari puisi-puisinya dan mendengarkan dengan khusyuk agar dapat memilih bagian mana yang pas dan tepat untuk diletakkan di potret tersebut hingga kalimat-kalimat yang telah dipilih saya goreskan memenuhi wajah penyair yang saya lukis. Dan itu tidak hanya menggunakan huruf Arab saja. Hal demikian saya lakukan juga saat melukis penyanyi dimana mula-mula saya menghafalkan bait-bait nyanyiannya, mendengarkannya, mencari kalimat yang saya anggap cocok dengan lukisan.
Terkait dengan penggunaan bahasa Inggris selain bahasa arab di sebagian lukisan-kaligrafi Anda?
Pada mulanya lukisan-kaligrafi saya menggunakan bahasa Inggris. Saya menggunakanĀ quoteĀ dari sebagian para bijak bestari yang sudah masyhur. Dan saya merasa sangat bersyukur atas penerimaan yang luas atas karya-karya saya yang bertebaran di internet.
Saya memberanikan diri untuk melukis Kahlil Gibran yang saya penuhi dengan bait-bait syairnya dengan menggunakan bahasa Inggris. Lalu saya mencobanya dengan menggunakan huruf Arab.
Mengenai impiannya membuat seni kaligrafi yang berbeda dari yang sudah ada ia menjawab:
Saya memiliki mimpi untuk mengembangkan lukisan-kaligrafi ini dari hanya sekadar lukisan dan sketsa ke dalam dunia dekorasi-hiasan dan fasyen dengan pendekatan baru.
Itu impian besar saya. Impuan menjangkau dunia melalui karya-karyaku. Ini mempromosikan keindahan bahasa Arab dan peradabannya, bukan perang dan kekerasan yang hari ini berlangsung di banyak tempat.
Mimpi lain?
Saya juga bermimpi untuk menerbitkan sebuah buku yang mengulas tentang huruf-huruf Arab dimana setiap huruf -dalam kadarnya masing-masing- memiliki cara yang berbeda yang disokong dengan hiasan-hiasan Arab yang menawan.
Di dalamnya disertakan ungkapan, petuah, bait puisi, yang mengisahkan tentang keindahan bahasa Arab yang belum pernah ditulis dalam karya-karya konvensional sebelumnya.
Tiap huruf Arab memiliki nilai seni yang indah. Terlebih bila huruf-huruf tersebut digoreskan dengan penuh keindahan.